mikrobiologi : Isolasi dan Pemanfaatan Bakteri Termofilik - Articel Iftah Al-Muttaqin

Sunday, October 18, 2015

mikrobiologi : Isolasi dan Pemanfaatan Bakteri Termofilik



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Mikroorganisme termofilik merupakan mikroorganisme yang tumbuh baik pada suhu 45 – 800 C. Pengisolasian bakteri termofilik dari beberapa habitatnya dengan tujuan penggunaan bakteri dan enzim termostabil yang dihasilkannya untuk diterapkan dalam dunia industri semakin intensif (Madigan et al., 2000). Memproduksi enzim yang mempunyai aktivitas yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam aplikasinya, haruslah dilakukan optimasi terhadap mikroorganisme penghasil enzim tersebut (Mubarak, 2001). Optimasi ekstrinsik pada mikroorganisme dilakukan dengan merekayasa kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme (Suhartono, 1991). Peningkatan produksi enzim dengan melakukan rekayasa pada komposisi medium, pH medium, suhu, sumber karbon dan nitrogen (Sumantha, Larroche, and Pandey, 2006).
Mikroorganisme termofilik mampu mensintesis molekul stabil pada kondisi panas, termasuk molekul enzim. Bioteknologi umumnya tertarik pada enzim dari mikroorganisme yang mendukung untuk bekerja dibawah kondisi normal dimana enzim dari mikroorganisme mesofilik akan mengalami denaturasi. Dengan alasan inilah enzim ini menjadi sasaran termasuk kelayakannya sebagai model untuk penelitian dan penyelidikan protein-protein yang bersifat termostabil dan kemampuannya sebagai biokatalis pada bioteknologi modern.



B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1.      Apa itu bakteri termofilik ?
2.      Bagaimana karakteristik dari bakteri termofilik ?
3.      Bagaimana cara mengisolasi bakteri termofilik ?
4.      Apa manfaat dari bakteri termofilik ?

C.    Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini ialah :
1.      Untuk mengetahui bagaimana bakteri termofilik itu
2.      Untuk mengetahui karakteristik dari bakteri termofilik
3.      Untuk mengetahui cara mengisolasi bakteri termofilik
4.      Untuk mengetahui manfaat dari bakteri termofilik










BAB II
ISI
A.    Pendahuluan
Mikroorganisme termofilik merupakan mikroorganisme yang tumbuh baik pada suhu 45 – 800 C. Pengisolasian bakteri termofilik dari beberapa habitatnya dengan tujuan penggunaan bakteri dan enzim termostabil yang dihasilkannya untuk diterapkan dalam dunia industri semakin intensif (Madigan et al., 2000). Memproduksi enzim yang mempunyai aktivitas yang tinggi sehingga dapat digunakan dalam aplikasinya, haruslah dilakukan optimasi terhadap mikroorganisme penghasil enzim tersebut (Mubarak, 2001). Optimasi ekstrinsik pada mikroorganisme dilakukan dengan merekayasa kondisi optimal bagi pertumbuhan mikroorganisme (Suhartono, 1991). Peningkatan produksi enzim dengan melakukan rekayasa pada komposisi medium, pH medium, suhu, sumber karbon dan nitrogen (Sumantha, Larroche, and Pandey, 2006).
Mikroorganisme termofilik mampu mensintesis molekul stabil pada kondisi panas, termasuk molekul enzim. Bioteknologi umumnya tertarik pada enzim dari mikroorganisme yang mendukung untuk bekerja dibawah kondisi normal dimana enzim dari mikroorganisme mesofilik akan mengalami denaturasi. Dengan alasan inilah enzim ini menjadi sasaran termasuk kelayakannya sebagai model untuk penelitian dan penyelidikan protein-protein yang bersifat termostabil dan kemampuannya sebagai biokatalis pada bioteknologi modern.
Aplikasi enzim didalam bioteknologi semakin menuntut enzim yang bersifat tahan lingkungan. Karena faktor utama yang paling merusak enzim adalah suhu, maka usaha pertama yang akan dilakukan adalah mencari mikroba penghasil enzim-enzim termofilik dari berbagai sumber alam. Hal ini berkaitan dengan keuntungan yang akan diperoleh bila proses produksi dilakukan pada suhu tinggi, diantaranya adalah mengurangi kontaminasi, meningkatkan kecepatan transfer massa dan menurunkan viskositas dari larutan. Kitinase adalah enzim yang mendegradasi kitin menjadi N-asetilglukosamin, degradasi kitin dapat dilakukan oleh organisme kitinolitik dengan melibatkan enzim kitinase. Organisme pendegradasi kitin umumnya berasal dari kelompok mikroorganisme diantaranya adalah dari kelompok bakteri. Bakteri yang dilaporkan memiliki aktivitas kitinolitik adalah seperti, Vibrio furnissi, Serratia marcescens, Bacillus circulans dan Pseudomonas aeruginosa. Enzim kitinase yang dihasilkan oleh mikroorganisme kitinolitik mempunyai potensi tinggi untuk mendegradasi limbah yang mengandung kitin, karena dengan adanya enzim kitinase memungkinkan konversi kitin yang melimpah menjadi produk yang berguna. Bakteri kitinolitik pada bidang pertanian berfungsi sebagai agen biokontrol terhadap fungsi patogen maupun serangga hama yang umumnya memiliki komponen kitin pada dinding selnya. Pada bidang farmasi aplikasi kitinase sangat potensial, dimana hidrolisis kitin oleh kitinase menghasilkan N asetil glukosamin yang dapat dikonversi menjadi hexa-N-kitobiosa yaitu suatu oligosakarida yang memiliki aktivitas antitumor. Sedangkan di bidang medis kitinase digunakan untuk terapi penyakit yang disebabkan oleh fungi. Adanya mikroorganisme yang unggul merupakan salah satu faktor penting dalam usaha produksi enzim.

B.     Metode Penelitian
1.      Karakerisasi Bakteri Termofilik
Karakterisasi isolat bakteri termofilik penghasil kitinase meliputi, makroskopis koloni, mikroskopis sel, motilitas dan uji biokimia, penjelasannya yaitu :
a.       Makroskopis koloni seperti, bentuk , elevasi dan tepian koloni.
b.      Mikroskopis sel seperti, bentuk sel, sifat Gram dan ada tidaknya endospora.
c.       Motilitas
d.      Uji Biokimia seperti, Hidrolisis pati, hidrolisis kasein, fermentasi glukosa, fermentasi sukrosa, fermantasi laktosa, produksi H2S, produksi indol, produksi urease, produksi katalase, uji metil merah, uji Voges-Prokauer, uji TSIA, uji Simmon’s sitrat.
2.      Cara Pengambilan sampel
a.       Pengambilan sampel air panas secara langsung lalu di analisis
b.      Pengambilan air yang berasal dari sumber air panas dengan cara menggerus batu-batuan atau sedimen yang terdapat didalam air, lalu dimasukkan kedalam botol
2.      Prosedur Penelitian
a.       Pengambilan Sampel Air Panas
Pengambilan sampel dilakukan di sumber air panas Songgoriti. Pengukuran parameter fisika dan kimia dilakukan terlebih dahulu sebelum sampel air diambil. Parameter yang diamati adalah suhu dan pH. Parameter suhu diukur menggunakan thermometer yang dimasukkan ke dalam air dan dibiarkan selama 1 menit. Parameter suhu dilakukan menggunakan kertas pH meter yang dicelupkan di permukaan air. Sampel air diambil dari kolam pada kedalaman 50 cm dari permukaan air lalu dimasukkan ke dalam termos. Sampel air tersebut lalu dibawa ke Laboratorium Kimia Mikroorganisme Jurusan kimia ITS supaya dapat dilakukan isolasi.
b.      Isolasi dan Pemurnian Bakteri
Sampel air diambil sebanyak 100μL dan ditambahkan ke dalam 10 ml media thermos broth. Setelah itu larutan tersebut diinkubasi selama 2 hari di dalam oven dengan suhu 55 °C. Setelah diinkubasi, media tersebut diambil sebanyak 10 μL dan dilakukan pengenceran hingga 10-12. Hasil pengenceran tersebut lalu diambil 10 μL dan dipindahkan ke media agar lalu diratakan dengan menggunakan stik L. Setelah itu dilakukan inkubasi selama 1 hari. Setelah itu koloni bakteri yang nampak dipindahkan ke media agar yang telah steril. Isolat Bakteri tersebut diberi nama A, B, C dan D.
c.       Identifikasi dan Karakterisasi Isolat Bakteri
1)      Pewarnaan Gram
Isolat bakteri A diambil 1 ose dan digores-goreskan pada permukaan preparat steril kemudian dilakukan fiksasi. Kristal violet sebanyak 1 tetes ditambahkan ke permukaan preparat yang terdapat lapisan bakteri tersebut dan didiamkan selama 1 menit. Setelah 1 menit, preparat dibilas dengan air sampai zat warna luntur. Preparat dikeringkan di atas api spiritus. Setelah kering, larutan iod sebanyak 1 tetes ditambahkan ke permukaan preparat tersebut dan didiamkan selama 1 menit. Setelah 1 menit, preparat dibilas dengan air. Preparat dibilas dengan alkohol 96% sampai semua zat warna luntur kemudian dicuci dengan air. Preparat dikeringkan di atas api spiritus. Setelah kering, safranin sebanyak 1 tetes ditambahkan ke permukaan preparat dan didiamkan selama 45 detik. Preparat dicuci dengan air dan dikeringkan. Preparat diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x. Pewarnaan diulang untuk isolat bakteri B, C dan D
2)      Uji Oksidasi
Reagen oksidasi, yaitu N,N,N,N-tetrametil-p-fenildiamin (TMPD) dituang pada kertas saring. Isolat bakteri A diambil dan digoreskan pada kertas saring tersebut. Pengambilan isolat bakteri tidak boleh menggunakan alat yang berasal dari logam (harus dari kayu atau plastik). Reaksi ditunggu selama 30 detik. Hasil positif ditandai dengan munculnya warna ungu, sedangkan hasil negatif ditandaidengan munculnya warna merah muda. Uji diulang untuk isolat bakteri B dan D
3)      Uji Fermentasi Glukosa
Isolat bakteri A diambil 1 ose dan dimasukkan ke dalam media Phenol red broth glucose lalu diaduk. Media yang telah berisi isolat, diinkubasi selama 2 hari. Perubahan warna yang terjadi diamati. Warna merah mengindikasikan tidak adanya asam, sedangkan warna kuning mengindikasikan adanya asam. Uji diulang untuk isolat bakteri B dan D
4)      Uji Na+
Isolat bakteri A diambil 1 ose dan digoreskan ke dalam tabung reaksi yang berisi media uji Na+ kemudian diinkubasi 1 hari. Hasil positif ditandai dengan adanya pertumbuhan bakteri pada media Na+, sedangkan hasil negatif ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Uji diulang untuk isolat bakteri B dan D
5)      Pewarnaan Endospora
Pewarnaan spora dilakukan untuk isolat bakteri C. Isolat bakteri c diambil sebanyak 1 ose dan digoreskan pada permukaan preparat steril kemudian dilakukan fiksasi. Preparat yang telah diberi bakteri tersebut lalu dibungkus dengan menggunakan kertas saring lalu ditetesi malachite green sebanyak 1 tetes dan didiamkan selama 4 menit. Setelah itu kertas saring dilepaskan dan preparat dibilas dengan air mengalir. Setelah itu preparat dikeringkan di atas api spiritus. Setelah preparat kering, safranin sebanyak 1 tetes ditambahkan ke permukaan preparat. Preparat tersebut kemudian didiamkan selama 5 menit. Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.
6)      Uji Strict Anaerob
Isolat C diinokulasi pada media Thioglycollate agar yang telah dipanaskan pada suhu 50°C selama beberapa menit lalu dihomogenkan. Tabung tersebut kemudian sdiinkubasi selama 2-3 hari pada suhu 37°C.



C.    Hasil dan Diskusi
1.      Karakteristik Sampel Air
Sampel air diperoleh dari sumber mata air Songgoriti dengan pH 5,5 dan suhu 50 °C. Bakteri yang dapat hidup pada  suhu 50  °C merupakan jenis bakteri termofilik. Bakteri  termofilik adalah bakteri yang dapat hidup pada suhu antara 40-70  °C. Pada suhu diatas 50  °C , oksigen masih dapat terlarut dengan baik sehingga kemungkinan besar bakteri di dalamnya merupakan bakteri aerob.

2.      Karakterisasi Bakteri Termofilik Setelah Hari Kedua Inkubasi
Pada inkubasi hari pertama didapatkan 4 koloni bakteri sedangkan pada inkubasi hari ke-2 diperoleh  94 koloni dan  dipilih 4 koloni. Inkubasi dilakukan dan pemurnian bakteri dilakukan pada media padat NA.  Isolat yang diperoleh pada hari pertama diberi nama isolat S1, S2, S3, dan S4  sedangkan isolat yang diperoleh  pada hari kedua inkubasi  diberi nama isolat A, B, C, dan D.
a.      Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. Pada pewarnaan Gram, hasil yang didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel pada bakteri. Pada pewarnaan Gram ini, reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu kristal violet, iodin, alkohol dan safranin. Bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristal violet sehingga ketika diamati dengan mikroskop akan menunjukkan warna ungu sedangkan bakteri Gram negatif tidak dapat mempertahankan warna ungu dari Kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada dinding sel sehingga pada saat dilihat menggunakan mikroskop akan memperlihatkan warna merah.Hasil pewarnaan Gram dapat digunakan untuk mengetahui bentuk morfologi dari keempat jenis isolat yaitu warna dan bentuk sel bakteri tersebut.
Hasil pewarnaan Gram untuk isolat A,B dan D menunjukkan bentuk sel batang (bacill) berwarna merah. Dari hasil tersebut dapat diketahui  bahwa isolat A merupakan bakteri Gram negatif.
Hasil pewarnaan gram untuk isolat C menunjukkan bentuk sel batang (bacill) berwarna ungu. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat C merupakan bakteri Gram positif.
b.      Uji Oksidasi
Uji oksidasi digunakan ini untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan enzim sitokrom oksidase. Pada uji oksidasi ini digunakan reagen berupa N,N,N,N-tetramethyl-p-phenylenediamine (TMPD).
Hasil pada isolat bakteri A menunjukkan hasil positif  untuk uji ini dengan timbulnya warna ungu setelah direaksikan dengan reagen TMPD. Hasil pada isolat bakteri B dan D juga menunjukkan hasil positif untuk uji oksidasi yang ditandai dengan timbulnya warna ungu setelah direaksikan reagen TMPD.


c.       Uji Fermentasi Glukosa
Uji fermentasi glukosa digunakan untuk mengetahui apakah isolat bakteri tersebut dapat melakukan fermentasi glukosa. Perubahan warna yang terjadi pada media menunjukkan adanya asam sebagai hasil dari proses fermentasi glukosa. Hasil   pada isolat bakteri A, B dan D menunjukkan bahwa isolat dapat melakukan fermentasi glukosa ditunjukkan dengan adanya perubahan warna pada media dari warna merah menjadi kuning. Kemungkinan genus untuk isolat C berasal dari kelompok bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp. Pada hari kedua inkubasi dapat dilihat   bahwa isolat A,B dan D merupakan bakteri   aerob    fakultatif yang mampu memfermentasikan glukosa menjadi asam piruvat.
d.      Uji Na+
Uji Na+ dilakukan untuk membedakan antara kelompok bakteri Vibrio sp dan Aeromonas sp. Kelompok bakteri Vibrio sp merupakan kelompok bakteri halotoleran yang akan mampu bertahan pada lingkungan yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Hasil pada isolat bakteri A, B dan D menunjukkan bahwa bakteri tersebut positif  terhadap uji Na+ dengan adanya pertumbuhan bakteri pada media yang mengandung 6% NaCl. Berdasarkan hasil uji-uji biokimia tersebut, isolat A, B dan D merupakan bakteri dari genus Vibrio sp.
e.       Pewarnaan Endospora
Bakteri C merupakan bakteri gram positif. Menurut second edition of Bergeys Manual  untuk mengetahui genus dari bakteri gram positif tersebut harus dilakukan pewarnaan endospora. Pada pewarnaan endospora, reagen yang digunakan adalah malachite green dan safranin untuk pewarnaan spora. Hasil dari pewarnaan endospora pada bakteri C setelah dilihat dengan menggunakan mikroskop menunjukkan warna hijau yang menunjukkan bahwa bakteri tersebut memiliki endospora.
Hasil dari pewarnaan endospora isolat C menunjukkan bahwa bakteri C menunjukkan hasil positif dengan adanya warna hijau setelah dilakukan pewarnaan endospora. Hal tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan bakteri untuk isolat C adalah bakteri  Clostridium  sp dan  Bacillus  sp. Uji selanjutnya untuk isolat C menurut second edition of Bergeys Manual adalah uji strict anaerob.




f.        Uji Strict Anaerob
Pada uji strict anaerob ini, media yang digunakan merupakan media Thioglycollate agar. Thyoglycollate agar ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara oksigen dengan mikroorganisme.  Media ini terbuat dari asam thyoglicolic dengan agar yang akan mencegah masuknya oksigen ke dalam media. Media ini  juga memiliki indikator berupa resazurin yang digunakan untuk mengetahui keberadaan oksigen pada media. Resazurin akan berwarna merah ketika di dalam media terdapat oksigen dan akan semakin memudar dengan berkurangnya kandungan oksigen pada media.
Berdasarkan hasil dari uji strict anaerob, diketahui bahwa bakteri tersebut negatif terhadap uji ini karena bakteri tersebut tumbuh pada permukaan media thioglycollate agar. Bakteri yang tumbuh pada permukaan media merupakan bakteri yang bersifat aerob karena pada inokulasi awal oksigen hanya berada di daerah permukaan media.









BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
   Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
   1. Bakteri termofilik adalah bakteri yang bermanfaat yang dapat bertahan hidup dalam
     lingkungan dengan suhu 40-70oC.
   2. Bakteri termofilik dapat ditemukan pada sumber - sumber air panas dan
     daerah-daerah pada suhu tinggi.
   3. Bakteri termofilik biasa dimanfaatkan pada industri industri, karena bakteri
     termofilik dapat menghasilkan enzim dan enzim tersebut dimanfaatkan oleh 
 perusahaan-perusahaan industri.

B. Saran
Dengan adanya penelitian tentang bakteri termofilik yang menghasilkan enzim termostabil, diharapkan para pembaca melakukan penelitian lebih lanjut mengenai sumber sumber air panas yang ada di daerahnya yang berpotensi mengandung bakteri termofilik. Dari makalah ini juga, diharapkan para pembaaca dapat meneliti lebih lanjut manfaat mengenai enzim enzim yang dihasilkan dari bakteri termofilik ini.
















































LAMPIRAN





Pertanyan – pertanyaan
1.      Ariyo Eko Nugroho (Kelompok 1)
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bakteri termofilik adalah bakteri yang tahan panas.
a.       Bagaimana jika bakteri termofilik diisolasi dalam suhu ruang ?
b.      Bagaimana perlakuan saat mengisolasi bakteri termofilik ?

2.      Imam Mustakim (Kelompok 3)
Bagaimana pemanfaatan bakteri termofilik dalam kehidupan sehari – hari ?
3.      Ririn Salmiyati (Kelompok 2)
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa bakteri termofilik dapat dijumpai pada daerah air panas yang suhunya mencapai 40-90 °C. Kita ketahui bahwa sumber air panas biasa mengandung belerang. Apakah belerang mempengaruhi bakteri termofilik yang di isolasi ?
4.      Onisimus Lawing (Kelompok 1)
Bagaimana mekanisme enzim kitinase dalam pengobatan terhadap jamur ?
5.      Rahman Maulana (Kelompok 4)
Seperti yang sudah dijelaskan bahwa dalam pengambilan sampel bakteri termofilik harus pada kedalaman 50 cm, apakah itu merupakan standar dalam mengambil sampel bakteri termofilik ?
6.      Rosi Budi Pratiwi (Kelompok 4)
Pada uji oksidasi dalam mengisoloasi bakteri termofilik kita tidak boleh menggunakan peralatan yang berasal dari logam, mengapa ?





Jawaban-jawaban
1.      a. Termofilik tahan pada suhu di atas 40o C. Akan tetapi, apabila diletakkan pada suhu di bawah itu, akan lebih baik lagi. Jadi, pada suhu ruang akan lebih mudah lagi karena kita tidak lagi harus melakukan suatu perlakuan.
b. Perlakuan pada saat mengisolasi bakteri termofilik yaitu proses inkubasi selama 2 hari dalam oven pada suhu 55oC. Diencerkan lalu dipindahkan ke media agar. Kemudian semua alat dan bahan di bawa ke lokasi sehingga lingkungannya tetap terjaga.
2. Pemanfaatan bakteri termofilik dalam kehidupan sehari – hari, yaitu :
a. Amilase : untuk memecah pati
b. Selulosa : untuk mengurangi sel dinding, fermentasi biomassa
c. Protease : dalam bidang biologi bermanfaat pada usus kecil dan pencernaan protein. Kemudian dalam bidang kedokteran bermanfaat sebagai obat inhibitor protease yaitu tekanan darah ataupun HIV
 3. Belerang mempengaruhi pH pada air tersebut yang akan dianalisis sehingga bakteri termofilik tersebut dapat diperkirakan dapat hidup pada pH tersebut.
4. Enzim biasanya mengkatalis suatu produksi senyawa metabolit sekunder. Kita harus paham bagaimana dinding sel fungi tersebut. Enzimnya berinteraksi dengan dinding sel, terjadi pembengkakan, kemudian dindingnya akan bocor, lalu semua protein, lemak, dan apa-apa yang ada di dalamnya akan keluar. Jamur kemudian mati atau mengalami lisis.
5. Pengambilan sampel bakteri tersebut bukan merupakan standar. Semakin dalam pengambilannya maka akan semakin panas, disesuaikan dengan bakteri yang ingin diisolasi.
6. Pada uji oksidasi dalam mengisolasi bakteri termofilik kita tidak boleh menggunakan peralatan yang berasal dari logam. Logam itu sendiri mudah teroksidasi. Jadi, ketika logam yang digunakan maka bukan bakterinya yang teroksidasi, melainkan logamnya.

No comments:

Post a Comment