BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Bakteriologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang perikehidupan bakteri. Bakteri merupakan
makhluk hidup mikroskopis bakteri. Bakteri merupakan makhluk hidup mikroskopis
bersel tunggal (uniseluler).
Bakteriologi merupakan bagian dari mikrobiologi. Mikrobiologi merupakan ilmu
yang mempelajari perikehidupan makhluk-makhluk hidup yang berukuran
miskroskopis (mikroorganisme). Mikrobiologi mengkaji selain bakteri, juga
mengkaji tentang virus, fungi, protozoa, dan alga.
Bakteri
merupakan organisme yang memiliki dinding sel. Oleh karena itu, jika dikaji
dari struktur selnya (kandungan dinding sel), maka bakteri dikelompokkan ke
dalam tumbuhan. Jika dikaji dari kemampuan beberapa sel bakteri yang bergerak pindah
tempat, maka bakteri dikelompokkan ke dalam hewan. Namun demikian, dalam
klasifikasi makhluk hidup dengan sistem 5 (lima) dunia menurut Whittaker pada
tahun 1969, bakteri dikelompokkan ke dalam dunia monera (Pelczar., dkk., 1988).
Spons adalah
hewan berpori yang bersifat filter feeder sehingga menjadi habitat bagi
mikroorganisme untuk bersarang di dalam tubuhnya. Mikroorganisme mempunyai dua
peran yang penting dalam sistem biologi spons, yaitu sebagai sumber makanan dan
hidup bersimbiosis baik secara inter maupun intra selular (VACELET &
DONADEY 1977; FRIEDERICH et al. 1999). Beberapa senyawa aktif yang
diisolasi dalam spons juga ditemukan dalam bakteri yang bersimbiosis dengannya,
oleh sebab itu beberapa peneliti berpendapat bahwa bakteri terlibat sebagian
maupun keseluruhan dalam biosintesa senyawa aktif tertentu dalam spons (BEWLEY et
al. 1996; FLOWERS et al. 1998). Untuk membuktikan hipotesa tersebut,
maka beberapa peneliti bahan alam laut melakukan penelitian tentang pencarian
substansi bioaktif dari mikroba yang bersimbiosis dengan spons.
B.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengisolasi bakteri yang bersimbion pada sponge?
2. Bagaimana mengidentifikasi bakteri yang bersimbion dengan
sponge?
C.
Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui cara mengisolasi bakteri yang bersimbion
pada sponge.
2. Untuk mengetahui cara mengidentifikasi bakteri yang
bersimbion dengan sponge.
BAB II
ISI
A.
Bakteri Yang Bersimbion Pada Sponge
Spons adalah hewan berpori yang bersifat filter
feeder sehingga menjadi habitat bagi mikroorganisme untuk bersarang di
dalam tubuhnya. Mikroorganisme mempunyai dua peran yang penting dalam sistem
biologi spons, yaitu sebagai sumber makanan dan hidup bersimbiosis baik secara
inter maupun intra selular (VACELET & DONADEY 1977; FRIEDERICH et al. 1999).
Beberapa senyawa aktif yang diisolasi dalam spons juga ditemukan dalam bakteri
yang bersimbiosis dengannya, oleh sebab itu beberapa peneliti berpendapat bahwa
bakteri terlibat sebagian maupun keseluruhan dalam biosintesa senyawa aktif
tertentu dalam spons (BEWLEY et al. 1996; FLOWERS et al. 1998).
Untuk membuktikan hipotesa tersebut, maka beberapa peneliti bahan alam laut
melakukan penelitian tentang pencarian substansi bioaktif dari mikroba yang
bersimbiosis dengan spons.
Komunitas
bakteri yang berasosiasi dengan spons sebagian besar adalah proteobacteria,
bacteroidetes, firmicutes dan actinomycetes (TAYLOR et al. 2007).
Mikroba yang potensial sebagai target penghasil senyawa aktif adalah
cyanobacteria, jamur dan actinomycetes. Senyawa aktif yang dihasilkan oleh
Actinomycetes micromonospora dari spons adalah senyawa antimalaria manzamine
(ANG et al. 2000). Senyawa peptida antibakteri telah diisolasi dari
spons Hyatella sp. dan bakteri simbion Vibrio sp. (OCLARIT et
al. 1994). Beberapa senyawa antibakteri jenis quinolone juga diisolasi dari
bakteri simbion spon Homoplysia sp. yaitu bakteri Pseudomonad (BULTEL
et al. 1999). Adanya hubungan antara produksi antibakteri oleh mikroba
simbion dengan spons telah diteliti oleh NARSINHA & ANIL 2000, yang
melaporkan bahwa senyawa antibakteri yang dihasilkan oleh bakteri simbion spons
(ά proteobacterium MBIC 3368, Idiomarina sp dan Pseudomonas sp.)
sangat dipengaruhi oleh like-protein rekombinan yang terdapat pada biota inang Suberitas
domuncula. Penelitian tersebut memperkuat adanya hubungan kerjasama dalam
biosintesa metabolit sekunder antara mikroba simbion dengan spons.
Gambar 1. Rare Maldives Berry Sponge
Gambar 2. Honeycomb Sea Sponge
Pada penelitian
ini dilakukan isolasi bakteri yang berasosiasi dengan spons. Bakteri yang
diisolasi kemudian dimurnikan, setiap koloni murni diberi kode, setelah
diperoleh koloni-koloni bakteri murni barulah dilakukan penapisan aktifitas
antibakteri terhadap bakteri wakil gram positif dan gram negatif. Bakteri
Staphylococcus aureus mewakili gram positif dan Escherichia coli mewakili gram
negatif disebut bakteri uji, bakteri yang bersimbiosis dengan spons disebut
bakteri yang diuji. Isolat bakteri yang telah teruji mampu menghambat atau
membunuh bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli kemudian
dikarakterisasi untuk diketahui sifat Biokimianya
B.
Alat dan Bahan
1. Alat
a. Ose, 5 buah
b. Inkubator, 1 buah
c. cawan petri, 5 buah
d. pipet tetes, 15 buah
e. labu erlenmeyer, 4 buah
f. neraca, 1 buah
g. ice box, 1 buah
h. kantong plastik
i.
pemanas, 1buah
j.
termometer, 1 buah
k. gelas objek, 5 buah
l.
kertas saring, 5 lembar
m. tabung reaksi, 5 buah
n. mikroskop, 1 buah
2.
Bahan
a. Sponge
b. Sampel bakteri isolat A, B, C, D dan E
c. Air laut steril
d. SWC (Sea Water Completed)
e. Media padat Zobell 2216E (1/2 strengh)
f. Akuades
g. Lugol
h. Alkohol 96%
i. Media uji Na+
j. N,N,N,N-tetrametil-p-fenildiamin
(TMPD)
k. Malachite green
l. Safranin
m. Media phenol red broth glucose
n. Reagen H2O2
C.
Metode Penelitian
1. Cara Pengambilan Sampel
Pengambilan
sampel bakteri yang bersimbiosis dengan sponge dilakukan di perairan pada
kedalaman sekitar 2-10 m. Spons dimasukan kedalam kantong plastik steril
kemudian disimpan di dalam ice box dan dibawa ke laboratorium.
2.
Isolasi Bakteri
yang Bersimbion pada Sponge
Isolasi
bakteri dilakukan dengan menggunakan metode pour plate. Sebanyak 10 gram sampel
dibilas dengan air laut steril kemudian dihaluskan baik sisi ektosom maupun
koanosom menggunakan mortar dan alu yang telah disterilkan. Sampel kemudian
dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi 90 mL air laut steril. Selanjutnya
sampel yang telah dihomogenasi diambil sebanyak satu mililiter kemudian
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml air laut steril, selanjutnya
pengenceran dilakukan hingga 10-7. Secara aseptis diambil 1 ml sampel dari
tiap-tiap pengenceran, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri
steril dan dibuat duplo. Media SWC (Sea Water Completed) agar yang telah
dicairkan terlebih dahulu dan suhu media ± 45ºC dituangkan ke setiap cawan
petri yang telah berisi sampel kemudian dihomogenkan. Setiap langkah tersebut
dilakukan secara aseptis. Inkubasi dilakukan dengan posisi cawan terbalik pada
suhu antara 28-30ºC selama 24-48 jam. Setelah itu dilakukan pengamatan koloni
bakteri yang terbentuk. Koloni bakteri yang terbentuk dipurifikasi menggunakan
metode streak plate.
Gambar 3. Media
SWC (Sea Water Completed)
Gambar 4. Media SWC (Sea Water Completed)
3.
Identifikasi Bakteri yang Bersimbion
pada Sponge
a. Pewarnaan Gram Bakteri
Peremajaan isolat dilakukan dengan
menggunakan media padat Zobell 2216E (½ strength) yang terdiri dari peptone 2,5
g; yeast 0,5g. Bakteri selanjutnya diinkubasi selama 24 jam pada suhu ruangan.
Identifikasi gram bakteri dilakukan dengan menggunakan metode uji pewarnaan
gram (Fardiaz, 1989). Sebanyak 2 oles bakteri diambil dengan menggunakan jarum
ose kemudian diletakkan ke gelas objek steril beberapa menit dan dilakukan
fiksasi pada udara terbuka. Zat warna kristal violet diteteskan pada gelas
objek dan dibiarkan selama 1 menit kemudian dibilas dengan air akuades. Sisa
air yang tertinggal pada gelas objek ditiriskan dan diberikan lugol serta
dibiarkan selama 1 menit. Gelas objek dibilas kembali kemudian hilangkan warna
yang tersisa dengan menggunakan alkohol 96% yang mengalir dan dibilas dengan
akuades. Pewarnaan safranin dilakukan pada gelas dan dibiarkan selama 30 detik.
Selanjutnya objek gelas dibilas dengan air dan dikeringkan dengan kertas serap
(tissue). Preparat ini diamati di
bawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif yang telah diberikan minyak
immersi. Bakteri Gram positif akan menampilkan warna ungu, sedangkan bakteri
Gram negatif akan ditandai dengan warna merah atau merah muda. Pengamatan
makroskopis morfologi koloni pun dilakukan meliputi bentuk, tepian, warna dan
elevasi.
b. Uji Na+
Isolat
bakteri A diambil 1 ose dan digoreskan ke dalam tabung reaksi yang berisi media
uji Na+ kemudian diinkubasi 1 hari. Hasil positif ditandai dengan
adanya pertumbuhan bakteri pada media Na+, sedangkan hasil negatif
ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan bakteri. Uji diulang untuk isolat
bakteri B.
c. Uji Oksidasi
Reagen
oksidasi, yaitu N,N,N,N-tetrametil-p-fenildiamin (TMPD) dituang pada kertas
saring. Isolat bakteri A diambil dan digoreskan pada kertas saring tersebut.
Pengambilan isolat bakteri tidak boleh menggunakan alat yang berasal dari logam
(harus dari kayu atau plastik). Reaksi ditunggu selama 30 detik. Hasil positif
ditandai dengan munculnya warna ungu, sedangkan hasil negatif ditandaidengan
munculnya warna merah muda. Uji diulang untuk isolat bakteri B.
d. Uji Pewarnaan Endospora
Pewarnaan
spora dilakukan untuk isolat bakteri C, D dan E. Isolat bakteri C diambil
sebanyak 1 ose dan digoreskan pada permukaan preparat steril kemudian dilakukan
fiksasi. Preparat yang telah diberi bakteri tersebut lalu dibungkus dengan
menggunakan kertas saring lalu ditetesi malachite green sebanyak 1 tetes dan
didiamkan selama 4 menit. Setelah itu kertas saring dilepaskan dan preparat
dibilas dengan air mengalir. Setelah itu preparat dikeringkan di atas api
spiritus. Setelah preparat kering, safranin sebanyak 1 tetes ditambahkan ke
permukaan preparat. Preparat tersebut kemudian didiamkan selama 5 menit.
Preparat kemudian diamati menggunakan mikroskop dengan perbesaran 1000x.
e. Uji Fermentasi Karbohidrat
Isolat
bakteri C diambil 1 ose dan dimasukkan ke dalam media Phenol red broth glucose
lalu diaduk. Media yang telah berisi isolat, diinkubasi selama 2 hari.
Perubahan warna yang terjadi diamati. Warna merah mengindikasikan tidak adanya
asam, sedangkan warna kuning mengindikasikan adanya asam. Uji diulang untuk isolat
bakteri D dan E
f. Uji Katalase
Isolat
bakteri C diambil sebanyak satu ose (ose bulat). Kemudian ditambahkan 2-3 tetes
reagen H2O2 pada preparat. Diulang untuk isolat D dan E.
Hasil positif apabila terbentuk gelembung gas, dan hasil negatif apabila tidak
terbentuk gelembung gas.
3. Hasil dan Diskusi
a. Pewarnaan
Gram
Gambar 5. Pewarnaan
gram positif
Gambar 6. Pewarnaan gram negatif
Pewarnaan
Gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu bakteri Gram
positif dan bakteri Gram negatif. Pada pewarnaan Gram, hasil yang didapat akan
ditentukan dari komposisi dinding sel pada bakteri. Pada pewarnaan Gram ini,
reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu kristal violet, iodin, alkohol dan
safranin. Bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu dari kristal
violet sehingga ketika diamati dengan mikroskop akan menunjukkan warna ungu
sedangkan bakteri Gram negatif tidak dapat mempertahankan warna ungu dari
Kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada dinding sel
sehingga pada saat dilihat menggunakan mikroskop akan memperlihatkan warna
merah.Hasil pewarnaan Gram dapat digunakan untuk mengetahui bentuk morfologi dari
keempat jenis isolat yaitu warna dan bentuk sel bakteri tersebut.
Hasil
pewarnaan gram untuk
isolat A dan B
menunjukkan hasil berwarna merah. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa isolat A dan B merupakan bakteri Gram negatif.
Hasil
pewarnaan gram untuk isolat C, D dan E menunjukkan hasil
berwarna ungu. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa isolat C, D dan
E merupakan bakteri Gram
positif.
b. Uji Na+
Uji Na+
dilakukan untuk identifikasi
kelompok bakteri Vibrio sp. Vibrio sp.
merupakan kelompok bakteri halotoleran yang akan mampu bertahan pada lingkungan
yang memiliki kadar mineral yang tinggi. Hasil pada isolat bakteri A
menunjukkan bahwa bakteri tersebut positif
terhadap uji Na+ dengan adanya pertumbuhan bakteri pada media
yang mengandung 6% NaCl. Berdasarkan hasil uji-uji biokimia tersebut, isolat A
merupakan bakteri dari genus Vibrio sp.
c. Uji
Oksidasi
Uji oksidasi
digunakan ini untuk mengetahui bakteri yang menghasilkan enzim sitokrom
oksidase. Pada uji oksidasi ini digunakan reagen berupa N,N,N,N-tetramethyl-p-phenylenediamine
(TMPD).
Hasil pada
isolat bakteri A dan B
menunjukkan hasil positif untuk uji ini jika
timbulnya warna ungu setelah
direaksikan dengan reagen TMPD. Hasil pada isolat bakteri B menunjukkan hasil positif untuk uji
oksidasi yang ditandai dengan timbulnya warna ungu setelah direaksikan reagen
TMPD. Berdasarkan hasil uji tersebut isolat B merupakan bakteri Pseudomonas.
d. Pewarnaan
Endospora
Bakteri C,
D dan E merupakan bakteri gram
positif. Menurut second edition of Bergeys Manual untuk mengetahui genus dari bakteri gram
positif tersebut harus dilakukan pewarnaan endospora. Pada pewarnaan endospora,
reagen yang digunakan adalah malachite green dan safranin untuk pewarnaan
spora. Hasil dari pewarnaan endospora pada bakteri C setelah dilihat dengan
menggunakan mikroskop menunjukkan warna hijau yang menunjukkan bahwa bakteri
tersebut memiliki endospora.
Hasil dari
pewarnaan endospora isolat C menunjukkan bahwa bakteri C menunjukkan hasil
positif dengan adanya warna hijau setelah dilakukan pewarnaan endospora. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kemungkinan bakteri untuk isolat C adalah
bakteri Bacillus.
e. Fermentasi
Karbohidrat
Uji
fermentasi karbohidrat
digunakan untuk mengetahui apakah isolat bakteri tersebut dapat melakukan fermentasi
glukosa. Perubahan warna yang terjadi pada media menunjukkan adanya asam
sebagai hasil dari proses fermentasi glukosa. Hasil pada isolat bakteri C, D dan E menunjukkan bahwa isolat dapat
melakukan fermentasi glukosa ditunjukkan dengan adanya perubahan warna pada
media dari warna merah menjadi kuning. Kemungkinan genus untuk isolat D berasal dari kelompok bakteri Micrococcus.
f.
Uji Katalase
Katalase
adalah enzim yang mengkatalisasikan penguraian hidrogen peroksida (H2O2)
menjadi air dan O2. Hidrogen peroksida bersifat toksik terhadap sel
karena bahan ini menginaktivasikan enzim dalam sel. Hidrogen peroksida
terbentuk sewaktu metabolisme aerob, sehingga mikroorganisme yang tumbuh dalam
lingkungan aerob harus menguraikan bahan toksik tersebut. Katalase adalah salah
satu enzim yang digunakan mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen peroksida,
enzim lainnya yang dapat menguraikan hidrogen peroksida adalah peroksidase.
Pada penguraian hidrogen peroksida oleh peroksidase tidak dihasilkan oksigen.
Penentuan
adanya katalase diuji dengan larutan 3% H2O2 pada koloni
terpisah. Pada bakteri yang bersifat katalase positif terlihat pembentukan
gelembung udara di sekitar koloni.
Reaksi kimiawi yang dikatalisasikan oleh enzim katalase terlihat berikut
ini:
H2O2 → H2O +
½ O2
katalase gelembung udara
Hasil
dari uji katalase
isolat E menunjukkan
bahwa bakteri menunjukkan hasil positif dengan adanya gelembung gas di
sekitar koloni. Hal tersebut
menunjukkan bahwa kemungkinan bakteri untuk isolat E adalah bakteri
Arthrobacter sp.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Isolasi
bakteri dilakukan dengan menggunakan metode pour plate.
2. Identifikasi
bakteri yang bersimbion pada sponge diawali dengan uji pewarnaan gram, yang
dilanjutkan dengan uji biokimia seperti uji Na+, uji oksidasi,
pewarnaan endos spora, uji fermentasi karbohidrat, dan uji katalase.
B.
Saran
Setelah
mempelajari makalah ini diharapkan , para pembaca dapat mengetahui bagaimana
cara mengisolasi dan mengidentifikasi bakteri yang bersimbion pada sponge dan
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
No comments:
Post a Comment