Madzab dan Tarjih ?
realita sekarang ada dua kubu. antara kubu bermadzab
dan kubu tarjih yang jargonnya qur'an sunnah, keduanya sah-sah saja.
yang satu mengatakan pintu ijtihad masih terbuka dan yang satunya sudah
ditutup kecuali hukum kontemporer, sah-sah saja. tapi yang saya tak
setujui itu satu, yaitu kelompok puritan yang suka mentarjih yang sering
mencap orang yang bermadzab sebagai tidak murni dan tak sesuai qur'an
sunnah. padahal kualitas ijtihad imam hanafi, maliki, syafii dan hambali
itu lebih kredibel dan akurat dari pada kumpulan hasil tarjih yang
titlenya hanya prof, dsb. tentu para imam madzab lebih luas ilmunya,
makanya syarat mujtahid itu sangat berat. saya kadang heran jika ada
orang merasa paling benar kualias fiqihnya dan yang lain di cap pemuja
hadist dhaif dan jargon rancu "jangan ikuti ulama tapi ikuti nabi"
padahal hakikatnya ulama adalah pewaris nabi, kadang saya heran jika
kualitas imam yang empat di cap tak senonoh malah taklidnya ke dewan
tarjih atau syaik saudi. seakan-akan yang benar cuma dari tarjih dan
syaikh salafi. padahal realitanya hasil tarjih para puritan dan antar
syaikh saudi kadang berbeda. padahal sebelum berijtihad para imam madzab
juga sudah melakukan proses tarjih dahulu yang tentunya lebih luas dari
tingkatan tarjih ormas saat ini. padahal wahabisme itu banyak menganut
tradisi atau madzab hambaliyah. maka tidak heran orang yang tertarik
pada aliran funfamental, puritan dsb di nusantara ini condongnya pada
saudi, tak usah sebut nama maka hasil ijtihad mereka banyak pengaruh
pada imam hambali dan Ibn Taimiyah, walau katanya mereka mengaku sebagai
non madzab. mungkin hanya masalah lainnya yang beda, nah persoalan
lainnya yang rancu kadang puritan semangat mentarjih yang paling shahih
dari alquran dan sunnah tapi hasil tarjihnya malah berbeda-beda, seperti
ormas si A dan si B yang sama-sama alquran sunnah non madzab itu
masalah tertentu saja kadang beda, maka dari inilah islam tradisional
seperti NU lebih menekankan pada madzab walau 2% dari 100% nya mungkin
ada beda, tapi benang merahnya tetap pada imam syafi'i dan syafi'iyah.
berbeda dengan kelompok non madzab dan puritanisme yang jargonnya
alqur'an sunnah yang shahih maka selamanya akan tetap berbeda ,karena
tarjih mereka dari hasil para ustadz -ustadz mereka bukan mutlak shahih
ala nabi. tapi militansi para puritan non madzab inilah yang gencar
menyerang kelompok bermadzab seperti NU, dengan memakai tradisi
hambaliyah dan tarjih mereka, mereka menyerang NU dari berbagai arah,
apalagi dengan jargon yang shahih ala mereka, padahal tingkatan shahih
kan masih juga di perdebatkan antar muhadist. inilah yang membuat orang
awam terkesima oleh jargon puritanisme, memang setiap kelompok sudah
takdir dan pasti ada sisi positif negatifnya. mungkin sisi positif
puritanisme ini ialah hasil atas ide pembaharuan dan pemikiran barat
yang segalanya harus ilmiah oleh akal, berdiri sendiri, dsb makanya
mereka selalu bernada anti taklid, atau sekedar mencap karomah wali
sebagai khurafat yang tak bisa di analogikan.
maka dari status ini pesannya cuma satu, jangan terlalu fanatiklah kalau hanya masalah fiqih. kita boleh mempunyai pendapat tapi jangan mudah menghina pendapat lain dan merasa paling benar sendiri. berislam itu perlu ilmu dan cara bijak dalam menangani segala sesuatunya. Salam..
• Alfian EmDjv •
maka dari status ini pesannya cuma satu, jangan terlalu fanatiklah kalau hanya masalah fiqih. kita boleh mempunyai pendapat tapi jangan mudah menghina pendapat lain dan merasa paling benar sendiri. berislam itu perlu ilmu dan cara bijak dalam menangani segala sesuatunya. Salam..
• Alfian EmDjv •
No comments:
Post a Comment