PERCOBAAN II
GARAM RANGKAP TEMBAGA (II) AMONIUM
SULFAT
A.
Tujuan
Percobaan
Untuk mengetahui
teknik pembuatan garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat dan jumlah hidrat
yang terikat (2 hal. 9).
B.
Dasar
Teori
Garam
rangkap (double salt) : suatu garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda
(1 hal. 669).
Garam
rangkap adalah garam yang terdiri dari dua kation yang berbeda dengan sebuah
anion yang sama dalam satu kisi kristalnya. Garam rangkap biasanya lebih mudah
membentuk kristal besar dibandingkan dengan garam tunggal penyusunnya. Kation
garam rangkap umumnya terdiri dari kation logam transisi yang bergabung dengan
kation logam alkali atau ion amonium (6 hal. 1).
Contoh-contoh
garam rangkap adalah garam mohr atau amonium besi (II) sulfat heksahidrat
dengan rumus molekul (NH4)2Fe(SO4)2.6H2O;
tawas atau kalium aluminium sulfat dengan rumus molekul KAI(SO4)2.12H2O
dan dolomit atau kalium magnesium sulfat dengan rumus molekul CaMg(CO3)2
(6 hal. 1).
Jadi,
garam rangkap adalah golongan garam yang dalam bentuk kristalnya adalah
gabungan dua jenis garam (6 hal. 1).
Massa
satu mol atom suatu unsur massa molar dengan satuan gram per mol secara numerik
sama dengan massa atom relatif tanpa dimensi dari unsur itu dan hubungan yang
sama juga berlaku untuk massa molar senyawa dengan massa molekul relatifnya.
Misalkan, massa molekul relatif air ialah 18,0152 gram mol-1 dan massa molarnya 18,0152 gram mol-1
(4 hal. 28).
Misalkan
dengan cara seperti berikut kita dapat menentukan mol Fe (besi) dan massa air
(H2O)
Jumlah
bahan kimia besi 



Sedangkan untuk massa air sebagai berikut
(bahan
kimia air) x (massa molar air)
= massa air
(0,2000
mol H2O) x (18,015 g mol-1) = 3,603 g H2O
Jadi,
massa molar adalah faktor konversi antara massa zat dan jumlah bahan kimia
dalam mol (4 hal. 28).
Kemolaran
menyatakan jumlah mol (n) zat terlarut dalam 1 liter larutan. Misalkan saat
kita ingin menentukan jumlah mol H2SO4 96% dengan massa
jenis 1,8 kg L-1 dengan cara seperti berikut.
a. Massa
1 liter asam sulfat tersebut
m = v x ρ
= 1L x 1,8 kg L-1
= 1800 gram
b. Massa
H2SO4 96% 


c. Jumlah
mol H2SO4 



(3 hal. 140).
Sifat-sifat
dari garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat adalah sebagai berikut. Garam
rangkap ini dapat disintesis dari larutan jenuh besi (II) sulfat dengan larutan
jenuh amonium sulfat. Kristal yang terbentuk dapat digunakan sebagai larutan
standar pada analisis titrimetri (6 hal. 1).
Garam
rangkap ini berbentuk kristal abu-abu kecoklatan hingga putih yang larut dalam
air, akan tetapi tidak larut dalam aseton/alkohol. Amonium sulfat dibuat dari
reaksi uap-uap amoniakal destilasi dektruktif dengan H2SO4
dan dikristalkan. Amonium sulfat banyak digunakan sebagai pupuk, untuk
pemurnian air, industri, penyamakan dan zat aditif makanan (5 hal. 1).
C. Alat
dan Bahan
1.
Alat
a.
Batang
pengaduk, 1 buah
b.
Botol
semprot, 1 buah
c.
Cincin
bertangkai, 1 buah
d.
Cawan
penguap, 1 buah
e.
Corong
saring, 1 buah
f.
Desikator
, 1 buah
g.
Gelas
kimia 250 mL, 1 buah
h.
Gelas
ukur 10;25; dan 50 ml, masing-masing 1 buah
i.
Kaca
arloji, 2 buah
j.
Kertas
saring, 1 lembar
k.
Labu
Erlenmeyer 250 ml, 1 buah
l.
Statif
dan bhoeadset, 1 set
m. Tang cawan, 1 buah, dan
n.
Timbangan,
1 buah
2 . Bahan
a.
Aquades
b.
Padatan
tembaga (II) sulfat pentahidrat, CuSO4.5H2O
c.
Padatan
ammonium sulfat, (NH4)2SO4
(2 hal. 10)
D.
Prosedur Kerja
C. Pembuatan garam rangkap tembaga (II)
amonium sulfat
a.
Dilarutkan
4,9 gram CuSO4.5H2O dan 2,6 gram (NH4)2SO4
dengan 100 ml H2O dalam gelas kimia 250 mL
b.
Dipanaskan
secara pelan-pelan sampai semua garam larut sempurna
c.
Dibiarkan
larutan tersebut menjadi dingin pada temperatur kamar sampai terbentuk kristal
(2 hal. 11)
E. Hasil Pengamatan
1. Pembuatan
garam rangkap tembaga (II) amonium sulfat
Garam rangkap yang dihasilkan
a. Warna
= Biru
b. Bentuk
kristal = Kristal-kristal kecil
c. Berat
garam rangkap yang diperoleh = 6,7 gram
2. Penentuan
hidrat yang terikat
a. Berat
garam sebelum pemanasan = 1 gram
b. Berat
garam setelah pemanasan = 0,9 gram
c. Warna
garam sebelum pemanasan = biru muda
d. Warna
garam sesudah pemanasan = hijau muda
3. Data
Perhitungan
a. Menentukan
jumlah hidrat yang terikat
Massa Cu(NH4)2SO4
= 0,90 gram
Massa hidrat = 0,10 gram

n Cu(NH4)2 



n H2O 



Cu(NH4)2SO4
: H2O
0,0046 : 0,006
1 :1
Jadi, jumlah hidrat
yang terikat adalah 1.
b. Menentukan Rendamen
Rendamen 

Di mana

Ditanya : Berat CuSO4(NH4)2SO4
teoritis
Jawab :
M = nxMr
= 0,02 molx401,5 gram/mol
=8,03 gram
Rendamen 

= 75,92 %
Jadi, besar % rendamen
yang diperoleh adalah 75,92%
F . Pertanyaan
1.
Tuliskan
persamaan reaksi setara antara CuSO4 dengan (NH4)2SO4
!
Jawab :

2.
Mengapa
perbandingan massa CuSO4.5H2O dengan (NH4)2SO4
harus 4,9 gram : 2,6 gram ? Jelaskan !
Jawab :
n CuSO4.5H2O 

n (NH4)2SO4

Perbandingan massa CuSO4.5H2O
dengan (NH4)2SO4 harus 4,9 gram : 2,6 gram
agar perbandingan jumlah molnya sama, sehingga dapat bereaksi setimbang dan
sama-sama tepat habis bereaksi sehingga menghasilkan garam rangkap
3.
Mengapa
pemanasan dilakukan secara perlahan-lahan !
Jawab :
Pemanasan
dilakukan secara perlahan-lahan agar kita memperoleh garam yang murni sebab
pemanasan hanya bertujuan untuk melarutkan garam dan menghilangkan H2O
yang terdapat di dalam larutan. Jika pemanasan dilakukan berlebihan maka dapat
menyebabkan kegagalan terbentuknya garam rangkap. Selain itu, dapat menyebabkan
amonia menguap.
4.
Tentukan
jumlah hidrat yang terikat !
Jawab :
Jumlah hidrat
yang terikat adalah 0,0046 mol
5.
Tentukan
rendamen !
Jawab:
Rendamen
yang diperoleh adalah 75,92%
G.
Pembahasan
Pada percobaan garam rangkap tembaga (II) amonium
sulfat bertujuan untuk mengetahui teknik pembuatan garam rangkap tembaga (II)
amonium sulfat dan jumlah hidrat yang terikat.
Garam merupakan hasil reaksi antara asam dan basa,
prosesnya disebut netralisasi di mana sejumlah asam dan basa murni yang
ekuivalen dicampurkan dan larutannya diuapkan sehingga akan tertinggal suatu
kristal yang tidak memiliki ciri-ciri suatu asam atau basa.
Garam rangkap adalah garam yang dalam kisi
kristalnya mengandung dua kation yang berbeda dengan proporsi tertentu. Garam
rangkap dibentuk jika dua gara mengkristal bersamaan dalam perbandingan mol
tertentu, dan dalam larutan garam rangkap akan terionisasi menjadi ion-ion
komponennya.
Salah satu contoh dari garam rangkap adalah garam
rangkap tembaga (II) amonium sulfat dengan rumus senyawa CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4. Garam tembaga sulfat
pentahidrat (CuSO4.5H2O) berwarna biru muda sedangkan
garam amonium sulfat berwarna putih.
Garam amonium sulfat merupakan garam yang berupa
kristal stabil dari ion NH4+ tetrahedral yang kebanyakan
larut dalam air. Garam dari asam kuatnya terionisasi sebelumnya dan larutannya
sedikit bersifat asam, reaksi yang terjadi :

Garam-garam tembaga (II) umumnya
berwarna biru, baik dalam bentuk hidrat, padat maupun larutan air.
Endapan yang terbentuk merupakan garam
kupri amonium sulfat. Larutan amonia jika ditambahkan pada larutan tembaga (II)
sulfat dalam jumlah yang sedikit akan menghasilkan endapan biru suatu garam
basa (tembaga sulfat basa) dengan reaksi :

Kristal yang dihasilkan berwarna biru
muda. Zat yang menyerap warna pada panjang gelombang tertentu dari sinar
tampak, maka zat itu akan meneruskan warna komplementer yang nampak pada mata
kita. CuSO4 anhidrat berwarna biru karena menyerap sinar inframerah.
CuSO4.5H2O berwarna biru karena menyerap warna kuning.
Cu[OH)2(NH3)4]2+
berwarna biru karena menyerap warna hijau kekuningan. Warna biru yang terjadi
disebabkan oleh terbentuknya ion kompleks tetraamin tembaga (II) [Cu(NH)4]2+.
Sebenarnya ada dua molekul H2O dalam kompleks tersebut, namun
jaraknya terhadap ion pusat sangat jauh dibandingkan dengan tempat NH3
yang ada.
Pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
yang menjadi ion pusat adalah Cu2+ sedangkan yang menjadi ligannya
adalah SO42- dan NH4+. Ion Cu2+
ini memiliki bilangan koordinasi 4 yang berarti terdapat empat buah ruangan
yang tersedia di sekitar atom 2Cu2+ yang dapat diisi oleh sebuah
ligan pada masing-masing ruangan. Jadi, pada garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O,
dua buah ruangan diisi oleh SO42- sedangkan sisanya diisi
oleh NH4+. Ion yang memiliki bilangan koordinasi 4
seperti Cu2+ ini umumnya molekulnya berbentuk tetrahedron, tetapi
kadang-kadang ditemukan juga molekul yang memiliki susunan datar (atau hampir
datar), di mana ion pusat berada di pusat suatu bujur sangkar dan keempat ion
menempati keempat sudut bujur sangkar.
Pada proses pembuatan garam ini, awalnya
kita mencampurkan serbuk CuSO4.H2O yang berwarna biru
muda dan (NH4)2SO4
yang berwarna putih dalam air panas. Air mempunyai momen dipol yang besar dan
ditarik balik ke kation maupun anion membentuk ion terhidrasi dan dari sifatnya
tersebut maka digunakan pelarut air karena baik CuSO4.5H2O
maupun (NH4)2SO4 yang bereaksi larut dalam air
dan tetap berupa satu spesies ion. Hasil campuran ini membentuk larutan
berwarna biru muda. Endapan mungkin berwarna hijau sebagai akibat campuran yang
kurang sempurna (heterogen), seharusnya warna endapan adalah warna biru yang
homogen, pewarnaan biru di sini merupakan warna dari ion Cu2+ yang
menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut.
Persamaan reaksi yang terjadi antara
CuSO4 dengan (NH4)2SO4 adalah :

Perbandingan massa CuSO4.5H2O
dengan (NH4)2SO4 harus 4,9 gram : 2,6 gram,
agar perbandingan jumlah molnya sama, sehingga dapat bereaksi setimbang dan
sama-sama tepat habis bereaksi sehingga menghasilkan garam rangkap.
Larutan kemudian dipanaskan agar semua
kristal dapat melarut dan dihasilkan larutan biru yang homogen. Pemanasan juga
bertujuan untuk mempercepat proses reaksi yang terjadi.
Pemanasan dilakukan secara
perlahan-lahan agar kita memperoleh garam yang murni sebab pemanasan hanya
bertujuan untuk melarutkan garam dan menghilangkan H2O yang terdapat
di dalam larutan. Jika pemanasan yang dilakukan berlebihan maka dapat
menyebabkan kegagalan terbentuknya garam rangkap. Selain itu, dapat menyebabkan
amonia menguap.
Pembentukan larutan jenuh dapat
dipercepat dengan pengadukan yang kuat dari zat terlarut yang berlebih seperti
yang dilakukan hingga terbentuk larutan yang jenuh di mana ketika telah
mencapai keadaan ini dan melewatinya maka akan memperkecil hasil kali
kelarutannya sehingga ketika didinginkan maka akan terbentuk endapan berupa
kristal garam rangkap amoium tembaga (II) sulfat.
Larutan dibiarkan menjadi dingin pada
suhu kamar sampai terbentuk kristal. Kemudian kristal disaring untuk memisahkan
kristal dari larutannya. Kristal yang diperoleh dikeringkan agar air yang masih
ada pada kristal menguap sehingga diperoleh kristal yang benar-benar kering.
Setelah itu ditimbang untuk mendapatkan kristal yang diinginkan.
Kegagalan terbentuknya garam rangkap
dapat terjadi karena kesalahan dalam penambahan reagen atau penimbangan
kristal, pemanasan atau pengeringan yang berlebihan, pengadukan yang tidak
sempurna, atau dapat juga karena pendinginan campuran yang kurang lama sehingga
endapan tidak terbentuk maksimal.
H.
Kesimpulan
Berdasarkan
percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa garam rangkap tembaga
(II) amonium sulfat dapat terbentuk dengan mereaksikan CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4. Garam ini umumnya berwarna biru
baik dalam bentuk hidrat, padat maupun larutan air. Jumlah hidrat yang terikat
dan rendamen tidak dapat ditentukan kegagalan terbentuknya garam rangkap
tembaga (II) amonium sulfat.
dok.
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 2
Nama
/ NIM : 1. Asri Purwaningsih / 1205025041 (Ketua)
2. Ady Wiguna Putra
B.T / 1205025021
3. Agus Supatno / 1205025047
4. Flora Novia Astri / 1205025023
5. Nur Yaumil Awaliah / 1205025002
6. Puji Astuti / 1205025006
Kelompok : VIII
(Delapan)
Kelas Praktikum : Reguler
Pagi
Program Studi :
Pendidikan Kimia
Percobaan ke- : II (Dua)
Judul Percobaan : Garam
Rangkap Tembaga (II) Amonium Sulfat
Samarinda , 31 Mei 2014
Mengetahui,
Asisten Praktikum,
![]() |
|
Ketua Kelompok,
![]() |
NIM. 1005025103
|
|
NIM. 1205025041
|
No comments:
Post a Comment