1.
Pengertian
genes.
Batu genes adalah batuan metamorf
berfoliasi yang terindikasi oleh “bands” (garis-garis) dan lensa dari berbagai
komposisi mineral. Bands-bands dalam batuan ini biasanya mengandung mineral
yang bertekstur granular, yang memperlihatkan orientasi memanjang (penjajaran)
dari mineral penyusunnya. Penempilan dan tekstur inilah yang menjadi ciri utama
batuan genes. Dengan kata lain, suatu batuan yang terdefinisi sebagai genes
dilihat dari teksturnya, bukan dari komposisi mineral penyusunnya. Penampilan
dan tekstur seperti inilah yang menjadi ciri utama batu genes, dengan kata lain
suatu batuan yang terdefinisi sebagai genes dilihat dari teksturnya, bukan dari
komposisi mineral penyusunnya.

Gambar
1.1 batu genes
Ganes juga dikatakan batuan matemorf
dengan kristal-kristal yang kasar, biasanya berlapis-lapis akibat pemisahan
mineral-mineral yang berbeda sehingga membentuk foliasi sekunder yang kasar.
Terbentuk pada tempat yang dalam dan pada tingkat metamorfise, yang tinggi
bersama-sama dengan struktur pegunungan lipatan. Pada prinsipnya gneiss berasal
dari batuan beku silllicaous seperti granit, monozit kwarsa, syenite, dan
granodiorit, tetapi dapat juga dari rhyolit, tuff, arkosa dan batu pasir
feldspatik. Mineral-mineral utama pada gneis adalah kwarsa dan feldspat,
sedangkan mineral-mineral yang lain adalah, biotite, horblende dan augite.
Warna bervariasi tergantung pada warna mineral dominan yang ada. Pelapisan
disini dihasilkan oleh pergantian warna-warna mineral yang terang dan gelap
atau oleh perbedaan ukuran butir dengan pelapisan yang tebal dan kasar ataupun
tipis. Sering mengandung mineral-mineral metamorf yang lain seperti garnet,
epidot, tournaline, graphite, dan silimanite. Jika batuan beku (sebagian bahn induknya)
adalah sari batuan mafic tertentu, mungkin greiss tersebut dapat berkembang
manjadi serpentine olivin, augite, horblede dan biotite. Jika bahan beku
(sebagian bahan induknya) dapat dikenal maka nama batuan dapat ditentukan
seperti misalnya : gabbro gneiss, syenite gneiss ataupun granite gneiss. Gneiss
yang berasal dari batuan sedimen, contohnya : quatzite gneiss conglomerate
gneiss, politic gneiss (dari sedimen clay) dan calc gueniss (dari cilliceous
limetone dan dolomite).
gneiss yang berbentuk oleh penerobosan
mineral-mineral batuan beku kedalam folisasi akan menghasilkan campuran batuan
dalam bentuk dike yang tipis dari material-material quartzfeldspathic. Ini
disebut “injection” gneiss. Batuan ini tersebar luas dan mungkin menempati
bagian terbesar dari tipe gneiss lainnya.
2.
Karakteristik batu Gneiss
Asal
Warna Ukuran butir Struktur Komposisi Derajat Metamorfisme Ciri khas |
:Hasil Metamorfisme batuan
pluto granit,shale dan siltstone
:Putih kebau-abuan :Medium – Coarse Grained :Foliated (Gneissic) :Kuarsa, feldspar, amphibole, mika,dll :Tinggi :terlihat lapisan kuarsa dan feldsparyang berselang seling dengan lapisan amphibole dan mika |
3. Manfaat
batu Gneiss
Batu Gneiss atau genes biasanya sulit
pecah seperti kebanyakan batuan metamorf lainnya. Hal ini memungkinkan genes
dapat digunakan sebagai batu pecah pada konstruksi jalan, pondasi bangunan, dan
proyek-proyek lansekap. Beberapa jenis genes dapat dibuat menjadi blok dan
lempengan yang digunakan pada berbagai bangunan, paving, dan pagar. Beberapa
genes juga dapat dipoles dan menghasilkan batuan arsitektur seperti ubin
lantai, dinding, tapak tangga, kusen jendela, asbak, patung dan batu nisan.
4.
Proses pembentukan batu genes
Gneiss adalah typical dari jenis batuan metamorf,
batuan ini terbentuk pada saat batuan sedimen atau batuan beku yang terpendam
pada tempat yang dalam mengalami tekanan dan temperatur yang tinggi,
yaitu temperature
500C – 1200C dengan tekanan sekitar 5 kilobar. Hampir dari semua jejak- jejak asli batuan ( termasuk kandungan
fosil) dan bentuk bentuk struktur lapisan ( seperti layering dan ripple marks)
menjadi hilang akibat dari mineral-mineral mengalami proses migrasi dan
rekristalisasi. Pada batuan ini terbentuk goresan goresan yang tersusun dari
mineral mineral seperti hornblende yang tidak terdapat pada batuan batuan
sedimen.
Pada batuan gneiss, kurang dari 50 persen dari
mineral mineral mempunyai bentuk bentuk
penjajaran yang tipis dan terlipat pada lapisan-lapisan. Kita dapat melihat
bahwasannya tidak seperti pada batuan schist yang mempunyai pensejajaran
mineral yang sangat kuat, batuan gneiss tidak retak atau hancur sepanjang
bidang dari pensejajaran mineral tersebut, dan terbentuk urat-urat yang tebal
yang terdiri dari butiran-butiran mineral di dalam batuan tersebut, hal ini
tidak seperti kebanyakan bentuk bentuk perlapisan yang terdapat pada batuan
schist. Dengan proses metamorfosa lebih lanjut batuan gneiss dapat berubah
menjadi magmatite dan akhirnya terkristalisasi secara total menjadi batuan
granit.
Genes biasanya terbentuk oleh metamorfisme
regional di batas lempeng konvergen. Batuan ini merupakan salah satu jenis
batuan metamorf berkualitas tinggi dimana butiran mineral penyusunnya
direklistalisasi oleh suhu dan tekanan yang tinggi . reklistalisasi ini
meningkatkan ukuran dan butiran mineral yang dipisahkan menjadi “bands” sebagai
indikasi informasi yang menghasilkan batuan dan mineral yang lebih stabil dalam
lingkungan pembentukannya.
Genes dapat terbentuk dalam beberapa cara .
terbentuknya genes yang paling umum di mulai dengan batu serpih, yang merupakan
batuan sedimen. Metamorfosis regional dapat merubah serpih (shale) menjadi batu
sabak, lalu filit (fhyllite) kemudian sekis dan akhirnya menjadi genes. Selama
transformasi ini partikel lempung diserpih berubah menjadi mika dan tumbuh
bertambah besar. Akhirnya lembaran mika mulai mengkristal menjadi mineral
berstekstur granular. Munculnya mineral berstekstur granular sebagaitanda
proses terjadinya transisi ke genes.
Panas dan tekanan yang tinggi juga dapat membuat
batu granit termetamorfosa menjadi batuan dengan tekstur ”bended ” yang dikenal
dengan granit genes. Perubahan pada batu granit ini biasanya lebih kepada
perubahan struktural dibanding dengan perubahan mineralogi. Granit genes juga
dapat membentuk melalui metamorfosis batuan sedimen. Produk akhir metamorfosisnya adalah batuan
banded dengan komposisi mineralogi seperti granit.
5.
Penambangan batu gneiss
Proses
penambangan menggunakan system penambangan terbuka karena segala kegiatan yang
dilakukan berada pada tempat yang terbuka atau berhubungan dengan udara bebas.
Penambangan ini dilakukan dalam skala kecil atau biasanya dilakukan oleh
penduduk setempat.
6.
Reklamasi lahan bekas tambang
Melakukan penimbunan lahan kemudian menempelkan
lapisan tanah yg subur (top soil) di lahan yang akan direklamasi. Ini bertujuan
untuk memberikan lapisan penyubur sehingga memudahkan tanaman untuk tumbuh dan
memberikan kekuatan menyangga tanah karena lahan eks tambang umumnya miskin
unsur hara, memiliki porositas tinggi dan penyerapan air rendah.

Kemudian lanjut ke tahap persiapan lahan yaitu
dengan perataan lahan (contour leveling). Tahapan ini adalah meratakan sehingga
nantinya memudahkan penimbunan top soil, menguatkan porositas da menyerap air.
Reklamasi memang dapat dilakukan di lahan miring atau lereng meskipun akan
ditemui banyak kesulitan. Lahan yang kemiringannya sudah diratakan akan
memudahkan proses lanjut reklamasi. Pemadatan lapisan tanah untuk menstabilkan
lereng ini dilakukan dengan tractor, grader atau bulldozer (sheep foot roller).
Di beberapa lokasi lahan yang curam, maka pemadatan ini ditarik dengan
bulldozer. Setelah tanah dipadatratakan, maka selanjutnya perlu dibuat saluran
drainase untuk mengatur penyaliran.

Tahapan selanjutnya setelah penyiapan lahan adalah proses
hydroseeding. Hydroseeding adalah aktivitas penyebaran atau penyemaian lahan
reklamasi dengan bibit tanaman perintis (umumnya yang digunakan adalah
centrocema) yang sebelumnya telah dicampurkan dengan fertilizer dan aditif
lainnya. Penyebaran dilakukan dengan truck hydro seeder. Hydro seeding ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas tanah sehingga tanaman akan mendapatkan
lingkungan yang baik.
Setelah penyiraman hydro seeding maka tanah akan ditumbuhi oleh tanaman cover crops seperti centrocema pubescence atau centrocema mole.

No comments:
Post a Comment