Makalah belajar pembelajaran prilaku belajar - Articel Iftah Al-Muttaqin

Thursday, September 15, 2016

Makalah belajar pembelajaran prilaku belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A
.          Latar Belakang Masalah

                   Pada bab-bab sebelumnya telah banyak dikemukakan, bahwa masalah mendidik adalah masalah setiap orang, karena setiap orang sejak dahulu hingga sekarang, berusaha mendidik anak-anaknya. Demikian pula masalah “belajar” (dan “mengajar”), yang dapat dikatakan sebagai tindak pelaksanaan usaha pendidikan, adalah masalah setiap orang.
                   Kenyataan bahwa belajar dan mengajar adalah hal yang kompleks dan merupakan masalah setiap orang. Oleh karena itu kami sebagai pemakalah ingin memberikan sedikit ulasan tentang “ciri-ciri khas perilaku belajar”.
                   Sebagai penutup bab pendahuluan ini, perlu kami utarakan sebuah keinginan yakni siapapun yang membaca buku ini diharapkan tidak menemukan kesukaran dalam menangkap isinya. kalimat-kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan isi makalah ini telah diusahakan sederhana dan selugas mungkin dengan harapan tidak menimbulkan kesan berbelit-belit.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana ciri khas perilaku belajar?
  2. Bagaimana perwujudan perilaku belajar?
  3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi belajar?

C.     Tujuan Pembahasan
1.    Untuk mengetahui ciri khas perilaku belajar.
2.    Untuk mengetahui perwujudan perilaku belajar.
3.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

BAB II
PEMBAHASAN

            Meskipun secara teoritis belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku, namun tidak semua perubahan tingkah laku organisme dapat dianggap belajar. Perubahan yang timbul karena proses belajar sudah tentu memiliki ciri-ciri perwujudan yang khas. Dalam bab ini karakteristik, manifestasi, dan pendekatan belajar, jenis-jenis belajar dan hal-hal yang dapat mempengaruhi dan kegiatan belajar siswa juga akan penyusun uraikan secara singkat.

A.     Ciri Khas Perilaku Belajar
                   Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain psikologi pendidikan oleh Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:[1][1]
1.      Perubahan Internasional
2.      Perubahan positif dan aktif
3.      perubahan efektif dan fungsional

1)      Perubahan Internasional
                Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman atau praktik yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan. Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan dalam dirinya, seperti penambahan pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan sesuatu, keterampilan dan seterusnya. Sehubungan dengan itu, perubahan yang diakibatkan mabuk, gila dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena individu yang bersangkutan tidak menyadari atau tidak mengkehendaki keberadaannya.
                 Disamping perilaku belajar mengkehendaki perubahan yang disadari, juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut. Jadi, jika seorang siswa belajar bahasa Inggris umpamanya, maka sebelumnya ia telah menetapkan taraf kemahiran yang disesuaikan dengan tujuan pemakaiannya. Penetapan ini misalnya, apakah bahasa asing tersebut akan digunakan untuk keperluan studi ke luar negeeri ataukah sekedar bisa membaca teks-teks atau literatur berbahasa Inggris.
                Namun demikian, perlu pula dicatat bahwa kesengajaan belajar itu, menurut Anderson (1990) tidak penting, yang penting cara mengelola informasi yang diterima siswa  pada waktu pembelajaran terjadi. Disamping itu, dari kenyataan sehari-hari juga menunjukkan bahwa tidak semua kecakapan yang kita peroleh merupakan hasil kesengajaan belajar yang kita sadari. Sebagai contoh, kebiasaan bersopan santun dimeja makan dan bertegur sapa dengan orang lain, guru, dan orang-orang baik disekitar kita tanpa disengaja tanpa disadari.
                Sebagai contoh, kebiasaan bersopan santun di meja makan dan bertegur sapa dengan orang lain, guru, dan orang-orang baik disekitar kita tanpa disengaja dan disadari. Begitu juga beberapa percakapan tertentu yang kita peroleh dari pengalaman dan praktik sehari-hari, belum tentu kita pelajari dengan sengaja. Dengan demikian, dapat kita pastikan bahwa perubahan intensional tersebut “bukan harga mati” yang harus dibayar oleh anda dan siswa.

2)           Perubahan positif dan aktif
          Perubahan terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya baik, bermanfaat serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru (seperti pemahaman dan keterampilan baru) yang lebih baik dari pada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif artinya tidak terjadi dengan sendirinya. Seperti karena proses kematangan (misalnya, bayi yang bisa merangkak setelah bisa duduk), tetapi karena usaha siswa itu sendiri.

3)           Perubahan efektif dan fungsional
          Perubahan yang timbul karena proses bersifat efektif, yakni berhasil guna. Artinya, perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, dan manfaat tertentu bagi siswa. Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat diproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi manfaat yang luas misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri dengan lingkungan kehidupan sehari-hari dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.
          Selain itu, perubahan yang efektif dan fungsional biasanya bersifat dinamis dan mendorong timbulnya perubahan-perubahan positif lainnya. Sebagai contoh. Jika seorang siswa belajar menulis, maka disamping akan mampu merangkaikan kata dan  kalimat  dalam bentuk tulisan ia juga akan memperoleh kecakapan lainnya seperti membuat catatan, mengarang surat dan bahkan menyusun karya sastra atau karya ilmiah.











B.  Perwujudan Perilaku Belajar
                   Dalam hal memahami arti belajar dan esensi perubahan karena belajar,  para ahli sependapat sekurang-kurangnya terdapat titik temu diantara mereka mengenai hal-hal yang prinsipal. Akan tetapi, mengenai, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana perwujudannya, agaknya masih merupakan teka-teki yang masih menimbulkan silang pendapat yang cukup tajam diantara para ahli itu. Meskipun demikian, berikut ini akan penyusun turunkan pendapat sekelompok ahli yang relatif lengkap mengenai perilaku belajar. Pemakaian pendapat sekelompok alhi ini tidak berarti mengecilkan pendapat kelompok  ahli lainnya.

                   Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak dalam perubahan-perubahan sebagai berikut:

        I.            Pengetahuan
       Setiap orang yang telah mengalami proses belajar, maka akan tampak perilaku pengetahuan yang berbeda. Secara umum perilaku tersebut dapat kita ketahui pada saat seorang siswa menanggapi suatu hal. Seorang siswa yang telah mengetahui bahwa mengkonsumsi bahan tambahan makanan seperti veksin (MSG) dapat menimbulkan efek jangka panjang pada perkembangan otaknya, maka dengan perilaku pengetahuannya ia menghindari makanan dengan tambahan tersebut.

     II.             Kebiasaan
          Setiap siswa yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-kebiasaannya akan tampak berubah. Kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang. Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang tidak diperlukan. Karena proses penyusutan /pengurangan inilah, muncul suatu pola bertingkah laku baru yang relatif menetap dan otomatis.
          Kebiasaan ini terjadi karena prosedur pembiasaan seperti dalam classical dan operant conditioning. Contoh: siswa yang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan penggunaan bahasa baik dan benar. Jadi, berbahasa dengan cara yang baik dan benar itulah perwujudan perilaku belajar siswa tadi.

  III.            Keterampilan
          Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olahraga dan sebagainya. Meskipun sifatnya motorik, namun keterampilan itu memerlukan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat dianggap kurang atau tidak terampil.
          Di samping itu, keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan itu sendiri bukan hanya meliputi gerak motorik melainkan juga fungsi mental yang bersifat kognitif. Konotasinya pun luas sehingga sampai pada mempengaruhi /mendayagunakan orang lain. artinya orang yang mampu mendayagunakan orang lain secara tepat juga dianggap sebagai orang yang terampil.

  IV.             Emosional
          Perilaku siswa yang telah mengalami proses pembelajaran yang nampak salah satunya ialah pada perilaku emosionalnya. Pada siswa yang terpelajar, perilakunya cenderung dengan emosi yang lebih terkontrol pada saat menanggapi suatu masalah. Perilaku tersebut akan berbanding terbalik dibandingkan pada anak yang tidak menempuh pendidikan, yang cenderung menanggapi masalah dengan emosi yang tidak terkontrol. Selain itu, tingkat penempuhan pendidikan juga dapat mempengaruhi emosi setiap siswa, misalnya pada siswa yang hanya menempuh sekolah dasar yang dibandingkan dengan siswa yang telah menempuh sekolah menengah atas.

    V.            Pengamatan
          Pengamatan artinya proses menerima, menafsirkan dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga. Dan sebaliknya pengamatan yang salah akan mengakibatkan timbulnya pengertian yang salah pula. Contoh, seorang anak yang baru pertama kali mendengarkan radio akan mengira bahwa penyiar benar-benar berada dalam kotak bersuara itu. Namun melalui proses belajar, lambat laun diketahuinya juga bahwa yang ada dalam radio tersebut hanya alirannya, sedangkan penyiarnya berada di studio pemancar.

  VI.            Hubungan sosial
          Perilaku sosial sangat berpengaruh pada siswa pada saat berada dalam lingkungan masyarakat adalah perilaku hubungan sosial. Seorang siswa, sederhananya selalu bergaul atau berhubungan sosial antar teman sebayanya dan pada orang yang lebih tua seperti guru saat disekolah. Seorang siswa secara tidak langsung akan mengatur atau memilih dengan siapa ia akan menjalin hubungan sosial terlebih pada teman-temannya yang lebih pintar dibandingkan dia. Perilaku itu terjadi karena setelah mengalami pembelajaran siswa tersebut merasa membutuhkan bantuan atau ia lebih merasa seperti sebagai keperluannya dalam menempuh pendidikan lanjutan maupun untuk masa depannya.

    VII.        Berpikir Asosiatif dan Daya Ingat
          Secara sederhana, berpikir asosiatif adalah berpikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya. Berfikir asosiatif itu merupakan proses pembentukan hubungan antara rangsangan dengan respons. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa kemampuan siswa untuk melakukan hubungan asosoatif yang benar amat dipengaruhi oleh tingkat perhatian atau pengetahuan yang diperoleh dari hasil belajar. Sebagai contoh, siswa yang mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu dengan hari ulang tahun (maulid) Nabi Muhammad SAW. Hanya bisa didapat apabila ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.
          Di samping itu, daya ingatpun merupakan perwujudan belajar, sebab merupakan pokok dalam berpikir asosiatif. Jadi, siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai bertambahnya simpanan materi dalam memori. Serta meningkatnya kemampuan menghubungkan materi dengan situasi atau stimulus yang sedang dihadapi.

VIII.            Bersikap rasional dan kritis

          Berpikir rasional dan kritis adalah perwujudan perilaku beljar terutama yang berhubungan dengan pemecahan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir rasional akan menggunakan prinsip-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana” (how) dan “mengapa” (why). Dalam berpikir rasional, siswa dituntut menggunakan logika (akal sehat) untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik kesimpulan-kesimpulan. Dalam berpikir kritis, siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan (Reber, 1988).

  IX.              Sikap
          Dalam arti sempit adalah pandangan/kecenderungan mental. Sikap (attitude) adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik/buruk terhadap orang/barang tertentu. Dengan demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini, perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju dan lugas) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.

    X.            Inhibisi
          Secara ringkas, inhibisi adalah upaya pengurangan/pencegahan timbulnya suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung. Dalam hal belajar inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, lalu memilih atau melakukan tindakan yang lain yang lebih baik ketika ia berinteraksi dengan lingkungannya.Kemampuan siswa dalam melakukan inhibisi pada umumnya diperoleh lewat proses belajar. Oleh sebab itu, makna dan perwujudan perilaku belajar seorang siswa akan tampak pula dalam kemampuannya melakukan inhibisi ini. Contoh: seorang siswa yang telah sukses mempelajari bahaya alkohol akan menghindari membeli minuman keras. Sebagai gantinya ia membeli minuman sehat.

  XI.            Apresiasi
          Pada dasarnya, apresiasi berarti suatu pertimbangan (Judgment) mengenai arti penting atau nilai sesuatu. Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan/penilaian terhadap benda-benda baik abstrak atau konkret  yang memiliki nilai luhur. Apresiasi adalah gejala ranah efektif yang pada umumnya ditunjukkan pada karya-karya seni budaya seperti: seni sastra, seni musik, seni lukis, drama dan sebagainya.
          Tingkat apresiasi seorang siswa terhadap nilai sebuah karya sangat bergantung pada tingkat pengalaman belajarnya. Sebagai contoh, jika seorang siswa telah mengalami proses belajar agama secara mendalam maka tingkat apresiasinya terhadap nilai seni baca Al-Qur’an dan kaligrafi akan mendalam pula. Dengan demikian, pada dasarnya seorang siswa baru akan memiliki apresiasi yang memadai terhadap objek tertentu (misalnya kaligrafi) apabila sebelumnya ia telah mempelajari materi yang berkaitan dengan objek yang dianggap mengandung nilai penting dan indah tersebut.

XII.            Tingkah Laku Afektif
          Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was, dan sebagainya. tingkah laku seperti ini tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar. Oleh karena itu, ia juga dapat dianggap sebagai perwujudan perilaku belajar.Seorang siswa, misalnya, dapat di anggap sukses secara afektif dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang ia pelajari, lalu menjadikannya sebagai “sistem nilai diri”. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan sistem nilai ini sebagai penuntun hidup, baik di kala suka maupun duka (Darajat, 1985).














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
       Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik. Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang terpenting adalah:
1.      Perubahan Internasional
2.      Perubahan positif dan aktif
3.      perubahan efektif dan fungsional
Perwujudan perilaku belajar, merupakan hal yang sulit dikemukakan, bahkan para ahli masih terdapat silang pendapat tentang bagaimana seorang siswa mewujudkan perilaku belajarnya, namun terdapat beberapa indikator seorang siswa mewujudkan perilaku belajarnya yaitu dapat dilihat dari pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, emosional,pengamatan,hubungan sosial,berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis, sikap, inhibisi, apresiasi, serta tingkah laku afektif .


B.     Saran
Seorang siswa pada umumnya, memiliki cara tersendiri dalam mewujudkan perilaku dari hasil proses belajar yang dilakukan, sehingga seorang guru tidak dapat melihatnya dari satu sisi, melaikan dari berbagai sisi, sehingga akan menghasilkan penilaian yang objektif bukan subjektif, selain itu seorang siswa harus memahami sejauh mana dirinya telah mewujudkan hasil dari proses belajarnya tersebut, apabila  siswa lambat menyadarinya, maka bisa saja akan tertinggal, namun hal ini juga tidak lepas dari pengawasan, arahan dan bimbingan dari seorang guru
Daftar pustaka



1.      Dimyati dan Mudjiono, 2009, Belajar dan Pembelajaran , Rineka Cipta,Jakarta.
2.      Djiwandono,Wuryani S.E,2008,  Psikolog Pendidikan, Gramedia ,Jakarta.
3.      Hamalik,Oemar , 2007, Proses Belajar Mengajar ,Bumi Aksara, Jakarta .
4.      Purwanto,Ngalim MP, 2010, Psikolog Pendidikan , Remaja Rosdakarya, Bandung.
5.      Slameto, 2003, Belajar dan faktor – faktor yang mempengaruhinya , Rineka Cipta, Jakarta
6.      Syah,Muhibbin, 2011, Psikolog Pendidikan dengan Pendekatan baru , Rosda, Bandung.



1Psikolog Pendidikan dengan Pendekatan baru

No comments:

Post a Comment