PROPOSAL PENELITIAN ‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA’ - Articel Iftah Al-Muttaqin

Monday, April 25, 2016

PROPOSAL PENELITIAN ‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA’



PROPOSAL PENELITIAN

‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG  SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA’


Disusun Oleh :
M.Miftahul Muttaqin
1205025016













PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016

PROPOSAL PENELITIAN

‘PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG  SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA’



Disusun Oleh :
M.Miftahul Muttaqin
1205025016





unmul-bagus
 









PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016


HALAMAN PENGESAHAN



JudulPenelitian
:
PENGARUH PEMBERIAN LIMBAH TONGKOL JAGUNG  SEBAGAI ADSORBEN TERHADAP KADAR KLORIN PADA AIR PDAM DI SAMARINDA
NamaMahasiswa
:
M.MIFTAHUL MUTTAQIN
NIM
:
1205025016
Jurusan
:
Pendidikan MIPA
Program Studi
:
Pendidikan Kimia





Samarinda, 17 Januari 2016


DosenPembimbing                                                     Mahasiswa




Mufflihah, S.Pd, M.Si                                   M.MIFTAHUL MUTTAQIN
NIP. 19680428 199403 2 002                                    NIM. 1205025016





KATA PENGANTAR

           

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh Pemberian Limbah Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Terhadap Kadar Klorin Pada Air PDAM di Samarinda. 
            Karya ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk melengkapi nilai pada mata kuliah Penelitian laboratorium pada Fakultas Keguruan Program Studi Pendidikan kimia Universitas Mulawarman.
Penyusun menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna,untuk itu saran dan kritik yang membangun penyusun butuhkan demi kesempurnaan karya ilmiah yang akan datang. Penyusun berharap semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.







Samarinda, 17 November 2015





Penyusun
DAFTAR ISI


HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I      PENDAHULUAN............................................................................... 1
                 A. Latar Belakang................................................................................. 6
                 B. Rumusan Masalah............................................................................ 7
                 C. Tujuan Penelitian.............................................................................. 7
                 D. Kegunaan Penelitian........................................................................ 7
BAB II    TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 8
                 A. Jagung.............................................................................................. 8
                 B. Klorin............................................................................................... 9
                 C. Adsorben.......................................................................................... 10
                 D. Hipotesis.......................................................................................... 12
BAB III   METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 13
                 A. Definisi Konsepsional.......................................................................14
                 B. Definisi Operasional..........................................................................14
                 C. Variabel Penelitian............................................................................15
                 D. Populasi.............................................................................................16
                 E. Sampel...............................................................................................17
                 F. Waktu dan Tempat Pelaksanaan........................................................18
                 G. Rancangan Penelitian........................................................................19
                 H. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................19
                  I. Teknik Analisis..................................................................................20
                  J. Prosedur Kerja...................................................................................21
BAB IV    PEMBAHASAN....................................................................................22
                 A. Hasil Penelitian..................................................................................22
                 B. Pembahasan........................................................................................23
BAB V     KESIMPULAN...................................................................................... 28
                 A. Kesimpulan.........................................................................................28
                 B. Saran………………………………………………………………...28
               DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………....30
               LAMPIRAN – LAMPIRAN…………………………………………….31
                                                      


























BAB I
 PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Berbagai hasil dari limbah pertanian yang memiliki kadar selulosa tinggi dapat dimanfaatkan sebagai adsorben alternatif, salah satunya adalah adsorben dari limbah tongkol jagung, dimana tongkol jagung kering biasanya menjadi limbah dan dibakar di halaman atau dibuang ditempat sampah setelah diambil buah jagungnya yang tentunya mengakibatkan pencemaran lingkungan. Keadaan ini menjadi motivasi untuk memproduksi bahan yang bernilai tambah dari limbah tongkol jagung yaitu sebagai adsorben alternatif untuk mengurangi kadar klorin pada air PDAM Di Samarinda.
Melihat pentingnya pemakaian karbon aktif dalam industri sebagai adsorben dan harganya cukup mahal, maka sebagai adsroben alternatif dimanfaatkanlah limbah batang jagung. Penelitian ini adalah tentang pemanfaatan limbah batang jagung sebagai adsorben alternatif pada pengurangan kadar klorin dalam air PDAM Di Samarinda. Digunakan sampel air PDAM karena air ini mudah diperoleh dan banyak masyarakat yang menggunakan air ini untuk semua kebutuhan sehari – hari. Walaupun kadar klorin pada air PDAM telah memenuhi standar batas aman klorin yang telah ditetapkan oleh pemerintah akan tetapi klorin yang masih ada sedikit (sisa klor) pada air PDAM dapat menimbulkan masalah apabila digunakan secara tidak tepat seperti digunakan sebagai air shower dalam keadaan panas, air untuk ikan hidup dan menyiram tumbuh –tumbuhan yang dapat merusak lingkungan karena klor dapat bereaksi dengan senyawa – senyawa organik.      Metode pembuatan adsorben yang digunakan adalah metode aktivasi kimiawi dengan aktivator asam sulfat (H2SO4). Penelitian mengenai adsorben alternatif sebelumnya telah banyak dilakukan, namun dengan bahan adsorben yang berbeda. Apabila percobaan yang dilakukan ini berhasil diharapkan dapat memberikan dampak positif teruma bagi praktikan dan juga masyarakat. Karena dengan adanya adsorben alternatif yang diperoleh dari limbah rumah tangga yaitu tongkol jagung diharapkan dapat membantu masyarakat untuk dapat hidup lebih sehat dengan menggunakan air yang bebas dari klorin. Permasalahan pokok yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah mampukah  adsorben dari batang  jagung  mengurangi kadar klorin yang terdapat dalam air PDAM Di Samarinda. Bedasarkan pengalaman dan data yang kami peroleh membuat kami termotivasi untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka perumusan masalah dalam makalah ini adalah Apakah ada pengaruh pemberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui pengaruh pemeberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda.

D. Kegunaan Penelitian
1.        Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kegunaan ekstrak tongkol jagung sebagai salah satu bahan alternatif unutuk mengurangi kadar klorin pada air PDAM.
2.         Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa limbah tongkol jagung dapat mengurangi kadar klorin dalam air PDAM.
3.         Membantu masyarakat untuk membuat air dari PDAM yang bebas dari klorin yang digunakan dalam keperluan tertentu.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Jagung
Jagung (Zea mays ssp. mays) adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Beberapa di antaranya adalah bioenergi, industri kimia, kosmetika, dan farmasi.






                                              Gambar 2.1 Tongkol Jagung

Dari sisi botani dan agronomi, jagung merupakan tanaman model yang menarik, khususnya di bidang genetika, fisiologi, dan pemupukan. Sejak awal abad ke-20, tanaman ini menjadi objek penelitian genetika yang intensif. Secara fisiologi, tanaman ini tergolong tanaman C4 sehingga sangat efisien memanfaatkan sinar matahari. Sebagian jagung juga merupakan tanaman hari pendek yang pembungaannya terjadi jika mendapat penyinaran di bawah panjang penyinaran matahari tertentu, biasanya 12,5 jam
Biji jagung kaya akan karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan, sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa.
Tabel 2.1 Kandungan gizi Jagung per 100 gram bahan adalah:
No
Unsur
Kadar/
1
Kalori
355 Kalori
2
Protein
9,2 gram
3
Lemak
3,9 gram
4
Kabohidrat
73,7 gram
5
Kalsium
10 mg
6
Fosfor
256 mg
7
Ferrum
2,4 mg
8
Vitamin A
510 SI
9
Vitamin B1
0,38 mg
10
Air
12 gr

Untuk ukuran yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah, namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari.

B. Klorin
       Dalam kimia organik, klorin adalah sebuah cincin aromatik heterosiklik yang terdiri dari tiga pirola dan satu pirolina yang bergandengan melalui empat tautan metina. Tidak seperti porfirin, klorin tidak bersifat aromatik pada keseluruhan cincin walaupun memiliki komponen pirola yang aromatik.
       Klorin yang berikatan dengan magnesium disebut klorofil dan merupakan inti pigmen fotosensitif kloroplas. Senyawa terkait dengan dua pirola yang tereduksi disebut bakterioklorin.
Oleh karena fotosensitivitasnya, klorin digunakan sebagai agen fotosensitif pada terapi percobaan laser kanker.
       Klorin atau chlorine atau yang kita kenal dengan nama kaporit merupakan bahan utama yang digunakan dalam proses khlorinasi. Sudah umum pula bahwa khlorinasi adalah proses utama dalam proses penghilangan kuman penyakit air ledeng, air bersih atau air minum yang akan kita gunakan. Sebenarnya proses khlorinasi tersebut sangat efektif untuk menghilangkan kuman penyakit terutama bila kita menggunakan air ledeng. Tetapi dibalik kefektifannya itu klorin juga bisa berbahaya bagi kesehatan kita.

              Gambar 2.2 Klorin

       Dari berbagai studi, ternyata orang yang meminum air yang mengandung klorin memiliki kemungkinan lebih besar untuk terkena kanker kandung kemih, dubur ataupun usus besar. Sedangkan bagi wanita hamil dapat menyebabkan melahirkan bayi cacat dengan kelainan otak atau urat saraf tulang belakang, berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur atau bahkan dapat mengalami keguguran kandungan. Selain itu pada hasil studi efek klorin pada binatang ditemukan pula kemungkinan kerusakan ginjal dan hati. Fakta yang lebih mengejutkan adalah bahwa efek negatif kaporit terhadap tubuh manusia sebanyak 70% bukan masuk melalui air yang diminum, melainkan dari uap klor (kloroform) dalam kaporit yang terhirup saat mandi, ditambah dengan penyerapan kaporit melalui kulit. Hal ini terutama saat mandi dengan air hangat.
Klorin biasanya terkandung pada air ledeng (PAM). Klorin ini akan masuk bersama air ledeng (PAM) yang digunakan pada saat penggantian air atau penataan ulang akuarium secara keseluruhan (new setup). Tingkat klorin diatas 0.02 mg/l (ppm) akan menyebabkan membran sisi insang (mucous membranes) ikan merasa terbakar dan berwarna merah. Klorin juga dapat mengganggu kerja bakteri pengurai yang menguntungkan pada saat mengurai polutan pada filter, bahkan dapat mematikan bakteri ini.
       Air ledeng. Oleh PDAM pada saat “pembuatan” air ledeng umumnya menggunakan air permukaan, yang umumnya akan lebih banyak mengandung kuman atau mikroorganisme merugikan daripada bila dibandingkan dengan air sumur. Campuran khlorin yang berlebihan tentunya akan dapat sampai ke kita dan akan masuk ke dalam tubuh jika kita meminum air yang mengandung khlorin tersebut.
       Septik tank atau air pembuangan limbah rumah tangga. Ketika menggunakan pembersih atau pencuci yang mengandung khlorin, bisa jadi air pembuangan hasil cucian tersebut kemudian meresap ke dalam tanah dan mencemari sumur yang merupakan sumber air bersih rumah tangga.
    
  Pembuangan Air Kolam Renang. Kolam renang umumnya menggunakan khlorin sebagai “penjernih” dari mikroorganisme yang ada dalam air. Air buangan dari kolam renang ini juga bisa saja mencemari sumur air bersih warga sekitarnya. Berdasarkan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990, tentangbatas minimum diperbolehkan penggunaan klorin dalam air renang yaitu sebanyak 0,2 mg/L dan batas maksimum 0,5 mg/L, sedangkan persyaratan batas klorin untuk air minum menurut KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu maksimum 5 mg/L (ppm) serta pengelola air minum dengan sistem perpipaan wajib mengadakanpengawasan internal terhadap kualitas air yang diproduksinya, misalnya pemeriksaan sisa klor yang dilakukan minimal satu kali sehari untuk memastikan efisiensi proses klorinasi sebelum didistribusikan. Zat klorin jika bereaksi dengan senyawa organik akan membentuk suatu senyawa bersifat toksik seperti dioksin. Dioksin adalah senyawa organik yang sukar terdegradasi dan konsentrasinya akan berlipat ganda jika masuk ke dalam rantai makanan karena adanya proses biomagnifikasi sehingga akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti kanker. (Pudjianto,1984)

C. Adsorben
       Adsorben merupakan zat padat yang dapat menyerap komponen tertentu dari suatu fase fluida. Kebanyakan adsorben adalah bahan – bahan yang sangat berpori dan adsorbsi berlangsung terutama pada dinding – dinding pori atau pada letak – letak tertentu didalam partikel itu. Oleh karena pori – pori biasanya sangat kecil maka luas permukaan dalam menjadi beberapa orde besaran lebih besar daripada permukaan luar dan bisa mencapai 2000 m/g. Adsorben yang digunakan secara komersial dikelompokkan menjadi dua yaitu kelompok polar dan non polar
1. Adsorben polar disebut juga hydrophilic
2. Adsorben non polar disebut juga hydrophobic
Menurut IUPAC (Internationl Union of Pure and Applied Chemical) ada beberapa klasifikasi pori yaitu :
a. Mikropori : diameter < 2 nm
b. Mesopori : diameter 2 – 50 nm
c. Makropori : diameter > 50 nm.
       Bahan baku pembuatan karbon aktif diperoleh dari darah, daging dan tulang hewan. Dari tumbuh – tumbuhan misalnya kayu, kayu lunak, batang jagung, lumut laut, kulit buah kapas, jerami, biji buah – buahan, kulit buah pala, limbah penyulingan tumbuh – tumbuhan dan lain sebagainya.
       Untuk setiap unsur klor aktif seperti klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat tersedia analisa-analisa khusus. Namun untuk praktikum biasa hanya klor aktif (residu) ditentukan melalui suatu analisa; klor tersedia bebas dan klor tersedia terikat didapatkan melalui grafik klorinasi breakpoint. Klor aktif dapat dianalisa melalui titrasi iodometri atau melalui titrasi klorimetri dengan DPD. Analisa iodometri agak sederhana dan murah tetapi tidak sepeka metode DPD.
       Selain metode diatas yang digunakan di laboratorium juga ada metode kasar yang digunakan dilapangan, yaitu memakai alat komparator dengan ortotolidin.
Klor aktif akan membebaskan iodin I2 dari kalium Iodida (KI) jika pH < 8 (terbaik adalah pH < 3 atau 4), sesuai dengan reaksi berikut,
OCl- + 2 KI + 2 HAs I2 + 2 KAs +Cl- + 2 H2O
NH2Cl + 2 KI + 2 HAs I2 + KAs + KCl + NH4As
I2 + Kanji Warna Biru
I2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaI
       Sebagai indikator digunakan kanji yang merubah warna sesuatu larutan yang mengandung iodin menjadi biru. Untuk menentukan jumlah klor aktif, iodin yang telah dibebaskan oleh klor aktif tersebut dititrasikan dengan larutan standard natriumtiosulfat sesuai reaksi diatas. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna biru dari larutan. Asam asetik (HAs) CH3COOH harus digunakan untuk menurunkan pH larutan sampai 3 atau 4.
       Adsorbsi adalah suatu proses pemisahan dimana komponen dari suatu fluida berpindah kepermukaan zat padat yang menyerap (adsorben).
Teknik aktivasi yang terutama digunakan oleh operasi – operasi komersial adalah dengan teknik aktivasi kimia (chemical activation) dan teknik karbonasi (steam activation). Sebagai mana sebutannya, aktivasi kimia biasanya digunakan pada bahan-bahan yang berupa gambut dan bahan – bahan berbahan dasar kayu. Bahan dasar direaksikan dengan dehydrating agent, berupa pospor pentoksida (P2O5) atau besi klorida (ZnCl2) yang dicampurkan dalam bentuk pasta lalu dipanaskan pada temperature tingga yaitu sekita 500-800 oC untuk mengaktivasi karbon. Hasil karbon yang telah diaktivasi kemudian dicuci, dikeringkan dan digiling sesuai ukuran yang dinginkan. Karbon aktif yang di produksi dengan teknik aktivasi ini umumnya memiliki pori-pori yang luas dan sangat ideal untuk menyerap bahan – bahan dengan molekul yang besar.
       Teknik karbonasi (steam activation) umumnya digunakan untuk mengaktivasi batu bara dan cangkang kelapa. Aktivasi dilakukan pada temperatur 800 - 1100 oC dengan mengalirkan uap panas jenuh. Reaksi yang terjadi berupa :
C + H2O H2 + CO + 175440 kJ/kgmol
       Reaksi yang berlangsung adalah reaksi endotermik akan tetapi temperatur dipertahankan dengan pembakaran CO dan H2 yang diproduksi.
2 CO + O2 2 CO2 - 393790 kJ/kgmol
2 H2 + O2 H2O – 396650 kJ/kgmol
       Karbon aktif yang dihasilkan dengan teknik ini memiliki pori – pori yang cukup baik dan ideal digunakan untuk mengadsorbsi komponen-komponen berfase cair maupun uap.
Daya adsorbsi dari karbon aktif dapat ditetapkan dengan menggunakan adsorbsi isotherm. Adsorbsi isotherm adalah sebuah
       Persamaan yang menghubungkan antara padatan yang akan diadsorbsi dengan adsorben.
Parameter yang dapat menunjukkan kualitas arang aktif adalah daya adsorbsi arang aktif terhadap larutan Iod. Daya adsorbsi arang aktif terhadap iod memiliki korelasi dengan luas permukaan arang aktif. Dimana semakin besar angka iod maka semakin besar kemampuan dalam mengadsorbsi adsorbat atau zat terlarut . Salah satu metode yang digunakan dalam analisis daya adsorbsi arang aktif terhadap iod adalah dengan metode titrasi iodometri. Kereaktifan dari arang aktif dapat dilihat dari kemampuannya mengadsorbsi substrat. Daya adsorbsi tersebut dapat ditunjukkan dengan besarnya angka iod (iodin number) yaitu angka yang menunjukkan seberapa besar adsorben dapat mengadsorbsi iod. Semakin besar nilai angka iod maka semakin besar pula daya adsorbsi dari adsorben. Daya serap karbon terbagi 2 yaitu :
a. Daya serap fisika (adsorbsi fisika)
     Biasanya melibatkan perubahan energi yang lebih kecil (ikatan lemah)
     Contoh : adsorbsi N2 pada karbon melepas ± 5000 kal/mol
b. Daya serap kimia (adsorbsi kimia)
    Pada suhu tinggi atom C bergabung dengan O2 membentuk CO dan CO2.

D. Hipotesis
     Terdapat pengaruh pemberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM Di Samarinda yaitu dapat mengurangi kadar klorin hingga 97%.

























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Definisi  Konsepsional
     Beberapa definisi konsepsional dalam penelitian ini adalah :
1.  Tongkol pada jagung adalah bagian dalam organ betina tempat bulir duduk menempel. (Baco, D dan Tandiabang, J. 1988)
2.  Air PDAM adalah air olahan yang dibuat dari air yang tidak layak konsumsi menjadi layak konsumsi dengan menambahkan beberapa bahan kimia dalam poses pembuatannya seperti kaporit. (Pudjianto,1984)

B. Definisi Operasional
1. Iodometri adalah titrasi redoks yang melibatkan titrasi iodin yang diproduksi dalam reaksi dengan larutan standar tiosulfat.
2. Kaporit atau Kalsium hipoklorit adalah senyawa kimia yang memiliki rumus kimia Ca(ClO)2. Kaporit biasanya digunakan sebagai zat disinfektan air. Senyawa ini relatif stabil dan memiliki klorin bebas yang lebih banyak dari pada natrium hipoklorit (cairan pemutih)
3. Selulosa merupakan senyawa organik dengan rumus (C6H10O5)n, sebuah polisakarida yang terdiri dari rantai linier dari beberapa ratus hingga lebih dari sepuluh ribu ikatan β(1→4) unit D-glukosa. (Kardinan, A. 2005)

C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu batang jagung (Y) dan variabel terikat yaitu klorin (X).

D. Populasi Penelitian
     Populasi dalam penelitian ini adalah air PDAM Tirta Kencana di Samarinda.



E. Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan adalah air PDAM Tirta Kencana di Jl.Tirta Kencan no.1 Samarinda.

F. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi kehutanan  Universitas Mulawarman Samarinda pada bulan November 2015 sampai bulan Desember 2015.

 G. Rancangan Penelitian
1.  Jenis Rancangan Penelitian
Jenis rancangan penelitian yang digunakan pada penilitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif
2.       Bagan kerja
















Text Box: Batang Jagung






Text Box: DiKeringkan






Text Box: Dipotong kecil - kecil






Text Box: Dibelender







 















                Gambar 3.1 Bagan pembuatan adsorben










Text Box: Aquades











 















    Gambar 3.2 Penentuan volume Blanko









 


Text Box: Penambahan padatan 0,5 gram KIText Box: Penambahan 1gramSerbuk Batang jagung                                                         



 
                                                                









Text Box: Penambahan Padatan 0,5 gram KI


Text Box: Penambahan 2 ml Asam sulfat pekat








 



                                                            










Text Box: Dititrasi dengan NA2S2O3

Text Box: Penambahan 2 ml Asam Sulfat pekat





 



                                                          





Text Box: Dititrasi dengan NA2S2O3
Text Box: Penambahan indikator kanji
 
                              








 
                                                                





Text Box: Ditambah indikator kanji



 




                                                                                   


 


Gambar 3.3 Penentuan kadar klorin sebelum dan sesudah penambahan adsorben


H.  Bahan dan Alat Penelitian
        Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bahan
Air PDAM Samarinda, Amilum, Tongkol jagung, Larutan Na2S2O3 0,2 N, Padatan KI, Larutan asam sulfat pekat 96-97 % dan Aquades.

         2. Alat
Blender, Kertas saring, Saringan, Labu erlenmeyer, Gelas ukur 100 ml, Wadah plastik diameter 6 cm, Wadah dengan diameter 25 cm dan tinggi 30 cm, Gelas kimia, Timbangan, Pipet volume 2 ml, Buret 50 ml dan Magnet stirrer.
   
I. Teknik analisis

Analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dengan analisis penelitian secara iodometri.
         Dengan menggunkan persamaan :
 =
Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01   untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)

J.  Prosedur Kerja

1.      Pembuatan bahan adsorben batang jagung
a.       Batang jagung dikeringkan kemudian di potong  kecil – kecil (± 0.5 cm),
b.      Dibelender batang jagung tadi kemudian di saring dengan saringan tepung untuk menghilangkan kotoran dan didapatkan serbuk tongkol jagung
c.       Keringkan pada suhu ruang         
2.    Penentuan volume Na2S2O3  pada larutan blanko
a.         Pipet 10 ml aquades dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
b.         Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
c.         Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
d.        Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e.         Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
3.   Penentuan kadar klorin sebelum penambahan adsorben
a.          Pipet 10 ml larutan air PDAM dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
b.          Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
c.          Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
d.         Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
e.          Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga   warna biru hilang menjadi tidak bewarna
f.           Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l  :
 =

Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)
4.    penentuan kadar klorin setelah penambahan adsorben
a.       Diambil 1 gram adsorben kemudian masukkan kedalam gelas kimia dan ditambahkan 20 ml air PDAM. Aduk dan diamkam beberapa saat
b.      Disaring campuran tadi dengan kertas saring
c.       Hasil saringan ditempatkan di gelas kimia yang lain
d.      Pipet 10 ml larutan air PDAM sudah di campur dengan adsorben dan masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml
e.       Tambahkan 0.5 gram KI dan 2 ml asam sulfat pekat
f.       Aduk dengan magnet stirer dan diamkan di ruang gelap selama 5 menit
g.      Titrasi dengan larutan Na2S2O3 hingga kuning gading
h.      Tambahkan indikator kanji (terbentuk warna kuning, lanjutkan titrasi hingga warna biru hilang menjadi tidak bewarna
i.        Penentuan klor aktif sebagai mg Cl2/l :
       =

Keterangan :
A = ml titran Na2S2O3 untuk sampel
B = ml titran Na2S2O3 0,01 N untuk blanko (bisa positif atau negatif
N = Normaliti larutan titran Na2S2O3
V = volume sampel (ml)

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian
               Penelitian pengaruh pemeberian limbah tongkol jagung sebagai adsorben terhadap kadar klorin pada air PDAM di Samarinda. Setelah dilakukan analisa dan perhitungan kadar klorin, ternyata limbah tongkol jagung dapat mengurangi atau menurunkan kadar klorin pada air PDAM di Samarinda

Perlakuan sampel
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4  (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N blanko (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N  (ml) sampel
Kadar klorin
(mg/L)
Massa adsorben (gram)
Sebelum penambahan adsorben
97%
2 ml
0.5 gram
10 ml
0.05 ml
0.05 ml
0.075 mg/L
-
Sesudah penambahan adsorben
97%
2 ml
0.5 Gram
10 ml
0.05 ml
0.1 ml
0.035 mg/L
1 gram


Dari data diatas kita dapat mengatakan bahwa limbah tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L kadar klorin sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L kadar klorin setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L.

B. Pembahasan
Kadar klorida pada air air minum harus memenuhi persyaratan kualitas air minum sesuai dengan persyaratan batas klorin untuk air minum yaitu menurut KepMenKes No.907/MENKES/SK/VII/2002 yaitu maksimum 5 mg/L (ppm). Sumber klorida dalam air  berasal dari mineral yang ada dalam tanah, baik itu tanah penutup (top soil) atau mineral dalam batuan di dalam tanah. Selain itu sumber klorida lainnyadapat berasal dari air limbah domestik atau air urine manusia dan juga dapat berasal dari air laut yang terbawa oleh air hujan.
Dalam percobaan ini, untuk menentukan kadar Klorida yang terkandung dalam suatu sampel adalah dengan cara Titrasi iodometri. Prinsipnya Larutan Na2S2O3 sebagai larutan standar pada penentuan kadar sampel ( klorin) distandarisasi terlebih dahulu dengan larutan KI sebagai larutan baku primer dengan penambahan KI dan Asam sulfat,pada titrasi ini digunakan amilum sebagai indikikator untuk mengetahui titik akhir titrasi. Kemudian sejumlah sampel  yang akan diketahui kadar khlorin di titrasi dengan Larutan Na2S2O3 sebagai larutan standar dan sebelumnya sampel ditambahkan padatan KI dan asam sulfat 0.2N. Indikator yang digunakan pada titrasi ini adalah indikator amilum.Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna kuning muda sesaat setelah penambahan indikator amilum menjadi biru tua.
Percobaan pertama yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan blanko yang nantinya digunakan sebagai faktor pengurang untuk menentukan kadar Cl2 dalam sampel. Aquades diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml.  Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5 gram dan asam sulfat pekat 2 ml. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar kelarutan I2 yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah. Reaksi yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit agar dapat bereaksi dengan sempurna dan diaduk dengan magnet stirer selanjutnya  dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N  hingga bewarna kuning gading. Reaksi yang terjadi :
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6

 Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N hingga tidak bewarna. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh :
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4     (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N blanko  (ml)
97%
2 ml
0.5 Gram
10 ml
0.05 ml


Percobaan kedua  yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan sampel sebelum penambahan limbah  yang nantinya digunakan sebagai faktor pembeda untuk menentukan kadar Cl2 dalam sampel.  Air PDAM di Samarinda diambil 10 mL kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml.  Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5 gram dan asam sulfat pekat 2 ml. Diamkan selama 5 menit agar dapat bereaksi secara sempurna dan diaduk dengan magnet stirer. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar kelarutan I2 yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah. Reaksi yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit dan dititrasi dengan Na2S2O3 0,2 N  hingga bewarna kuning gading. Reaksi yang terjadi :
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N hingga tidak bewarna. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi.
Dari hasil percobaan diperoleh :
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4     (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N blanko (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N  (ml) sampel
Kadar klorin
(mg/L)
97%
2 ml
0.5 Gram
10 ml
0.05 ml
0.157 ml
0.075 mg/L

  
Dari data yang diperoleh kemudian dihitung kadar klorin pada sampel dimana untuk normalitas Na2S4O6  sebesar 0,2 N  dan siperoleh kadar klorin sebesar 0.075 mg/L.
Percobaan ketiga  yaitu untuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan sampel ketika penambahan limbah tongkol jagung, yang nantinya digunakan sebagai faktor pembeda untuk menentukan kadar Cl2 dalam sampel.   Langkah awal yaitu membuat bahan adsorben dari tongkol jagung dimana tongkol jagung dikeringkan kemudian di potong  kecil – kecil (± 0.5 cm), Selanjutnya dibelender tongkol jagung tadi kemudian disaring dengan saringan tepung untuk menghilangkan kotoran sehingga diperoleh serbuk tongkol jagung. Selanjutnya proses penitrasianuntuk menentukan volume Na2S2O3 pada larutan sampel ketika penambahan limbah tongkol jagung.
Air PDAM di Samarinda diambil 20 mL kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia 100 ml dan ditambahkan adsorben serbuk tongkol jagung. Diamkan selama 5 menit agar adsorben dapat menyerap klorin dengan sempurna. Selanjutnya disaring dengan kertas saring sehingga diperoleh filtrat. Selnjutnya diambil filratnya sebanyak 10 ml dan dimasukan kedalam gelas kimia 100 ml.  Kemudian langsung ditambahkan padatan KI 0.5 gram dan asam sulfat pekat 2 ml. Fungsi dari KI adalah untuk memperbesar kelarutan I2 yang sukar larut dalam air sedangkan asam sulfat pekat berfungsi untuk memberikan suasana asam karena memiliki keasaman yang rendah. Reaksi yang terjadi :
OCL¯ + 2I¯ + 2H+ → CL¯ + I2 + H2O
Kemudian diamkan selama 5 menit dan diaduk menggunakan magnet stirer selanjutnya dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N  hingga bewarna kuning gading. Reaksi yang terjadi :
I2 + 2 Na2S2O3 → 2NaI + Na2S4O6
Selanjutnya ditambahkan amilum sampai bewarna biru tua dan dititrasi lagi dengan Na2S2O3 0,2 N hingga tidak bewarna.
Dari hasil percobaan diperoleh :
Komsntrasi aktivator
Volume H2SO4     (ml)
Massa KI (gram)
Volume sampel (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N blanko (ml)
Volume
Na2S2O3 0,2 N  (ml) sampel
Kadar klorin
(mg/L)
Massa adsorben (gram)
97%
2 ml
0.5 Gram
10 ml
0.05 ml
0.1 ml
0.035 mg/L
1 gram

 
Dari data yang diperoleh kemudian dihitung kadar klorin pada sampel dimana untuk normalitas Na2S4O6  sebesar 0,2 N  dan siperoleh kadar klorin sebesar 0.035 mg/L. Parameter yang dapat menunjukkan kualitas karbon aktif adalah daya adsorbsi terhadap larutan klorin. Semakin besar bilangan iodnya semakin besar kemampuan dalam mengadsorbsi adsorbat atau zat terlarut. Hasil dari penentuan kadar klorin diperoleh bahwa kadar klorin sebelum penambahan adsorben adalah 0.075 mg/L sedangkan setelah penambahan adsorben diperoleh kadar sebesar 0.035 mg/L. Hal ini menunjukan terjadinya penurunan kadar klorin sebelum dan sesudah penambahan adsorben. Bedasarkan hasil ini maka dapat disimpulkan bahwa adsorben tongkol jagung dapat mengurangi kadar klorin air PDAM di Samarinda yaitu sebesar 0.04 mg/L atau 40%. Dengan kadar 0.035 mg/l hal ini jauh dibawah batas aman kadar klorida yang dianjurkan oleh SNI. Sehingga tongkol jagung ini bisa digunakan sebagai alternatif untuk mengurangi kadar klorin pada air olahan sehinga dapat membantu masyarakat untuk hidup sehat dengan harga yang murah.

BAB V
KESIMPULAN

A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Penambahan adsorben tongkol jagung dapat menurunkan kadar klorin dalam air PDAM di Samarinda yaitu dari 0.075 mg/L sebelum penambahan menjadi 0.035 mg/L setelah penambahan adsorben dengan persentase penurunan kadar sebesar 40% atau 0.04 mg/L.

B. Saran                       
1.         Hendaknya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang variasi berat adsoreben tongkol jagung.
2.         Sebaiknya dilakukan juga variasi besar partikel adsoreben dari tongkol jagung yang digunakan.
















DAFTAR PUSTAKA

Arip N, Yofi Kurniawan, Adi Anggoro. 2007. Pestisida Alami Dari Ricine Pada   Buah Jarak. http//www. Kemahasiswaan its. Ac.id files/ pkmi % 202006% 20ITS%20 Arip. Diakses tanggal 27 Juni 2014.

Baco, D dan Tandiabang, J. 1988. Hama Utama Jagung dan Pengendaliaannya.   Badan Penelitian dan Perkembangan Pertanian. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Dadang. 1999. Sumber Insektisida Alami. Bahan Pelatihan Pengembangan Dan Pemanfaatan Insektisida Alami. Institut Pertanian Bogor.

Desi, A. 2007. Pemanfaatan Biji Bengkuang sebagai Insektisida Alami.http//www. Pkm.dikti. net/pkmi award 2006/pdf/pkmi 06 068.pdf. Diakses tanggal 27 Juni 2014.

Djojosumarto, P. 2000. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta.

Pudjianto, Edi Wahyu. 1984.Analisa Kualitas Air, Pengendalian dan pemeriksaan sampel Air. PT.Bina Indra Karya: Surabaya Deraan, P.A. PT Ichtiar Baru Von Hoeve. Jakarta.

Kardinan, A. 2005. Pestisida Nabati Ramuan dan Aplikasi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Mulyaman, S., Cahyaniati, dan Mustofa, T. 2000. Pengenalan Pestisida Nabati Tanaman Holtikultura. Direktorat Jenderal Produksi Holtikultura Dan Aneka Tanaman.  Institut Pertanian Bogor.

LAMPIRAN -  LAMPIRAN























No comments:

Post a Comment