Amnesia-nya Mereka Yang Mendadak Anti Isis
By Dina Soeleman
Ada segelintir orang (termasuk saya) yang sejak 2012 mengingatkan
bahayanya konflik di Suriah, yang apinya akan menyebar kemana-mana,
termasuk Indonesia. Tapi, suara-suara kami lenyap ditelan dahsyatnya
propaganda media mainstream, media nasional, media berlabel ‘Islam’,
ustadz-ustadz yang aktif di media sosial, dan para netizen awam yang bak
kerbau dicocok hidung men-share berita-berita pro-“mujahidin” dan
narasi-narasi kebencian. Saat itu, para penjagal di Suriah itu dianggap
layak disebut ‘mujahidin’ karena konon mereka Sunni yang sedang melawan
rezim -konon- Syiah kafir terlaknat.
Ketika fakta kesadisan para
penjagal itu sudah tak bisa ditutup-tutupi lagi dan tak bisa lagi
diterima akal sehat manusia normal, dan memiliki nama “ISIS”, semua
berteriak-teriak “Itu buatan Amerika dan Israel!” Dan seolah dengan
teriakan itu, gugur sudah dosa-dosa mereka yang dulu menyebarkan berita
palsu soal Suriah dan mengintimidasi segelintir orang yang berani
bersuara berbeda. Kalian berusaha sebarkan narasi bahwa ISIS adalah
organisasi ‘sesat’ (seperti kata salah satu pengamat yang sering masuk
TVOne: jihadnya benar, tapi caranya salah; kelompok jihad yang lain itu
benar, tapi ISIS ini salah).
Seolah, dengan menyebutnya ‘anti
Amerika-Israel’,maka yang salah adalah bule-bule di luar sana, bukan
kalian, para pendukung ‘jihad’ Suriah, yang aktif berkoar-koar mendukung
jihad Suriah sejak 2012.
Oya? Sedemikian hebatnya-kah orang AS
dan Israel, sehingga bisa membuat ratusan ribu muslim dari berbagai
penjuru dunia datang dengan sukarela ke Suriah untuk mempertaruhkan
nyawa, “berjihad”, menjagal sambil berteriak Allahu Akbar? Apa ratusan
ribu jihadis itu robot yang bisa disetir dengan remote control?
Tidak, tentu saja.
Betapa amnesianya kalian. Kalian lupakan sejarah kemunculan ISIS. Tanpa dukungan kalian, ISIS hari ini tak akan muncul.
Kalianlah yang bersalah atas lahirnya ISIS: kalian yang sekarang
berteriak-teriak ISIS buatan AS, tapi di masa lalu (dan bahkan sampai
sekarang) menyebarluaskan paham kebencian pada ‘orang yang berbeda’.
Kalian, yang berkeliling Indonesia, menyebarkan kebencian, sambil
menggalang dana, yang kalian salurkan kepada para jihadis.
Kalian, yang dalam pengajian-pengajian kalian menolak mengajarkan
persaudaraan, cinta kasih, cinta pada negara, kesetiaan pada bangsa dan
negara. Kalian, yang mengajarkan bahwa kesetiaan itu harus diberikan
kepada syekh-syekh entah darimana, yang kalian bahkan tak begitu tahu
nama aslinya, sosoknya, kepribadian, dan kesehariannya. Kalian, para
ibu, para guru, para ustad/ustadzah yang di status-status facebook
kalian, men-share tulisan-tulisan kebencian, hanya karena berpikir: ini
kata ustadz saya, pasti benar, tak perlu lagi diverifikasi.
Kalianlah yang bersalah: kalian yang sekarang cuci tangan dan menolak
ISIS, padahal di AD/ART organisasi kalian mengandung ideologi yang sama
dengan ideologi ISIS. Hanya bedanya, ISIS sudah menjelma menjadi monster
nyata yang menakutkan semua orang. Sementara kalian masih sekedar
menuliskannya di AD/ART, masih sekedar berkoar-koar di mimbar-mimbar,
masih sekedar mengumbar kebencian dalam setiap kesempatan. Termasuk
juga, kalian, pejabat yang menolak menutup situs-situs penyebar
kebencian dan penyokong utama jihad Suriah. Termasuk kalian: ormas yang
menolak bersikap tegas menghentikan penyebaran narasi kebencian di
negeri ini, padahal jelas-jelas mengatasnamakan ormas kalian. Kalian
tahu salah, tapi diam saja.
AS dan Israel memang punya andil besar dalam konflik Timteng. Tapi jangan amnesia, andil kalian lebih besar lagi.
Semoga dengan ‘membesar’-nya ISIS, bayi yang tanpa sadar sudah kalian
lahirkan dan besarkan, kalian menjadi sadar, betapa bahayanya ideologi
kalian itu

No comments:
Post a Comment