TUGAS KIMIA
MODUL LARUTAN PENYANGGA / BUFFER (KSP)
NAMA KELOMOK :
Anisa Yuliana
Elsa Yulianti
Fransisca Angela Marbun
M. Fathul Mu’in
Sherina Agwina
Via Nurul Hikmah
Kelas : XI IPA 2
UPTD SMA NEGERI 11 SAMARINDA
2016/2017
KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN
Kesetimbangan kimia adalah keadaan dimana suatu reaksi bolakbalik berlangsung terus menerus tetapi tidak ada perubahan yang dapat diamati. Susunan kesetimbangan tidak berubah dari waktu ke waktu karena kecepatan terbentuk dan menghilangnya masing-masing komponennya sama besar.
Konsep kesetimbangan perlu untuk memahami reaksi-reaksi yang berlangsung dalam larutan yaitu yang emnyangkut ion-ion. Kesetimbangan yang sudah di ketahui adalah kesetimbangan ionisasi asam lemah dan basa lemah. Dalam bahasan ini akan dipelajari tiga jenis kesetimbangan ion lain yaitu larutan penyangga, hidrolisis garam, dan kesetimbangan dalam larutan jenuh atau basa yang sedikit larut.
A. LARUTAN PENYANGGA ( LARUTAN BUFFER)
Larutan penyangga atau larutan Bueffer adalah larutan yang dapat mempertahankan harga pH tertentu terhadap usaha mengubah pH seperti penambahan asam, basa atau pengenceran. Artinya, pH larutan penyangga praktis tidak berubah walaupun padanya ditambah sedikit asam kuat atau basa kuat atau bila larutan diencerkan. Vontoh larutan penyangga adalah air laut. Apabila 0,1 mL larutan HCl 1 M ditambahkan dalam 1liter air suling, pH nya akan berubah dari 7 menjadi 4. Bila HCl yng sama banyak ditambahkan dalam satu liter air laut, perubahan pH nya jauh lebih kecil, yaitu dari 8,2 menjadi 7,6.
1. Komponen Larutan Penyangga
Larutan penyangga mengandung campuran asam lemah dan basa konjugaasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya.
Larutan penyangga dapat dibedakan atas larutan penyangga asam dan larutan penyangga basa. Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam ( pH < 7), sedangkan larutan penyangga basa mempertahankan pH pada daerah basa (pH>7).
a. Larutan Penyangga Asam
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah (HA) dan basa konjugasinya ( A- ). Larutan seperti ini dapat dibuat dengan berbagai cara misalnya :
1). Mencampurkan asam lemah ( HA) dengan garamnya ( LA, garam LA menghasilkan ion A- yang merupakan basa konjugasi dari asam HA )
Beberapa contoh :
- CH3COOH + NaCH3COO ( komponen buffernya : CH3COOH dan CH3COO- )
- H2CO3 + NaHCO3 ( komponen buffernya H2CO3 dan HCO3- )
- NaH2PO4 + Na2HPO4 (komponen buffernya H2PO4- dan HPO4 2- )
2). Mencampurkan suatu asam lemah dengan basa kuat dimana asam lemah dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan.
Contoh :
100 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
Jumlah mol CH3COOH = 100 mL x 0,1 mmol/mL = 10 mmol
jumlah mol NaOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL = 5 mmol
Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NaCHCOO, sedangkan CH3COOH bersisa 5 mmol, dengan rincian sebagai berikut :
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) -------> NaCH3COO(aq) + H2O (l)
atau reaksi ion
CH3COOH (aq) + OH- --------> CH3COO- (aq) + H2O (l)
mula-mula : 10 mmol 5 mmol -
reaksi : -5 mmol - 5 mmol + 5 mmol
akhir : 5 mmol - 5 mmol
Campuran merupakan buffer karena mengandung CH3COOH (asam lemah ) dan CH3COO- ( basa konjugasi dari CH3COOH)
b. Larutan penyangga Basa
Laturan penyangga basa mengandung suatu basa lemah (B) dan asam konjugasinya ( H+ ). Larutan penyangga basa dapat dibuat dengan cara yang serupa dengan pembuatan larutan penyangga. asam.
1). Mencampur suatu basa lemah dengan garamnya.
Contoh :
Larutan NH3 + NH4Cl ( komponen buffernya : NH3 dan NH4+ )
2). Mencampurkan suatu basa lemah dengan suatu asam kuat di mana basa lemahnya dicampurkan berlebih.
Contoh :
50 mL NH3 0,2 M ( = 10 mmol ) dicampur dengan 50 mL HCl 0,1 M ( = 5 mmol). Campuran akan bereaksi menghasilkan 5 mmol NH4Cl (NH4+) sedangkan NH3 bersisa 5 mmol dengan rincian sebagai berikut :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4Cl (aq)
Atau dengan reaksi ion :
NH3 (aq) + HCl (aq) --------> NH4+ (aq)
Mula-mula : 10 mmol 5 mmol
Reaksi : -5 mmol -5 mmol + 5 mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol
Jadi, campuran merupakan buffer karena mengandung NH3 ( basa lemah) dan NH4+ (asam konjugasi NH3)
2. Cara Kerja Larutan Penyangga.
Adapun cara kerja larutan penyangga dapat dipahami dari dua contoh berikut :
a. Larutan Penyangga Asam
Contoh : Larutan penyangga yang mengandung CH3COOH dan CH3COO-
Dalam larutan kesetimbangan :
CH3COOH <========> CH3COO- + H+
Penambahan asam ( H+ ) akan menggeser kesetimbangan ke kiri, ion H+ yang ditambahkan akan bereaksi dengan ion CH3COO- membentuk molekul CH3COOH. Jika yang ditambahkan adalah basa, maka ion H+ dari basa akan bereaksi dengan ion H+ membentuk air. Hal ini akan menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion H+ dapat dipertahankan.
b. Larutan penyangga basa.
Contoh : Larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4+ .
NH3 (aq) + H2O (l) <=====> NH4+ (aq) + OH-
Jika ke dalam larutan ditambahkan suatu asam, maka ion dari asam akan mengikat ion OH-. Hal ini menyebabkan kesetimbangan bergeser ke kanan sehingga konsentrasi ion OH- dapat dipertahankan.
3. Sifat Larutan Penyangga
Penambahan sedikit asam atau basa ke dalam larutan penyangga atau pengenceran tidak mengubah pH larutan.
Untuk mengetahui sifat larutan penyangga dilakukan suatu kegiatan yang bertujuan mempelajari pengaruh penambahan asam kuat, basa kuat dan pengenceran terhadap pH larutan penyangga dan larutan bukan penyangga. Sebagai larutan penyangga digunakan larutan yang mengandung 0,1 M CH3COOH dan 0,1 M NaCH3COO, sedangkan larutan bukan penyangga digunakan NaCl 0,1 M. Sebanyak 9 gelas kimia ukuran 100 mL diisi dengan larutan penyangga masing-masing 10 mL. Kemudian ke dalam gelas :
1. ditambahkan 1 mL larutan HCl 0,1 M
2. ditambahkan 5 mL larutan HCl 0,1 M
3. ditambahkan 10 mL larutan HCl 0,1 M
4. ditambahkan 11 mL larutan HCl 01 M
5. ditambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
6. ditambahkan 5 mL latutan NaOH 0,1 M
7. ditambahkan 10 mL larutan NaOH 0,1 M
8. ditambahkan 11 mL larutan NaOH 0,1 M
9. ditambahkan 20 mL air suling.
Setelah iru pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal ini sama dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Secara teori, pH larutan pada setiap gelas diukur dengan indikator universal. Hal ini sama dilakukan pula terhadap larutan bukan penyangga.
Secara teori, percobaan tersebut adalah sebagai berikut :
pH awal : Larutan penyangga : 4,75
Larutan bukan penyangga : 7
Data pH setelah penambahan larutan HCl dan NaOH dan setelah pengenceran :
Jenis larutan 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Larutan penyangga
Larutan bukan penyangga 4,83
2,32 5,22
1,70 3,74
1,48 4,64
1,45 4,75
11,68 4,79
12,30 4,83
12,52 4,81
12,55 4,75
7
Perubahan pH larutan penyangga dan bukan penyangga di atas dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :
Gambar grafik perubahan pH larutan penyangga (a) dan larutan bukan penyangga (b) pada penambahan asam dan basa kuat.
Dari keterangan di atas dapatlah disimpulkan sifat-sifat larutan penyangga sebagai berikut :
1). pH larutan penyangga praktis tidak berubah pada penambahan sedikit asam kuat atau sedikit basa kuat atau pengenceran.
2). pH larutan penyangga berubah pada penambahan asam kuat atau basa kuat yang relatif banyak, yaitu apabila asam kuat atau basa kuat yang ditambahkan menghabiskan komponen larutan penyangga itu, maka pH larutan akan berubah drastis.
3). Daya penahan suatu larutan penyangga tergantung pada jumlah mol komponenya, yaitu jumlah mol asam lemah dan basa konjugasinya, jumlah mol basa lemah dan asam konjugasinya.
4. Fungsi Larutan Penyangga dalam Tubuh Makhluk Hidup dan Dalam Kehidupan Sehari-hari
Larutan penyangga digunakan secara luas dalam kimia analitis, biokimia dan bakteriologi juga dalam fotografi, industri kulit dan zat warna. Dalam tiap bidang tersebut terutama dalam biokimia dan bakteriologi diperlukan rentang pH tertentu yang sempit untuk mencapai hasil optimum. Kerja suatu enzim tumbuhnya kultur bakteri dalam proses biokimia lainnya sangan sensitif terhadap perubahan pH.
Cairan tubuh, baik cairan intra sel maupun cairan luar sel, merupakan larutan penyangga. Sistem penyangga utama dalam cairan intra sel adalah pasangan asam basa konjugasi dihidrogenphosphat- monohidrogenphosphat ( H2PO4- - HPO42- ). Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut :
HPO4 2- (aq) + H + (aq) --------> H2PO4 – (aq)
H2PO4 – (aq) + OH- (aq) ------> HPO4 2- (aq) + H2O (l)
adapun sistem penahan utama dalam cairan luar sel ( darah) adalah pasangan asam basa konjugasi asam karbonat dan bikarbonat (H2CO3 – HCO3- ). Sistem ini bereaksi dengan asam dan basa sebagai berikut :
H2CO3 (aq) + OH- (aq) ------> HCO3- (aq) + H2O (l)
HCO3 – (aq) + H+ (aq) -----> H2CO3 (aq)
Sistem Penyangga diatas membantu menjaga pH darah hampir konstan, yaitu sekitar 7,4.
Perbandingan konsentrasi HCO3- terhadap H2CO3 yang diperlukan untuk menjadikan pH = 7,4 adalah 20 : 1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak itu dapat dimengerti karena hasil-hasil metabolisme yang diterima darah lebih banyak yang bersifat asam. Proses metabolisme dalam jaringan terus menerus membebaskan asam-asam seperti asam laktat, asam fosfat dan asam sulfat. Ketika asam-asam masuk ke pembuluh darah maka ion HCO3- akan berubah menjadi H2CO3, kemudian H2CO3 akan terurai menjadi CO2. Pernapasan akan meningkat untuk mengeluarkan kelebihan CO2 melalui paru-paru. Apabila darah harus menerima zat yang bersifat basa maka H2CO3 akan berubah menjadi HCO3- . untuk mempertahankan perbandingan HCO3- /H2CO3 tetap 20/1 , maka sebagian CO2 yang terdapat dalam paru-paru akan larut ke dalam darah membentuk H2CO3.
Apabila mekanisme pengaturan pH dalam tubuh gagal, seperti dapat terjadi selama sakit, sehingga pH darah turun ke bawah 7,0 atau naik ke atas 7,8 dapat menyebabkan kerusakan permanen pada organ tubuh bahkan kematian. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan keadaan asidosis (penurunan pH) adalah penyakit jantung, penyakit ginjal, diabetes millitus ( penyakit gula), diare yang terus menerus, atau makanan berkadar protein tinggi selama jangka wakru yang lama. Keadaan asidosis sementara dapat terjadi karena olahraga intensif yang dilakukan terlalu lama. Alkalosis (peningkatan pH darah) dapat terjadi sebagai akibat muntah yang hebat, hiperventilasi ( bernapas terlalu berlebihan, kadang-kadang karena cemas atau histeris atau berada di ketinggian). Suatu penelitian yng dilakukan terhadap para pendaki gunung yang mencapai puncak Everest (8848 m) tanpa oksigen tambahan menunjukkan pH darah mereka berada di antara 7,7 - 7,8. Hiperventilasi diperlukan untuk mengatasi tekanan oksigen yang amat rendah ( kira-kira 43 mmHg) di tempat setinggi itu.
5. Menghitung pH Larutan penyangga
pH larutan penyangga tergantung pada Ka asam lemah atau Ka basa lemah serta perbandingan konsentrasi asam dengan konsentrasi basa konjugasi atau konsentrasi basa dengan konsentrasi asam konjugasi dalam larutan tersebut.
a. Larutan Penyangga Asam
Pada larutan penyangga yng terdiri atas CH3COOH dengan NaCH3COO, asam asetat mengion sebagian menurut reaksi kesetimbangan, sedangkan natrium asetat mengion sempurna. Misalnya jumlah CH3COOh yang dilarutkan = a mol dan jumlah yang mengion = x mol, maka susunan kesetimbangan dapat dirinci sebagai berikut :
CH3COOH (aq) ------> CH3COO- (aq) + H+ (aq)
mula - mula : a mol - -
reaksi : - x mol + x mol + x mol
setimbang : a - x mol x mol x mol
Misalkan jumlah mol NaCH3COO yang dilarutkan = g mol. Dalam larutan, garam ini mengion sempurna membentuk g mol ion Na+ dan g mol ion CH3COO-
NaCH3COO (aq) ----------> CH3COO- (aq) + Na+ (aq)
mula - mula : g mol - -
reaksi : - g mol + g mol + g mol
setimbang : - g mol g mol
Tetapan ionisasi asam asetat sesuai dengan persamaan pertama :
Ka = [CH3COO-] [H+ ]
[ CH3COOH ]
Maka konsentrasi ion H+ dalam larutan akan ditentukan oleh persamaan berikut :
[ H+] = Ka x [CH3COOH]
[ CH3COO- ]
Jumlah ion CH3COO- dalam larutan = ( x + g), sedangkan jumlah CH3COOH = ( a-x) mmol. Oleh karena dalam larutan terdapat banyak ion CH3COO- , yaitu yang berasal dari NaCH3COO, maka kesetimbangan akan terdesak ke kiri, sehingga jumlah mol CH3COOH dalam larutan dianggap tetap a mol (a - x) = a; jumlah CH3COOH yang mengion diabaikan.
Dengan alasan yang sama, jumlah ion CH3COO- dalam larutan dapat dianggap = g mol ( g + x = g; )
[ H+] = Ka x (a/V) / (g/V) ( V = volume larutan )
atau
[ H +] = Ka x a/g
pH = -log (Ka x a/g )
= - log Ka - log a/g
atau
pH = pKa - log a/g
dengan :
Ka = tetapan ionisasi asam lemah
a = jumlah mol asam lemah
g = jumlah mol basa konjugasi
contoh soal :
Tentukan pH larutan penyangga yang dibuat dengan mencampurkan 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M dengan 50 mL larutan NaCH3COO 0,1 M Ka CH3COOH = 1,8 x 10-5
jawab :
Mol CH3COOH = 50 mL x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
Mol NaCH3COO = 50 x 0,1 mmol/mL
= 5 mmol
mol asam = mol basa konjugasi, maka pH = pKa = - log 1,8 x 10-5 = 4,75
b. Larutan Penyangga dari Basa Lemah dan Asam Konjugasinya
Perhatikan larutan penyangga yang mengandung NH3 dan NH4Cl. Dalam larutan, NH3 mengion menurut reaksi keseimbangan sedangkan NH4Cl mengion sempurna.
NH3 (aq) + H2O (l) <=====> NH4+ (aq) + OH- (aq)
NH4Cl (aq) -----> NH4+ (aq) + Cl- ( aq)
Sama halnya dengan penurunan larutan penyangga dari basa lemah dan asam konjugasinya
[OH-] = Kb x b/g
dan
pOH = pKa - log b/g
dengan
Kb = tetapan ionisasi basa lemah
b = jumlah mol basa lemah
g = jumlah mol asam konjugasi
Contoh soal:
Ke dalam 100 mL larutan NH3 0,1 M ditambahkan 100 mL larutan (NH4)2 SO4 0,1 M. Berapakan pH campuran itu ? Kb NH3 = 1,8 x 10-5. Apabila ke dalam campuran itu ditambahkan lagi 20 mL larutan HCl 0,1 M, berapakah pH sekarang?
Jawab :
a) Campuran larutan NH3 dengan (NH4)2SO4 bersihat penyangga karena mengandung basa lemah (NH3) dan asam konjugasinya (NH4+). pH larutan tergantung pada perbandingan mol NH3 dengan ion NH4+.
Mol NH3 = 100 mL x 0,1 mmol/mL
= 10 mmol
Mol (NH4)2SO4= 100mL x 0,1 mmol/mL
= 10 mmol
Mol ion NH4+ = 2 x 10 mmol
= 20 mmol
[OH-] = Kb x b/g = 1,8 x 10-5 x 10/20 = 9 x 10-6
pOH = -log 9 x 10-6 = 6 - log 9
Maka pH = 14 - ( 6 - log9) = 8 + log 9 = 8,95
b) Penambahan HCl akan mengurangi jumlah NH3 dan menambah jumlah ion NH4+ yang terbentuk = 1 mmol. Susunan campuran sekarang dapat diperinci sebagai berikut :
NH3 (aq) + H+ (aq) --------> NH4+ (aq)
mula-mula : 10 mmol 1 mmol 20 mmol
reaksi : -1 mmol -1 mmol +1 mmol
akhir : 9 mmol - 21 mmol
[OH-] = Kb x b/g = 1,8 x 10-5 x 9/21 = 7,7 x 10-6
pOH = - log 7,7 x 10-6 = 6 - log 7,7
pH = 14 - ( 6 - log 7,7 ) = 8 + log 7,7 = 8,89
Contoh soal:
Periksalah, apakah campuran larutan berikut bersifat penyangga atau tidak?
a. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca (CH3COOH)2 0,1 M
b. 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
c. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,1 M
d. 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan NaOH 0,2 M
Jawab :
a. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M + 50 mL larutan Ca (CH3COOH)2 0,1 M bersifat penyangga karena mengandung asam lemah (CH3COOH ) dan basa konjugasinya yaitu ion CH3COO- yang berasal dari Ca(CH3COOH)2.
b. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,2 M (mengandung 10 mmol Ca(CH3COO)2 0,1M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (mengandung 5 mmol NaOH) bersifat penyangga karena CH3COOH akan bereaksi sebagian dengan ion OH- dari NaOH membentuk ion CH3COO-
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l)
Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 10 mmol 5 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : 5 mmol - 5 mmol 5 mmol
Jadi, dalam canpuran terdapat 5 mmol CH3COOH (suatu asam lemah ) dan 5 mmol ion CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)
c. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (mengandung 5 mmol Ca(CH3COO)2 0,1M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M (mengandung 5 mmol NaOH) tidak bersifat penyangga karena CH3COOHtepat habis bereaksi sebagian dengan ion OH- dari NaOH membentuk ion CH3COO-
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l)
Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 5 mmol 5 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : - - 5 mmol 5 mmol
Jadi, dalam campuran tidak terdapat CH3COOH (suatu asam lemah ) dan terdapat 5 mmol ion CH3COO- (basa konjugasi dari CH3COOH)
d. Campuran dari 50 mL larutan CH3COOH 0,1 M (mengandung 5 mmol CH3COOH ) dengan 50 mL larutan NaOH 0,2 M (mengandung 10 mmol NaOH)tidak bersifat penyangga karena canpuran tidan mengandung basa lemah CH3COOH tetapi hanya terdapat basa kuat NaOH
CH3COOH (aq) + NaOH (aq) ------ NaCH3COO (aq) + H2O (l)
Atau
CH3COOH (aq) + OH- (aq) ------- CH3COO- (aq) + H2O (l)
Mula-mula: 5 mmol 10 mmol
Reaksi : - 5 mmol -5 mmol +5 mmol + 5mmol
Akhir : 5 mmol 5 mmol 5 mmol
Friday, October 2, 2020
KESETIMBANGAN DALAM LARUTAN
Artikel iftah
6:50:00 PM
0
JURNAL PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA
Artikel iftah
6:47:00 PM
0
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA
M.MIFTAHUL MUTTAQIN
Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman
Jl. Gunung Kalua, Samarinda, Kalimantan Timur
ABSTRAK
Berbagai hasil dari limbah pertanian yang memiliki kadar selulosa tinggi dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alternatif, salah satunya adalah adsorben dari limbah batang jagung, dimana batang jagung kering biasanya menjadi limbah dan dibakar diladang setelah panen yang tentunya mengakibatkan pencemaran lingkungan. Keadaan ini menjadi motivasi untuk memproduksi bahan yang bernilai tambah dari limbah batang jagung yaitu sebagai adsorben alternatif untuk mengurangi kadar klorin dalam air olahan, proses pembuatan adsorben alternatif ini dilakukan dengan menggunakan aktivator asam sulfat dengan konsentrasi 0,2 N dengan ukuran partikel 70 mesh dengan waktu adsorbsi 1 menit. Penambahan adsorben tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah batang jagung dapat dimanfaatkan sebagai adsorben untuk mengurangi kadar klorin dalam air olahan.
Kata kunci : adsorben alternatif, tongkol jagung, aktivasi secara kimia
ABSTRACK
Various outcomes from agricultural waste that have high cellulose content can be utilized as alternative adsorbents, one of which is the adsorbent from corn stalk waste, where dry corn stalks usually become waste and burned in fields after harvest which of course causes environmental pollution. This situation becomes the motivation to produce value-added materials from corn stalk waste that is as alternative adsorbent to reduce chlorine level in processed water, the process of making alternative adsorbent is done by using sulfuric acid activator with concentration 0,2 N with 70 mesh particle size with time adsorption 1 minute. Addition of corncob adsorbent can decrease chlorine level in PDAM water in Samarinda from 0.075 mg / L before addition to 0.035 mg / L after addition of adsorbent with percentage decrease rate of 40% or 0.04 mg / L. From the research conducted it can be concluded that corn stem waste can be utilized as an adsorbent to reduce chlorine levels in processed water.
Keywords : alternative adsorbent, corncob, chemical activation
PENDAHULUAN
Melihat pentingnya pemakaian karbon aktif dalam industri sebagai adsorben dan harganya cukup mahal, maka sebagai adsroben alternatif dimanfaatkanlah limbah batang jagung. Penelitian ini adalah tentang pemanfaatan limbah batang jagung sebagai adsorben alternatif pada pengurangan kadar klorin dalam air PDAM Di Samarinda. Digunakan sampel air PDAM karena air ini mudah diperoleh dan banyak masyarakat yang menggunakan air ini untuk semua kebutuhan sehari – hari. Walaupun kadar klorin pada air PDAM telah memenuhi standar batas aman klorin yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan tetapi klorin yang masih ada sedikit (sisa klor) pada air PDAM dapat menimbulkan masalah apabila digunakan secara tidak tepat seperti digunakan sebagai air shower dalam keadaan panas, air untuk ikan hidup dan menyiram tumbuh – tumbuhan yang dapat merusak lingkungan karena klor dapat bereaksi dengan senyawa – senyawa organik. Metode pembuatan adsorben yang digunakan adalah metode aktivasi kimiawi dengan aktivator asam sulfat (H2SO4). Penelitian mengenai adsorben alternatif sebelumnya telah banyak dilakukan. . Permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah mampukah adsorben dari batang jagung mengurangi kadar klorin yang terdapat dalam air PDAM Di Samarinda
TEORI
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Dalam kimia organik, klorin adalah sebuah cincin aromatik heterosiklik yang terdiri dari tiga pirola dan satu pirolina yang bergandengan melalui empat tautan metina. Tidak seperti porfirin, klorin tidak bersifat aromatik pada keseluruhan cincin walaupun memiliki komponen pirola yang aromatik.
Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Fakta yang lebih mengejutkan adalah bahwa efek negatif kaporit terhadap tubuh manusia sebanyak 70% bukan masuk melalui air yang diminum, melainkan dari uap klor (kloroform) dalam kaporit yang terhirup saat mandi, ditambah dengan penyerapan kaporit melalui kulit. Hal ini terutama saat mandi dengan air hangat.
Klorin biasanya terkandung pada air ledeng (PAM). Klorin ini akan masuk bersama air ledeng (PAM) yang digunakan pada saat penggantian air atau penataan ulang akuarium secara keseluruhan (new setup). Tingkat klorin diatas 0.02 mg/l (ppm) akan menyebabkan membran sisi insang (mucous membranes) ikan merasa terbakar dan berwarna merah. Klorin juga dapat mengganggu kerja bakteri pengurai yang menguntungkan pada saat mengurai polutan pada filter, bahkan dapat mematikan bakteri ini.
Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida metode kasar yang digunakan dilapangan, yaitu memakai alat komparator dengan ortotolidin.
Klor aktif akan membebaskan iodin I2 dari kalium Iodida (KI) jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai dengan reaksi berikut,
OCl- + 2 KI + 2 HAs I2 + 2 KAs +Cl- + 2 H2O
NH2Cl + 2 KI + 2 HAs I2 + KAs + KCl + NH4As
I2 + Kanji Warna Biru
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
Sebagai indikator digunakan kanji yang merubah warna sesuatu larutan yang mengandung iodin menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodin yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standard natriumtiosulfat sesuai reaksi diatas. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik (HAs) CH3COOH harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian mengenai adsorben alternatif dari batang jagung ini dilakukan dengan tahapan aktivasi, penentuan bilangan iodine dan tahap analisis. Pada tahap analisis dilakukan dengan tahapan analisa larutan blanko, penentuan kadar klorin sebelum penambahan adsorben, dan penentuan kadar klorin setelah penambahan adsorben dari batang jagung. Langkah pertama pembuatan bahan adsorben batang jagung :
a. Batang jagung dikeringkan kemudian di potong kecil – kecil (± 0.5 cm),
b. Dibelender batang jagung tadi kemudian di saring dengan saringan tepung untuk menghilangkan kotoran dan didapatkan serbuk tongkol jagung
c. Keringkan pada suhu ruang
Kemudian langkah kedua Penentuan volume Na2S2O3 pada larutan blanko :
a. Pipet 10 ml aquades dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
b. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
c. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
d. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
Langkah ketiga penentuan kadar klorin sebelum penambahan adsorben
a. Pipet 10 ml larutan air PDAM dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
b. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
c. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
d. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
f. Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l :
=
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
Langkah yang terakhir Penentuan kadar klorin setelah penambahan adsorben
a. Diambil 1 gram adsorben kemudian masukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 20 ml air PDAM. Aduk dan diamkam beberapa saat
b. Disaring campuran tadi dengan kertas saring
c. Hasil saringan ditempatkan di gelas kimia yang lain
d. Pipet 10 ml larutan air PDAM sudah di campur dengan adsorben dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
e. Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
f. Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
g. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
h. Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
i. Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l :
=
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 N untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian pengaruh pemeberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda. Setelah dilakukan analisa dan perhitungan kadar klorin, ternyata limbah tongkol jagung dapat mengurangi atau menurunkan kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.
Perlakuan sampel Komsntrasi aktivator Volume H2SO4 (ml) Massa KI (gram) Volume sampel (ml) Volume
Na2S2O3 0,2 N blanko (ml) Volume
Na2S2O3 0,2 N (ml) sampel Kadar klorin
(mg/L) Massa adsorben (gram)
Sebelum penambahan adsorben 97% 2 ml 0.5 gram 10 ml 0.05 ml 0.05 ml 0.075 mg/L -
Sesudah penambahan adsorben 97% 2 ml 0.5 Gram 10 ml 0.05 ml 0.1 ml 0.035 mg/L 1 gram
Dari data diatas kita dapat mengatakan bahwa limbah tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L kadar klorin sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L kadar klorin setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penambahan adsorben tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L.
DAFTAR PUSTAKA
Arip N, Yofi Kurniawan, Adi Anggoro. 2007. Pestisida Alami Dari Ricine Pada Buah Jarak. http//www. Kemahasiswaan its. Ac.id files/ pkmi % 202006% 20ITS%20 Arip. Diakses tanggal 27 Juni 2014.
Baco, D dan Tandiabang, J. 1988. Hama Utama Jagung dan Pengendaliaannya. Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.
Dadang. 1999. Sumber Insektisida Alami. Bahan Pelatihan Pengembangan Dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Institut Pertanian Bogor.
Desi, A. 2007. Pemanfaatan Biji Bengkuang sebagai Insektisida Alami. http//www. Pkm.dikti. net/pkmi award 2006/pdf/pkmi 06 068.pdf. Diakses tanggal 27 Juni 2014.
Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.
Pudjianto, Edi Wahyu. 1984.Analisa Kualitas Air, Pengendalian dan pemeriksaan sampel Air. PT.Bina Indra Karya: Surabaya Deraan, P.A. PT Ichtiar Baru Von Hoeve. Jakarta.
Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Mulyaman, S., Cahyaniati, dan Mustofa, T. 2000. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Holtikultura. Direktorat Jenderal Produksi Holtikultura Dan Aneka Tanaman. Institut Pertanian Bogor.
SURAT KETERANGAN KESALAHAN PENULISAN IJASAH/STTB
Artikel iftah
6:44:00 PM
0
SURAT KETERANGAN KESALAHAN PENULISAN IJASAH/STTB
Nomor : ………………
Yang bertanda tangan dibawah ini kepala sekolah SDN 2000 Samarinda Kabupaten/Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur menerangkan bahwa :
Ijasah/STTB nomor Seri :
Atas nama : suriansyah
Tempat dan tanggal lahir :
NIS/NISN :
Tahun Pelajaran :
terdapat kesalahan penulisan :
1. Pada Nama Ijasah
Tertulis : suriansyah
Seharusnya : MUHAMAD suriansah
2. Pada Nama Orang Tua
Tertulis : alam
Seharusnya : alamsyah
Surat keterangan ini sebagai lampiran ijasah/STTB yang ada.
Samarinda, 14 Nopember 2017
NIP.
Mengetahui
Kepala Dinas Pendidikan
Kab/Kota Samarinda
NIP.
Thursday, October 13, 2016
MAKALAH TEKNIK PEMBELAJARAN
Artikel iftah
2:01:00 PM
0
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Teknik Pembelajaran
Menurut Kamus Besar bahasa Indonesia (2005: 1158) teknik adalah metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau seni melakukan sesuatu. Gerlach dan Ely (Hamzah B Uno, 2009: 2) mengartikan teknik sebagai jalan, alat, atau media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah tujuan yang ingin dicapai. Teknik secara harfiah juga diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengaplikasikan dan mempraktikkan suatu metode.
Wikipedia mendefinisikan pembelajaran sebagai setiap perubahan perilaku yang relatif permanen, terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Khusus untuk pengertian teknik pembelajaran, Sudrajat (2008:1) menjelaskan teknik pembelajaran sebagai cara yang dilakukan pengajar dalam menerapkan metode pembelajaran tertentu.
Teknik pembelajaran merupakan cara guru
menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam metode), berdasarkan
pendekatan yang dianut. Teknik yang digunakan oleh guru bergantung pada
kemampuan guru itu mencari akal atau siasat agar proses belajar mengajar dapat
berjalan lancar dan berhasil dengan baik. Dalam menentukan teknik pembelajaran
ini, guru perlu mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa,
sifat-sifat siswa, dan kondisi-kondisi yang lain. Dengan demikian, teknik
pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat bervariasi sekali. Untuk metode
yang sama dapat digunakan teknik pembelajaran yang berbeda-beda, bergantung
pada berbagai faktor tersebut. Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa teknik
pembelajaran adalah siasat yang dilakukan oleh guru dalam pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar untuk memperoleh hasil yang optimal. Teknik pembelajaran
ditentukan berdasarkan metode yang digunakan, dan metode disusun berdasarkan
pendekatan yang dianut. Dengan kata lain, pendekatan menjadi dasar penentuan
teknik pembelajaran. Dari suatu pendekatan dapat diterapkan teknik pembelajaran
yang berbeda-beda pula.
B.
Macam-macam Teknik Pembelajaran
Teknik pembelajaran Terdapat beberapa pembagian jenis, diantaranya:
1.
Teknik syarahan,
2.
Teknik perbincangan,
3.
Teknik projek,
4.
Teknik penyelesaian
masalah,
5.
Teknik dapatan,
6.
Teknik permainan,
7.
Teknik kooperatif.
1.
Teknik Pembelajaran Teknik
Umum (Teknik Umum Mengajar) adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua
bidang studi.
2.
Teknik Khusus (Teknik Khusus Pengajaran Bidang
Studi Tertentu) adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-
bahan pelajaran bidang studi tertentu.
Dengan mengetahui pengertian dan jenis teknik
pembelajaran di atas, diharapkan dapat membantu pengajar dalam memilih teknik
pembelajaran yang tepat ketika hendak
menggunakan suatu metode pembelajaran tertentu terhadap keadaan spesifik yang
dihadapi selama proses pembelajaran.
C. Pengertian Model
Pembelajaran
Berikut dijelaskan berbagai pendapat tentang
pengertian model pembelajaran.
1.
Udin Winataputra 1994
Model
pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pengajaran
dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar.
2.
Joyce & Weil (1992)
Model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang
bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain.
Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh
memilih model pembelajaran yang sesuai dan efesien untuk mencapai tujuan
pendidikan.
3.
Soekamto, dkk (dalam
Nurulwati, 2000)
Model
pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
D. Jenis Model-model Belajar
Model pembelajaran yang dapat digunakan dalam
mengelola pembelajaran, yaitu:
1.
BELAJAR KOLABORATIF (COLLABORATIVE LEARNING)
a.
Hakikat Belajar Kolaboratif
Suatu
kegiatan belajar dikatakan kolaboratif apabila dua orang atau lebih bekerja
sama, memecahkan masalah bersama untuk mencapai tujuan tertentu. Dua unsur yang
penting dalam belajar kolaboratif adalah sebagai berikut:
1) Adanya tujuan yang sama
Dalam mencapai tujuan tertentu,siswa bekerja
sama dengan teman untuk menentukan strategi pemecahan masalah. Setiap orang
mengemukakan ide dan saling menanggapi, yang pada akhirnya dapat mengembangkan pengetahuan
bersama maupun pengetahuan masing-masing individu.
b.
Ketergantungan yang positif
Setiap anggota kelompok hanya dapat berhasil
mencapai tujuan apabila seluruh anggota bekerja sama, sehingga ketergantungan
individu sangat tinggi. Ketergantungan individu dapat dibantu dengan cara,
antara lain:
1)
Memberi peran khusus setiap anggota kelompok untuk memainkan peran
sebagai pengamat, pengklarifikasi, perekam dan pendorong.
2)
Membagi tugas menjadi sub-sub tugas yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.
c.
Manfaat Belajar Kolaboratif
Manfaat
belajar kolaboratif, yaitu:
1)
Meningkatkan pengetahuan anggota kelompok karena interaksi dalam
kelompok merupakan faktor berpengaruh terhadap penguasaan konsep.
2)
Pebelajar belajar memecahkan masaah bersama dalam kelompok.
3)
Memupuk rasa kebersamaan antarsiswa.
4)
Meningkatkan keberanian memunculkan idea tau pendapat untuk pemecahan
masalah bagi setiap individu yang diarahkan untuk mengajarkan atau memberi tahu
kepada teman kelompoknya jika mengetahui dan menguasai permasalahan.
5)
Memupuk rasa tanggung jawab individu dalam mencapai suatu tujuan bersama
dalam bekerja agar tidak terjadi tumpang tindih atau perbedaan pendapat yang
prinsip.
6)
Setiap anggota melihat dirinya sebagai milik kelompok yang merasa
memiliki tanggung jawab karena kebersamaan dalam belajar menyebabkan mereka
juga sangat memperhatikan kelompok.
Ada sejumlah faktor yang perlu diperhatikan
dalam pola belajar kolaboratif, yakni peran pebelajar dan peran pembelajar
(Panitz,1996). Peran pebelajar yang harus dikembangkan adalah (1) mengarahkan,
yaitu menyusun rencana yang akan dilaksanakan dan mengajukan alternatif
pemecahan masalah yang dihadapi, (2) menerangkan, yaitu memberikan penjelasan
atau kesimpulan-kesimpulan pada anggota kelompok yang lain, (3) bertanya, yaitu
mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengumpulkan informasi yang ingin
diketahui, (4) mengkritik, yaitu mengajukan sanggahan dan mempertanyakan alasan
dari usulan/ pendapat/pernyataan yang diajukan, (5) merangkum, yaitu membuat
kesimpulan dari hasil diskusi atau penjelasan yang diberikan, (6) mencatat,
yaitu membuat catatan tentang segala sesuatu yang terjadi dan diperoleh
kelompok, dan (7) penengah, yaitu meredakan konflik dan mencoba meminimalkan
ketegangan yang terjadi antara anggota kelompok.
Dalam pembelajaran kolaboratif, pembelajar
tidak lagi memberikan ceramah di depan kelas, tapi dapat berperan seperti (1)
fasilitator, dengan menyediakan sarana yang memperlancar proses belajar;
mengatur lingkungan fisik, memberikan atau menunjukkan sumber-sumber informasi,
menciptakan iklim kondusif yang dapat mendorong pebelajar memiliki sikap dan
tingkah laku tertentu, dan merancang tugas; (2) model, secara aktif
berupaya menjadi contoh dalam melakukan kegiatan belajar efektif, seperti
mencontohkan penggunaan strategi belajar atau cara mengungkapkan pemikiran
secara verbal (think aloud) yang dapat membantu proses konstruksi
pengetahuan; (3) pelatih (coach), memberikan petunjuk, umpan balik, dan
pengarahan terhadap upaya belajar pebelajar.
2.
BELAJAR KUANTUM (QUANTUM LEARNING)
a.
Hakikat Belajar Kuantum
Istilah “Pembelajaran Kuantum” diadopsi dari
istilah Inggris “Quantum Teaching”. “Quantum Teaching” merupakan
badan ilmu pengetahuan dan metodologi yang digunakan dalam rancangan,
penyajian, dan fasilitasi di SuperCamp, sebuah program percepatan belajar (accelerated
learning) yang mempraktikkan metode belajar kuantum (Quantum Learning).
Kuantum
adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Quantum teaching dengan
demikian, adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada dan disekitar
momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar
efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mencakup
unsur-unsur untuk belajar efektif yang
mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan
bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan
bagi orang lain.
Secara sederhana, pembelajaran kuantum dapat
diartikan sebagai pembelajaran yang mengorkestrasikan berbagai interaksi
menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa, dengan menyingkirkan hambatan
belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat, sehingga siswa dapat
belajar secara mudah dan alami. Pembelajaran kuantum ini dirancang berdasarkan
tiga hal, yaitu: asas utama, prinsip-prinsip, dan model. Berdasarkan
pernyataan-pernyataan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kuantum
adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang terbukti efektif untuk
semua umur.
Pembelajaran Kuantum memiliki model yang
memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran : suasana yang
memberdayakan, landsan yang kukuh, lingkungan yang menggairahkan, atau
mendukung, rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran : penyajian yang
prima, pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belaja – untuk – belajar, dan
keterampilan hidup. Konteks dan isi ini tidak boleh dipisahkan, saling
mendukung, ibaratnya permainan simfoni yang sempurna dimainkan dalam sebuah
orkestra.
Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian
pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi
fisikal atau material. Ketiganya harus dikelola.
Pembelajaran Kuantum menempatkan nilai dan
keyakinan sebagai bagian penting dalam proses pembelajaran sehingga bermakna.
Misalnyaa, pembelajar harus mempunyai keyakinan bahwa kesalahan atau kegagalan
merupakan tanda telah belajar, setiap usaha harus dihargai. Makin kuat dan
mantap nilai dan keyakinan positif yang dimiliki pembelajar, semakin tinggi
kemungkinan berhasil.
Pembelajaran Kuantum mengutamakan keberagaman
dan kebebasan bukan keseragaman dan ketertiban. Pembelajaran kuantum
mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.
Secara
garis besar pembelajaran yang menggunakan model kuantum menunjukkan ciri-ciri:
(1) penggunaan musik dengan tujuan-tujuan tertentu; (2) pemanfaatan ikon-ikon
sugestif yang membangkitkan semangat belajar siswa; (3) penggunaan
“stasiun-stasiun kecerdasan” untuk memudahkan siswa belajar sesuai dengan
modalitas kecerdasannya; (4) penggunaan bahasa yang unggul; (5) suasana belajar
yang saling memberdayakan; (6) dan penyajian materi pelajaran yang prima.
b.
Prinsip-prinsip Utama Pembelajaran Kuantum
Prinsip utama dari
pembelajaran kuantum, yaitu:
1)
Segalanya berbicara, segala sesuatu, lingkungan kelas hingga bahasa
tubuh guru,semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2)
Segalanya bertujuan semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai
tujuan, yaitu para siswa mengembangkan kecakapan dalam mata pelajaran.
3)
Hargai setiap usaha, belajar mengandung risiko, belajar berarti
melangkah ke luar dari kenyamanan, saat siswa mengambil langkah ini, mereka
patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya.
4)
Rayakan setiap keberhasilan. Bentuk perayaan dapat berupa: tepuk tangan,
berteriak hore 3 kali, jentikan jari, poster umum, catatan pribadi, kejutan.
c.
Manfaat Belajar Kuantum
Manfaat
belajar kuantum,yaitu:
1)
Suasana kelas menyenangkan sehingga siswa bergairah belajar.
2)
Siswa dapat memanfaatkan segala sesuatu yang ada I sekelilingnya sebagai
pendorong belajar.
3)
Siswa belajar sesuai dengan gaya belajarnya masing-masing.
4)
Apapun yang dilakukan oleh siswa sepatutnya dihargai.
3.
BELAJAR KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING)
a.
Hakikat Belajar kooperatif
Kooperatif
berarti bekerja sama untuk menyelesaikan suatu tujuan.Dalam metode belajar ini
pembelajaran menggunakan kelompok kecil sehingga siswa dapat bekerja maksimal
dalam kelompok belajarnya.
Model pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran yang menekankan kepada keaktifan siswa yang berbentuk
kelompok.Kelompok belajar kooperatif sendiri didasarkan atas saling
ketegantungan positif yang menuntut adanya akintabilitas individual yang
mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberikan hasil tentang prestasi belajar anggotanya, sehingga mereka mengetahui
temannya yang memerlukan bantuan.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran
yang mengutamakan ada banyak kelompok-kelompok kecil dalam pembelajaran, serta
menuntut siswa agar bekerja lama dan berinteraksi sesama anggota kelompok dalam
memahami materi, memberikan pendapatan pada jawaban terhadap tugas dalam
kelompok.
b.
Prinsip
Utama Belajar Kooperatif
Prinsip
utama belajar kooperatif, yaitu:
1)
Kesamaan tujuan
Tujuan
yang sama pada anak-anak dalam kelompok belajar membuat belajar lebih
kooperatif. Jika suatu kelas bekerjasama dalam suatu permainan, tujuan kelompok
adalah menghasilkan suatu permainan yang menyebabkan anak-anak lain senang atau
mengapresiasikan kelompok itu. Namun,tujuan tiap anak berbeda-beda ada yang
hanya ingin menyenangkan gurunya ada juga yang ingin menarik perhatian kelas
lain, yang lain betul-betul menganggap sebagai suatu kesempatan untuk
mengerjakan tugas dengan sebaik-baiknya. Namun, makin sama tujuan kooperatif.
2)
Ketergantungan positif
Prinsip
kedua belajar kooperatif adalah ketergantungan positif. Beberapa orang direkrut
sebagai anggota kelompok karena kegiatan hanya dapat berhasil dengan cara
bekerjasama. Ketergantungan antara individu-individu dapat dilakukan dengan
berbagai cara, sebagai berikut:
a)
Beri anggota kelompok
peranan khusus untuk membentuk pengamat, peningkat, penjelas atau perekam. Agar
tiap individu dapat memiliki tugas khusus dalam melengkapi keberhasilan tugas.
b)
Bagilah tugas dalam
sub-subtugas dalam setiap kelompok yang diperlukan untuk melengkapi
keberhasilan tugas.
c)
Nilailah kelompok sebagai
satu kesatuan yang terdiri dari individu-individu. Anak-anak dapat bekerja
secara berpasangan dan dinilai secara berpasangan.
d)
Struktur tujuan kooperatif
dan kompetitif dapat dikoordinasikan dengan menggunakan kelompok belajar
kooperatif, menghindari pertengkaran satu dengan lainnya.
e)
Ciptakan situasi fantasi
yang menjadikan kelompok bekerja bersama untuk membangun kekuatan imajinatif, dengan aturan yang
ditetapkan oleh situasi.
c.
Manfaat Belajar Kooperatif
Adapun manfaat pembelajaran kooperatif adalah :
1)
Meningkatkan hubungan antar kelompok, belajar kooperatif memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan teman satu
tim untuk mencerna materi pembelajaran.
2)
Meningkatkan rasa percaya diri dan memotivasi belajar, belajar
kooperatif dapat membina kebersamaan, peduli satu sama lain dan tenggang rasa,
serta mempunyai andil terhadap keberhasilan tim.
3)
Menumbuhkan realisasi kebutuhan peserta didik untuk belajar berpikir,
belajar kooperatif dapat diterapkan untuk berbagai materi ajar, seperti
pemahaman yang rumit, pelaksanaan kaijian proyek, dan latihan memecahkan
masalah.
4)
Meningkatkan hasil belajar peserta didik.
5)
Memadukan dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan.
6)
Meningkatkan perilaku dan kehadiran di kelas.
Adapun
manfaat lainnya yang diharapkan sebagai berikut:
1)
Bagi siswa:
a)
Meningkatkan cara berfikir
siswa tersebut supaya lebih kritis, tanggap kepada lingkungan atau diri
sendiri, aktif dalam kegiatan sehari-hari.
b)
Untuk meningkatkan hasil
belajar secara individu.
2)
Bagi Guru:
a)
Meningkatkan kemampuan
keprofesionalan guru dlam pembelajaran yang dilakukan dikelas.
b)
Mempunyai strategi yang
tepat dikelas tersebut dan percaya diri dalam pemberian motivasi yang tepat
serta memberikan model belajar kooperatif
yang terarah.
3)
Bagi Sekolah:
a)
Meningkatkan Mutu dan juga
sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi kepala sekolah dalam meningkatkan
mutu kelulusan di sekolah.
d. Kelemahan
1)
Memerlukan waktu yang cukup bagi setiap peserta didik untuk bekerja
dalam tim.
2)
Model belajar kooperatif yang diterapkan harus sesuai dengan pembahasan
materi ajar, materi ajar harus dipilih sebaik-baiknya agar sesuai dengan misi
belajar kooperatif.
3)
Memerlukan format penilaian belajar yang berbeda.
4)
Memerlukan kemampuan khusus bagi guru untuk mengkaji berbagai teknik
pelaksanaan pembelajaran kooperatif.
4.
BELAJAR TEMATIK
a.
Hakikat Belajar Tematik
Pembelajaran
tematik merupakan implementasi dari Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Dasar pertimbangan pelaksanaan pembelajaran tematik
ini merujuk pada tiga landasan,
yaitu: landasan filosofis, psikologis, dan yuridis.
Ditinjau dari pengertiannya, pembelajaran
adalah pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap baru pada saat
seseorang individu berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Menurut
Yunanto (2004:4), “Pembelajaran merupakan pendekatan belajar yang memberi ruang
kepada anak untuk berperan aktif dalam kegiatan belajar.”
“Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok
yang menjadi pokok pembicaraan” Depdiknas (2007:226). Selanjutnya menurut
Kunandar (2007:311), “Tema merupakan alat atau wadah untuk mengedepankan
berbagai konsep kepada anak didik secara utuh.” Dalam pembelajaran, tema
diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum dalam satu kesatuan yang utuh,
memperkaya perbendaharaan bahasa anak didik dan membuat pemmbelajaran yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman yang bermakna
kepada siswa. Keterpaduan dalam pembelajaran ini dapat dilihat dari aspek
proses atau waktu, aspek kurikulum, dan aspek belajar mengajar. Jadi, pembelajaran
tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema sebagai pemersatu
materi yang terdapat di dalam beberapa mata pelajaran dan diberikan dalam satu
kali tatap muka.
b.
Prinsip
Belajar Tematik
Pembelajaran
tematik dikemas dalam suatu tema atau bisa disebut dengan istilah tematik.
Pendekatan tematik ini merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan,
kemahiran dan nilai pembelajaran serta pemikiran yang kreatif dengan
menggunakan tema. Dengan kata lain pembelajaran tematik adalah pembelajaran
yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena
dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang
mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep
lain yang telah dipahaminya. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran
yang menolak proses latihan/hafalan (drill) sebagai dasar pembentukan
pengetahuan dan struktur intelektual anak. Pendekatan pembelajaran tematik
lebih menekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (learning
by doing).
Dalam
pelaksanaannya, pendekatan pembelajaran tematik ini bertolak dari suatu tema
yang dipilih dan dikembangkan oleh guru bersama peserta didik dengan
memperhatikan keterkaitannya dengan isi mata pelajaran.
c. Manfaat Belajar Tematik
Dalam
Pembelajaran Tematik Terdapat Beberapa Manfaat, Diantaranya :
1)
peserta didik mudah
memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
2)
peserta didik mampu
mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata
pelajaran dalam tema yang sama
3)
pemahaman terhadap materi
pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4)
kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik
dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi peserta didik
5)
peserta didik lebih mampu
merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema
yang jelas
6)
peserta didik mampu lebih
bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi nyata, untuk
mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari
mata pelajaran lain
7)
guru dapat menghemat waktu
karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik dapat dipersiapkaan
sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu selebihnya dapat
digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
C. Pendekatan
Induktif dan Deduktif
1.
Pengertian Pendekatan Induktif
Pendekatan
ini dikembangkan oleh filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan
kesimpulan didasarkan atas fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin
banyak fakta semakin mendukung hasil simpulan. Langkah-langkah yang
harus Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan
induktif yaitu: (1) guru memilih konsep, prinsip, aturan yang akan
disajikan dengan pendekatan induktif (2) guru menyajikan contoh-contoh khusus,
prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa memperkirakan sifat umum yang
terkandung dalam contoh, (3) guru menyajikan bukti yang berupa contoh tambahan
untuk menunjang atau mengangkat perkiraan, (4) menyimpulkan, memberi
penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta
tindak lanjut.
Strategi
pembelajaran induktif adalah sebuah pembelajaran yang bersifat langsung tapi
sangat efektif untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir tingkat
tinggi dan keterampilan berpikir kritis. Pada pembelajaran induktif guru
langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan memberikan
ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa, selanjutnya guru
membimbing siswa untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi
yang diberikan tadi.
Menurut
Hilda Taba, proses pembelajaran merupakan aktivitas yang kompleks. Proses
pembelajaran mencakup banyak variabel, yaitu variabeltujuan, guru, siswa,
proses belajar, dan susunan pembelajaran. Untuk mengembangkan strategi
pembelajaran, variabel-variabel penting tersebutdi atas, perlu dipertimbangkan.
Oleh karena itu, Strategi pembelajaran menurut Hilda Taba adalah pola dan
urutan tingkah laku guru untuk menampung semua variabel-variabel pembelajaran
secara sadar dansistematis, (Suprihadi, 1993: 93). Strategi pembelajaran
merupakan bagian dari keseluruhan komponen pembelajaran. Strategi pembelajaran
berhubungan dengan cara-cara yang dipilih guru untuk pencapaian tujuan
pembelajaran. Cara-cara itu, mencakup sifat, ruang lingkup dan urutan kegiatan
yang berwujud pengalamanbelajar bagi siswa.
Strategi
pembelajaran induktif dirancang berlandaskan teori konstruktivisme dalam
belajar. pembelajaran ini membutuhkan guru yang terampil dalam bertanya
(questioning) dalam penerapannya. Melalui pertanyaan-pertanyaan inilah guru
akan membimbing siswa membangun pemahaman terhadap materi pelajaran dengan cara
berpikir dan membangun ide. Tingkat keefektifan model pembelajaran induktif
ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru dalam bertanya dan
mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi pembimbing yang akan untuk
membuat siswa berpikir.
Pada
pendekatan induktif dimulai dengan memberikan bermacam-macam contoh. Dari
contoh-contoh tersebut siswa mengerti keteraturandan kemudian mengambil
keputusan yang bersifat umum.Pendekatan induktif adalah suatu strategi yang direncanakan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
kreatif melalui observasi, membandingkan, penemuan pola, dan
menggeneralisasikannya. Guru biasanya menciptakansuasana aktif belajar dengan
mendorong siswa mengadakan pengamatan dan memfokuskan pengamatan melalui
pertanyaan-pertanyaan. Pada pendekatan induktif ini seorang siswa haruslebih
aktif. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan cara eksperimen, diskusi, dan
demonstrasi.
Struktur
sosial dalam pembelajaran menjadi ciri lingkungan kelas yang sangat dibutuhkan
untuk belajar melalui strategi pembelajaran induktif. pembelajaran induktif
mensyaratkan sebuah lingkungan belajar yang mana di dalamnya siswa merasa bebas
dan terlepas dari resiko takut dan malu saat memberikan pendapat, bertanya,
membuat konklusi dan jawaban. Mereka harus bebas dari kritik tajam yang dapat
menjatuhkan semangat belajar. strategi ini dikembangkan atas dasar beberapa
postulat sebagai berikut:
a.
Kemampuan berpikir dapat
diajarkan.
b.
Berpikir merupakan suatu
transaksi aktif antara individu dengan data.Artinya, dalam seting kelas,
bahan-bahan ajar merupakan sarana bagi siswa untuk mengembangkan operasi
kognitif tertentu.
c.
Proses berpikir merupakan
suatu urutan tahapan yang beraturan (lawful). Artinya, agar dapat menguasai
keterampilan berpikir tertentu, prasyarat tertentu harus dikuasai terlebih
dahulu, dan urutan tahapan ini tidak bisa dibalik. Oleh karenanya, konsep
tahapan beraturan ini memerlukan strategi pembelajaran tertentu agar dapat mengendalikan
tahapan-tahapan tersebut.
2.
Pengertian Pembelajaran Pendekatan Dekduktif
Pendekatan
deduktif merupakan pendekatan yang mengutamakan penalaran dari umum ke khusus.
Langkah-langkah yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan
deduktif dijelaskan sebagai berikut (1) guru memilih konsep, prinsip, Inisiasi
Pendidikan Kewarganegaraan 1 aturan yang akan
disajikan, (2) guru menyajikan aturan, prinsip yang berifat umum, lengkap
dengan definisi dan contoh-contohnya, (3) guru menyajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan
khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok, (4) guru
menyajikan bukti-bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan
umum itu merupakan gambaran dari keadaan khusus,
Pembelajaran
deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi model pembelajaran induktif.
Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan generalisasi, mengandalkan
contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara aktif dalam membimbing
siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama pembelajaran,
keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan serta biasanya
pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih aktif daripada siswanya.
Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan simulasi.
Dalam
strategi pembelajaran deduktif pesan diolah mulai dari hal yang umum kepada hal
yang khusus, dari hal abstrak kepada hal yang nyata, dari konsep-konsep yang
astrak kepada contoh-contoh yang konkrit, dari sebuah premis menuju ke
kesimpulan yang logis.
Langkah-langkah
dalam strategi deduktif meliputi tiga tahap:
1.
pengajar memilih
pengetahuan untuk diajarkan.
2.
pengajar memberi
pengetahuan kepada peserta didik.
3.
pengajar memberikan
contoh-contoh dan membuktikannya kepada peserta didik. Misalnya, bila diambil
contoh untuk pengajaran tentang kalimat tunggal, maka pengajar memulai dengan
definisi kalimat tunggal, contoh-contoh kalimat tunggal, dan dilanjutkan dengan
penjelasan ciri-ciri kalimat tunggal. Teknik penyajian pelajaran yang paralel
dengan straegi pembelajaran deduktif adalah teknik ceramah.
Dapat
dikatakan juga strategi deduktif, pesan atau materi pelajaran diolah
mulai dari yang umum, generalisasi atau rumusan konsep atau rumusan aturan,
dilanjutkan kepada yang khusus yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau
atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan menggunakan berbagai ilustrasi atau
contoh. Strategi belajar mengajar deduktif antara lain dapat digunakan pada
pelajaran mengenai konsep “terdefinisi”.
Pembelajaran
deduktif terdiri dari empat tahap:
a.
guru mulai dengan
kaidah-kaidah konsep (conceot rule) atau pernyataan yang mana dalam pembelajaran diupayakan
untuk pembuktiannya,
b. guru memberikan contoh-contoh yang menunjukkan
pembuktian dari konsep,
c.
guru memberikan pertanyaan kepada siswa untuk mendapatkan atribut/ciri dan bukan esensi dari konsep-konsep,
d. siswa memberikan beberapa kategori dari
contoh yang diberikan oleh guru
Pembelajaran
deduktif merupakan strtegi pembelajaran yang mengutamakan penalaran dari umum
ke khusus. Pembelajaran deduktif merupakan imbangan yang sangat dekat bagi
model pembelajaran induktif. Keduanya dirancang untuk mengajarkan konsep dan
generalisasi, mengandalkan contoh dan bergantung pada keterlibatan guru secara
aktif dalam membimbing siswa. Perbedaan terletak pada urutan kejadian selama
pembelajaran, keterampilan berpikir, cara memotivasi dan waktu yang diperlukan
serta biasanya pada pembelajaran pendekatan deduktif seorang guru harus lebih
aktif daripada siswanya. Pembelajaran dilakukan dengan metode ceramah, tanya
jawab dan simulasi.
Ciri-ciri
pembelajaran deduktif adalah sebagai berikut :
a.
Berorientasi pada siswa
b.
Berstruktur tinggi
c.
Penggunaan waktu yang lebih efisien.
d. Kurang memberi kesempatan untuk
belajar sewaktu-waktu
Sintak
pembelajaran deduktif adalah :
a.
Menyatakan abstraksi
b. Memberi ilustrasi
c.
Aplikasi
d.
Penutup
Jenis
pendekatan induktif : Membentuk satu
generalisasi daripada contoh-contoh tertentu. Misalnya mencari cirri-ciri yang
sama dari berbagai jenis pasar.
3. Pembelajaran Induktif dan Pembelajaran
Deduktif
a.
Membentuk satu
prinsip dari uji kajian tertentu.
b.
Membentuk satu hukum dari
pernyataan-pernyataan tertentu. Misalnya mendapat hukum permintaan dan penawaran dari analisis
pasar dan pedagang.
c.
Mendapat satu teori dari urutan suatu
pemikiran.
4. Ciri-ciri dari strategi
pembelajaran induktif adalah :
a.
Penekanan pada keterampilan
berpikir dan tujuan-tujuan afektif
b.
Berstruktur rendah
c.
Penggunaan waktu yang
kurang efisien
d.
Memberi kesempatan yang
banyak untuk belajar sewaktu-waktu
5.
Kelebihan Dan Kelemahan Pembelajaran Induktif dan Deduktif
Kelebihan
yang menonjol dan mudah dipahami diantaranya :
a.
Pada model pembelajaran
induktif guru langsung memberikan presentasi informasi-informasi yang akan
memberikan ilustrasi-ilustrasi tentang topik yang akan dipelajari siswa,
sehingga siswa mempunyai parameter dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
b.
Ketika siswa telah
mempunyai gambaran umum tentang materi pembelajaran, guru membimbing siswa
untuk menemukan pola-pola tertentu dari ilustrasi-ilustrasi yang diberikan
tersebut sehingga pemerataan pemahaman siswa lebih luas dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan antara siswa dengan guru.
c.
Model pembelajaran induktif
menjadi sangat efektif untuk memicu keterlibatan yang lebih mendalam dalam hal
proses belajar karena proses Tanya jawab tersebut.
d. Cara yang mudah untuk menyampaikan isi
pelajaran
e. Pendekatan ini sesuai untuk digunakan
dalam proses pembelajaran, guru memberikan penerangan sebelum memulai
pembelajaran.
Kelemahan
Model Pembelajaran Induktif
a.
Model ini membutuhkan guru
yang terampil dalam bertanya (questioning) sehingga kesuksesan pembelajaran
hamper sepenuhnya ditentukan kemampuan guru dalam memberikan
ilustrasi-ilustrasi.
b.
Tingkat keefektifan model
pembelajaran induktif ini, jadinya-sangat tergantung pada keterampilan guru
dalam bertanya dan mengarahkan pembelajaran, dimana guru harus menjadi
pembimbing yang akan untuk membuat siswa berpikir.
c.
Model pembelajaran ini
sangat tergantung pada lingkungan eksternal, guru harus bisa menciptakan
kondisi dan situasi belajar yang kondusif agar siswa merasa aman dan tak
malu/takut mengeluarkan pendapatnya. Jika syarat-syarat ini tidak terpenuhi,
maka tujuan pembelajaran tidak akan tercapai secara sempurna.
d.
Saat pembelajaran
berlangsung dengan menggunakan model pembelajaran induktif, guru harus telah
menyiapkan perangkat-perangkat yang akan membuat siswa beraktivitas dan
mengobarkan semangat siswa untuk melakukan observasi terhadap
ilustrasi-ilustrasi yang diberikan, melalui pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh guru. Dengan metode ini maka kemandirian siswa tidak dapat
berkembang optimal.
e.
Guru harus menjaga siswa
agar perhatian mereka tetap pada tugas belajar yang diberikan, sehingga peran
guru sangat vital dalam mengontrol proses belajar siswa.
f.
Kesuksesan proses belajar
mengajar dengan menggunakan model pembelajaran induktif bergantung pada
contoh-contoh atau ilustrasi yang digunakan oleh guru.
g.
Pembelajaran tidak dapat
berjalan bila guru dan muridnya tidak suka membaca, sehingga tidak mempunyai
pilihan dalam proses induktif.
h.
Keaktifan siswa dalam
mengeplorasikan kemampuan masih terbatas
i.
Dalam menarik kesimpulan
dari konteks umum yang diberikan guru siswa dibatasi konteks tersebut.
6. Langkah-langkah
Pembelajaran Induktif Dan Pembelajaran
Deduktif
a.
Pada Pembelajaran Induktif
Strategi
pembelajaran ini menghendaki penarikan kesimpulan didasarkanatas
fakta-fakta yang kongkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta semakin
mendukung hasil simpulan. Langkah-langkah yang harus tempuh dalam
strategi pembelajaran dengan pendekatan induktif yaitu:
1)
Guru memilih konsep,
prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif
2)
guru menyajikan
contoh-contoh khusus, prinsip, atau aturan yang memungkinkan siswa
memperkirakan sifat umum yang terkandung dalam contoh,
3)
guru menyajikan bukti yang
berupa contoh tambahan untuk menunjang atau mengangkat perkiraan.
4)
menyimpulkan, memberi
penegasan dari beberapa contoh kemudian disimpulkan dari contoh tersebut serta
tindak lanjut.
Postulat
yang diajukan Taba di atas menyatakan bahwa keterampilan berpikir harus
diajarkan dengan menggunakan strategi khusus. Menurutnya, berpikir induktif
melibatkan tiga tahapan dan karenanya ia mengembangkan tiga strategi cara
mengajarkannya.Taba mengidentifikasi tiga keterampilan berpikir induktif:
1)
Konsep pembentukan (belajar
konsep)
Tahap
ini mencakup tiga langkah utama: item daftar (lembar, konsep), kelompok barang
yang sama secara bersama-sama, beserta label tersebut (dengan nama konsep).
Langkah-langkah:
1.
Membuat daftar konsep.
2.
Pengelompokkan konsep berdasarkan karakteristik yang sama.
3.
Pemberian label atau kategorisasi.
b) Interpretasi data
Strategi
kedua ini merupakan cara mengajarkan bagaimana menginterpretasi dan
menyimpulkan data. Sama halnya dengan strategi pertama (pembentukan konsep),
cara ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu.
Langkah-langkah:
1.
mengidetifikasi dimensi-dimensi dan hubungan-hubungannya.
2. menjelaskan
dimensi-dimensi dan hubungan-
hubungannya.
3. membuat kesimpulan.
c)
Penerapan prinsip-prinsip
Strategi
ini merupakan kelanjutan dari strategi pertama dan kedua. Setelah siswa dapat
merumuskan suatu konsep, menginterpretasikan dan menyimpulkan data, selanjutnya
mereka diharapkan dapat menerapkan suatu prinsip tertentu ke dalam suatu
situasi permasalahan yang berbeda.. Atau siswa diharapkan dapat menerapkan
suatu prinsip untuk menjelaskan suatu fenomena baru.
Langkah-Langkah:
1.
Membuat hipotesis, memprediksi konsekuensi.
2.
Menjelaskan teori yang mendukung hipotesis atau prediksi.
3.
Menguji hipotesis/prediksi
b. Pada
Pembelajaran Deduktif
Dalam
strategi belajar mengajar deduktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai
dari yang umum, generalisasi atau rumusan konsep atau rumusan aturan,
dilanjutkan kepada yang khusus yaitu penjelasan bagian-bagiannya atau
atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan menggunakan berbagai ilustrasi atau
contoh. Strategi belajar mengajar deduktif antara lain dapat digunakan pada
pelajaran mengenai konsep “terdefinisi”.
Pembelajaran
deduktif terdiri dari empat tahap:
1.
guru mulai dengan
kaidah-kaidah konsep (conceot rule) atau pernyataan yang mana dalam
pembelajaran diupayakan untuk pembuktiannya,
2.
guru memberikan
contoh-contoh yang menunjukkan pembuktian dari konsep,
3.
guru memberikan pertanyaan
kepada siswa untuk mendapatkan atribut/ciri dan bukan esensi dari
konsep-konsep,
4.
siswa memberikan beberapa
kategori dari contoh yang diberikan oleh guru
Contoh
penggunaannya pada pembelajaran konsep terdefinisi: Bahan pelajaran : konsep
pasar.Tujuan pembelajaran : “siswa dapat menjelaskan ciri-ciri pasar”. Rumusan
konsep: pasar ialah tempat bekumpulnya penjual dan pembeli, terjadi transaksi,
barang dan jasa”.
Proses
pembelajaran:
1.
Mula-mula guru menuliskan
rumusan konsep tersebut pada papan tulis .
2.
Siswa diminta
mengidentifikasi atribut-atributnya, yaitu: memerlukan makanan, bergerak,
tumbuh, berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang dikemukakan siswa
ditulis di papan tulis (di bawah rumusan konsep).
3.
Siswa diminta menjelaskan
berbagai atribut dengan menggunakan berbagai contoh. Guru melengkapi atau
menjelaskan lebih jauh pendapat siswa. Dalam hal ini akan lebih baik jika
digunakan alat peraga.
4.
Siswa diminta
mengidentifikasi jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-atributnya.
Strategi belajar mengajar deduktif digunakan bila siswa belum memiliki pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan atau waktu mengajar relatif sedikit.
Strategi belajar mengajar deduktif digunakan bila siswa belum memiliki pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan atau waktu mengajar relatif sedikit.
Langkah-langkah
yang dapat Anda tempuh dalam model pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dijelaskan sebagai berikut
1.
guru memilih konsep,
prinsip, Inisiasi aturan yang akan disajikan,
2.
guru menyajikan aturan,
prinsip yang berifat umum, lengkap dengan definisi dan contoh-contohnya
3.
guru menyajikan
contoh-contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan
khusus dengan aturan prinsip umum yang didukung oleh media yang cocok
4.
guru menyajikan bukti-bukti
untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan umum itu merupakan
gambaran dari keadaan khusus,
7 Dasar Pertimbangan Pemilihan Strategi
Strategi
pembelajaran yang dipilih oleh guru selayaknya didasari pada berbagai
pertimbangan sesuai dengan situasi, kondisi dan lingkungan yang akan
dihadapinya. Pemilihan strategi pembelajaran umumnya bertolak dari
a.
rumusan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan,
b.
analisis kebutuhan dan
karakteristik peserta didik yang dihasilkan, dan
c.
jenis materi pelajaran yang
akan dikomunikasikan.
Kriteria
pemelihan strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu:
1)
Berorientasi pada tujuan
pembelajaran
2)
Pilih teknik pembelajaran
sesuai dengan keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki saat bekerja
nanti (dihubungkan dengan dunia kerja).
3)
Gunakan media pembelajaran
yang sebanyak mungkin memberikan rangsangan pada indera peserta didik.
Atas
beberapa pertimbangan mengenai pemilihan strategi pembelajaran di atas maka
alas an untuk memilih pembelajaran induktif dan deduktif adalah sebagai berikut
:
Dengan
Strategi Induktif materi atau bahan pelajaran diolah mulai dari yang khusus
(sifat, ciri atau atribut) ke yang umum, generalisasi atau rumusan. Strategi
Induktif dapat digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun
konsep terdefinisi.
Dengan
Strategi Deduktif materi atau bahan pelajaran diolah dari mulai yang umum,
generalisasi atau rumusan, ke yang bersifat khusus atau bagian-bagian. Bagian
itu dapat berupa sifat, atribut atau ciri-ciri. Strategi Deduktif dapat
digunakan dalam mengajarkan konsep, baik konsep konkret maupun konsep
terdefinisi.
8. Upaya
Pemecahan Kasus Pembelajaran dari Strategi Tersebut
Ditinjau
dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran deduktif dan strategi pembelajaran
induktif. Strategi pembelajaran deduktif adalah strategi pembelajaran yang
dilakukan dengan mempelajari konsep-konsep terlebuh dahulu untuk kemudian dicari
kesimpulan dan ilustrasi-ilistrasi atau bahan pelajaran yang dipelajari dimulai
dari hal-hal yang abstrak. Kemudian secara perlahan-perlahan menuju hal yan
konkrit.strategi ini disebut juga strategi pembelajaran dari umum kekhusus.
Strategi
dengan strategi induktif, pada strategi ini bahan yang dipelajari dimulai dari
hal-hal yang konkrit atau contoh-contoh yang kemudian secara perlahan siswa
dihadapkan pada materi yang komplek dan sukar. Strategi ini kerap dinamakan
strategi pembelajaran dari umum kekhusus.Pembelajaran deduktif, umum-khusus,
abstrak-konkrit: guru menyampaikan aturan, prinsip baru diberi contoh-contohnya
pada siswa.
Pembelajaran
deduktif, dimana proses pembelajarannya dimulai dari definisi dan diikuti
dengan contoh-contoh dan yang bukan contohnya Pembelajaran induktif,
dimulai dari contoh lalu membahas definisinya. Selain ragam dan macam strategi
pembelajran induktif dan pembelajaran deduktif. Pembelajaran deduktif
dikembangkam oleh Filosof Perancis Bacon yang menghendaki penarikan kesimpulan
didasarkan atas fakta-fakta yang konkrit sebanyak mungkin. Semakin banyak fakta
semakin mendukung hasil simpulan.pada abad pertengahan, system induktif ini
disebut juga sebagai dogmatif, artinya langsung mempercayai begitu saja tanpa
berfikir rasional.
Deduktif,
sebagai kebalikan induktif adalah prosses penalaran yang beranjak dari umum ke
yang khusus atau dari suatu premis menujuk ke suatu konklusi logis.
Kesimpulan-kesimpulan tenyang suatu kasus tertentu dapat dideduksi dari suatu
prinsip umum yang berlaku bagi semua kasus yang semacam. Dictionary of
Education mendefinisikan pola deduktif sebagai suatu pola dalam mengajar yang
beranjak dari aturan-aturan atau generalisasi kecontoh-contoh dan kemudian
sampai padaa konklusu-konklusi atau penerapan dari generalisasi-generalisasi.
8. Implementasi
Strategi
deduktif, pesan atau materi pelajaran diolah mulai dari yang umum, generalisasi
atau rumusan konsep atau rumusan aturan, dilanjutkan kepada yang khusus yaitu
penjelasan bagian-bagiannya atau atribut-atributnya (ciri-cirinya) dengan
menggunakan berbagai ilustrasi atau contoh. Strategi belajar mengajar deduktif
antara lain dapat digunakan pada pelajaran mengenai konsep “terdefinisi”.
Contoh
penggunaannya pada pembelajaran konsep terdefinisi: Bahan pelajaran :
konsep makhluk hidup. tujuan pembelajaran : “siswa dapat menjelaskan ciri-ciri
makhluk hidup”. Rumusan konsep: makhluk hidup ialah makhluk yang memerlukan
makanan, bergerak, tumbuh,berkembang biak, dan bernafas”.
Proses
pembelajaran:
Mula-mula
guru menuliskan rumusan konsep tersebut pada papan tulis .
a.
Siswa diminta
mengidentifikasi atribut-atributnya, yaitu: memerlukan makanan, bergerak,
tumbuh, berkembang biak, dan bernafas. Setiap atribut yang dikemukakan siswa
ditulis di papan tulis (di bawah rumusan konsep).
b.
Siswa diminta menjelaskan berbagai atribut
dengan menggunakan berbagai contoh. Guru melengkapi atau menjelaskan lebih jauh
pendapat siswa. Dalam hal ini akan lebih baik jika digunakan alat peraga.
c.
Siswa diminta
mengidentifikasi jenis-jenis makhluk hidup dan atribut-atributnya.
Strategi belajar mengajar deduktif digunakan bila siswa belum memiliki pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan atau waktu mengajar relatif sedikit.
Strategi belajar mengajar deduktif digunakan bila siswa belum memiliki pengalaman yang berkaitan dengan konsep yang diajarkan atau waktu mengajar relatif sedikit.
Srategi
belajar mengajar induktif Dalam strategi belajar mengajar induktif, pesan atau
materi pelajaran diolah mulai dari yang khusus, bagian atau atribut, menuju
yang umum yaitu generalisasi atau rumusan konsep atau aturan. Model
pembelajaran induktif dipelopori oleh Taba (Joyce & Weil; 2002:127), model
yang didesain untuk meningkatkan kemampuan berpikir.
Taba
(Joyce dkk, 2002) membangun model ini dengan pendekatan yang didasarkan atas
tiga asumsi, yaitu:
a. Proses berpikir dapat
dipelajari. Mengajar seperti yang digunakan oleh Taba berarti membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir induktif melalui latihan (practice).
b.
Proses berpikir adalah suatu transaksi aktif antara individu dan data. Ini
berarti bahwa siswa menyampaikan sejumlah data dari beberapa domain pelajaran.
Siswa menyusun data ke dalam sistem konseptual, menghubungkan poin-poin data
dengan data yang lain, membuat generalisasi dari hubungan yang mereka temukan,
dan membuat kesimpulan dengan hipotesis, meramalkan dan menjelaskan fenomena.
c.
Mengembangkan proses berpikir dengan urutan yang “sah menurut
aturan”. Postulat Taba bahwa untuk menguasai keterampilan berpikir tertentu,
pertama seseorang harus menguasai satu keterampilan tertentu sebelumnya, dan
urutan ini tidak bisa dibalik. Contoh sederhana dari pembelajaran induktif
adalah menentukan dua atau lebih garis yang sejajar (guru menggunakan konsep
tangent geometri, yang mana guru memberikan contoh beberapa garis). Contoh
penggunaannya: Seperti halnya seperti contoh di atas (penggunaan strategi
belajar mengajar deduktif), rumuskan dulu: bahan pembelajaran, tujuan
pembelajaran, dan rumusan konsepnya.