BAB VIII
PERKEMBANGAN KIMIA FISIKA
A. SEJARAH PERKEMBANGAN KIMIA FISIKA
Studi
fisika pada senyawa dan reaksi kimia dimulai di awal abad ke-19 dan mencapai
kedewasaannya pada 1880an. Michael Faraday di Inggris, Hermann Kopp dan Robert
Bunsen di Jerman, dan Henry Victor Regnault di Perancis melakukan penyelidikan
dalam karakteristik fisika zat di periode 1830-1860. Studi panas, usaha dan
gaya membawa pada kemunculan termodinamika
sekitar 1850; yang awalnya berorientasi hampir sepenuhnya pada fisika.
Tokoh-tokoh seperti Josiah William Gibbs dari Amerika, Marcellin Berthelot dan
Pierre Duhem dari Perancis, dan Hermann von Helmholtz dan William Ostwald dari
Jerman menerapkan konsep energi dan entropi pada kimia di tahun 1870an dan
1880an. Elektrokimia yang ditemukan secara independen oleh Berzellius dan
Humphry Davy di Inggris pada awal abad ini diperbaiki oleh Faraday dan lainnya.
Bunsen dan Gustav Kirchoff dari Jerman mengembangkan spektroskopi kimia pada
akhir tahun 1880an. Studi kinetik reaksi kimia mulai tahun 1860an.
Semua
usaha ini berpuncak pada berdirinya bidang ilmu kimia fisik, yang dimulai saat
publikasi pertama jurnal kimia fisik, Zeithschrift fur Physikalische Chemie
pada tahun 1887. Para editor adalah Ostwald dan van’t Hoff, bersama dengan
SventeArrhenius dari Swedia yang meraih nobel di masa depan dan menjadi anggota
penting dari dewan editor. Kontroversi pada realitas disosiasiionik dan isu
lain yang berhubungan dengan elektrokimia, teori larutan dan termodinamika
mendominasi edisi-edisi awalnya.
Ahli
kimia fisik dibutuhkan berbagai universitas dan membawa merekan untuk mengajar
kimia umum dan teoritis. Ini juga terjadi di Amerika Serikat dengan struktur
pendidikannya yang semakin luas, termasuk universitas swasta dan negeri dan program doktoral dari Jerman. Segera
setelah abad beralih, dua kimiawan dari MIT yang telah belajar bersama Ostwald,
Arthur Noyes dan Gilbert Lewis, membentuk masyarakat kimia Amerika. Noyes
meneruskan karirnya di politeknik Throop di Pasadena yang kemudian menjadi
Institut Teknologi Calfornia (Caltech) sementara Lewis di universitas
California di Berkeley.
Kimia
fisik berubah menjadi apa yang disebut orang sebagai revolusi ilmiah kedua,
yaitu penemuan elektron, sinar X, radioaktivitas dan unsur radioaktif baru,
pemahaman pancaran radioaktif dan proses peluruhan nuklir, serta versi awal
teori mekanika kuantum dan relativitas. Semua ini terjadi hanya dalam 10 tahun, dari tahun 1895 hingga
1905, dan ledakan ilmiah terus bergulir tahun-tahun selanjutnya. Tahun 1911
fisikawan Inggris, Ernest Rutherford mengajukan sebuah model atom namun
elektronnya tampak melanggar teori elektromagnetik klasik, dan model ini belum
dapat diterima. Namun dua tahun kemudian fisikawan Denmark, Niels Bohr
memecahkan beberapa masalah ini dengan , dengan memakai data spektroskopis dan
teori kuantum dari fisikawan Jerman, Max Planck dan Albert Einstein pada model
Rutherford. Bohr berangkat ke kelompok penelitian teoritis internasional di
Copenhagen dan membawa pada perkembangan mekanika kuantum tahun 1920an. Di saat
yang sama, Rutherford mengungkapkan keberadaan proton dan Einstein mengajukan
teori relativitasnya.
Kimia
fisik adalah ilmu yang mempelajari fenomena makroskopik, mikroskopik, atom,
subatom dan partikel dalam sistem dan proses kimia berdasarkan prinsip-prinsip
dan konsep-konsep fisika, dengan bidan khusus termodinamika kimia, kimia
kuantum, dan kinetika. Kimia Fisik banyak mengginakan konsep-konsep dari
prinsip fisika klasik (seperti energi, entropi, suhu, tekanan, tegangan
permukaan, viskositas, hukum Coloumb, interaksi dipol), Fisika Kuantum (seperti
foton, bilangan kuantum, spin, kebolehjadian, prinsip ketidakpastian), maupun
mekanika Statistik (seperti fungsi partisi, distribusi Boltzmann). Bagian
penting dari ilmu ini termasuk termodinamika kimia, kinetika kimia, kimia
kuantum, elektrokimia, kimia permukaan dan kimia padatan, dan spektroskopi.
Kimia fisik juga penting bagi ilmu material modern.
B. PERKEMBANGAN TERMOKIMIA
Reaksi
kimia selalu disertai perubahan energi. Ada reaksi yag melepas (menghasilakn)
energi, dan ada pula reaksi yang menyerap (memerlukan) energi. Dalam sebagian
besar reaksi-reaksi kimia,perubahan energi berwujud perubahan kalor (panas),
baik kalor yang dilepaskan maupun kalor yang diserap selama reaksi berlangsung.
Itulah sebabnya, cabang ilmu kimia yang mempelajari perubahan energi disebut
termokimia. Sampai pertengahan abad ke 19, para ilmuwan masih menganggap panas
sebagai salah satu materi. Antoine Laurent Lavoisier dalam bukunya Traite
Elementaire de Chimie tahun 1789, menciptakan istilah “kalor” dengan bukunya New System of Chemical
Philosophy tahun 1803 yang mengemukakan teori atom, mendeskripsikan kalor
sebagai “materi fluida” yang mengelilingi atom-atom suatu zat dan dapat dilepaskan
melalui reaksi-reaksi yang menghasilkan panas. Demikian pula dalam buku
Lehrbuch der Chemie karya Jons Jakob Berzelius tahun 1825, kalor masih
tercantum dalam daftar unsur-unsur.
Ilmuwan
yang pertama kali mengemukakan bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energi
adalah Julius Robert Mayer (1814-1878) dari Jerman, yang sekitar tahun 1840an bekerja
sebagai dokter kapal pada angkatan laut Hindia Belanda di Surabaya. Mayer
mengamati bahwa darah pasien orang-orang di Jawa berwarna lebih merah terang
dibandingkan dengan darah pasiennya di Eropa. Ini berarti bahwa penduduk daerah
tropis mengandung lebih banyak oksigen. Mayer menyimpulkan bahwa di daerah
tropis diperlukan lebih sedikit pembakaran makanan untuk menjaga agar suhu
tubuh konstan, dan panas dari pembakaran makanan itu lebih banyak dipakai untuk
melakukan kerja dari individu. Jiak ternyata panas dapat diubah menjadi kerja,
hal ini berarti bahwa keduanya merupakan bentuk energi. Mayer mempublikasikan
pemikiran itu tatkala ia kembali ke Eropa tahun 1842.
Pada
tahun 1850an para ilmuwan mulai megakui panas (kalor) sebagai salah satu bentuk
energi. Hal ini berkat beberapa eksperimen dari James Prescott Joule
(1818-1889), seorang murid John Dalton dari Inggris. Dari berbagai
eksperimennya, Joule merumuskan asas Kekekalan Energi, yang berbunyi: “Energi
tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, tetapi dapat diubah dari bentuk
energi yang satu menjadi bentuk energi yang lain”. Nama Joule diabadikan dalam
satuan energi menurut System Internasional d’Unites (S.I), satu Joule adalah
kerja yang dilakukan jika gaya 1 Newton bergerak sepanjang 1 meter.
C. PERKEMBANGAN ATURAN FASA DAN ASAS
LE CHATELIER
Kimia fisikamerupakansuatuilmu yang menggunakan hokum – hokum
kimiadanfisikauntukmenjelaskanfenomenakimia.Pengetahuantentanghalinisekarangdikenaldengannamatermokimia.
SebenarnyafenomenatimbulnyakalorpadareaksikimiatelahdiketahuiolehLavoiserdan
Laplace
danhalinidapatdianggapsebagaidasarperkembangantermokimia.Merekaberpendapatbahwajumlahkalor
yang timbul papa suatureaksiitusamadenganjumlahkalor yang diserapolehreaksisebaliknya.
Merekajugatelahmempelajarikalorjenisdankalorlatenpadasejumlahzatsertajumlahkalor
yang dikeluarkanataudihasilkanpadasuatu proses pembakaran.
Termodinamikadiaplikasikanoleh August Friedrich
Horstmann.IamenggunakanpersamaanClaussius-Clapeyronuntukmenghitungperubahantekananuapsuatuzatcairdenganperubahansuhu.
PersamaantersebutdiawaliolehadanyapenjelasansecarateoritiktentanghubunganantaratekananuapdengansuhuolehClapeyron.Hal
inikemudiandisempurnakanolehClassiushinggamwnjadipersamaanClassius-Clapeyrondenganmengasumsikanbahwauapmengikuti
hokum gas ideal.
Pengembanganaplikasitermodinamikadalamhubungannyadengankeseimbangan system
yang heterogentelahdilakukanoleh
Gibbs.Iamengemukakantentangaturanfasayaitusuatuaturanmengenai system yang
terdiriatasduazatataulebihyanfdisebutfasadandipisahkanolehbatas – batas,
misalnyazatcairdengan gas atauzatcairdenganzatpadat.
Prinsiptermodinamikajugadikembangkanoleh Van hoffdan Le Chatelieruntuk
system kesetimbangan yang homogen.Sejalandenganperkembangantermodinamikakimiaberkembang
pula penelitiantentanglajureaksikimiaoleh Ludwig Wilhelmy yang
menelitiuntukpertamakalinyalajureaksi inverse guladalam air
olehasam.Lajureaksinyadapatdiukurdenganmengamatiperubahansudutputarcahayaterpolarisasidenganmenggunakanpolarimeter.
D. SEJARAH PERKEMBANGAN KINETIKA REAKSI DAN KESETIMBANGAN
KIMIA
Studi
pertama tentang kinetika dilakukan oleh Carl Wenzel (1740- 1793) pada tahun
1777. Dia mengajukan bahwa kerapatan logam dapat diukur melalui pengukuran
berapa lama jumlah tertentu logam yang larut dalam asam. Hasil studi kinetika
pertama kali diterbitkan tahun 1850 oleh Ludwig Ferdinand Wilhelmi (1812-1864).
Ia meneliti hidrolisis sukrosa dalam keadaan asam. Pada tahun 1862 Barhelot dan
Sait-Gilles mempelajari sistem homogen dari asam asetat dan etanol yang
bereaksi menghasilkan etil asetat dan air. Mereka menemukan laju reaksi
sebanding terhadap jumlah dari zat yang bereaksi dan sebaliknya sebanding
terhadap volume dari sistem.
Hukum aksi
massa dikemukakan oleh Guldberg dan Waage dimana Pada reaksi kesetimbangan
kekuatan kimia di awal reaksi sama dengan di akhir reaksi kpq = k1p1q1 .Bersama
dengan Harcourt dan Eason , Mereka mempelajari reaksi sesaat selama 30 tahun
dan dari ribuan eksperimen yang sangat teliti menunjukkan bahwa laju reaksi
bergantung pada konsentrasi reaktan.
Pada tahun
1889, Arhenius mendiskusikan mengapa peningkatan kecil temperatur dapat
menyebabkan peningkatan laju reaksi. Ia menunjukkan bahwa teori kinetik tidak
mampu memberikan penjelasan yang memuaskan. Untuk molekul gas diduga frekuensi
tabrakan antara molekul meningkat ketika temperatur naik, hal ini jauh sangat
kecil kemungkinannya untuk menjelaskan peningkatan laju reaksi.
Arhenius
menghubungkan dua laju konstanta ko dan k1 pada temperatur T0 dan T1 sebagai
berikut : k1 = k0 exp [ q(T1- T0)/2T1T0] dalam bentuk umum persamaan tersebut
adalah k = A exp [ - E/RT ].
E. PERKEMBANGAN KIMIA LARUTAN
Menurut
Arrhenius, larutan elektrolit dalam air terdisosiasi ke dalam partikel-partikel
bermuatan listrik positif dan negatif yang disebut ion (ion positif dan ion
negatif). 3. Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh Michael Faraday,
diketahui bahwa jika Ion-ion inilah yang bertugas menghantarkan arus listrik.
Larutan yang dapat menghantarkan arus listrik disebut larutan elektrolit. arus
listrik dialirkan ke dalam larutan elektrolit akan terjadi proses elektrolisis
yang menghasilkan gas.
Teori yang serupadikemukakansecaraterpisaholeh Thomas Martin Lowry
padatahun 1923 padawaktu yang hamper bersamaandenganpenerbitanpendapatBronsted.
OlehkarenyateoritentangasambasainiseringdisebutsebagaiteoriBronsted-Lowry.
Padatahun 1923, konsep lain tentangasambasadikemukakan pula oleh Gilbert
Newton Lewis dalambukunya yang berjudul “Valence and the Structure of atoms and
Molecules” iamenyatakanbahwareaksiasambasaialahsuatureaksi yang
melibatkansuatumolekulatau ion yang dapatmemberikansatupasang electron
kepadamolekulatau ion lain sehinggamembentukikatankovalenantarakeduanya.
Padaakhirabad ke-18, Lavoisermembuktikanbahwapada proses pembakaran yang
terjadibukanhilangnyaflogistontetapibergabungnyaoksigendariudaradenganbenda
yang terbakar. TeoridariLavoiserinidapatditerimaolehparaahlikimia dank arena
melibatkanoksigenmeka proses pembakarandinamakan proses oksidasi
No comments:
Post a Comment