Makalah Belajar Pembelajaran Psikologi Pendidikan - Articel Iftah Al-Muttaqin

Thursday, September 15, 2016

Makalah Belajar Pembelajaran Psikologi Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar Belakang
Pada dasarnya setiap manusia memerlukan bimbingan agar mendapatkan pendidikan yang baik. Seperti menurut undang-undang RI no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional pada pasal I yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini diperlukan adanya pendidik professional yaitu guru disekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di perguruan tinggi.
Diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan juga calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan guru yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan psikologi terapan dengan pendekatan baru. Psikologi pendidikan ini disusun dengan harapan dapat member kontribusi yang berarti dalam memantapkan kualitas potensi calon guru dan guru professional yang bertugas pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.






B.                 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah pengertian psikologi pendidikan, arti penting psikologi pendidikan, sejarah dan metode psikologi pendidikan, serta hakikat dan hubungan antara pendidikan dan pengajaran dalam psikologi pendidikan ?"

C.                Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang pengertian psikologi pendidikan, arti penting psikologi pendidikan, sejarah dan metode psikologi pendidikan, serta hakikat dan hubungan antara pendidikan dan pengajaran dalam psikologi pendidikan



















BAB II
PEMBAHASAN

A.                Definisi Psikologi, Pendidikan dan Pengajaran
1.                Definisi Psikologi
Psikologi berasal dari kata bahasa inggris psychology, sedangkan kata psychology merupakan dua akar kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya.
William James (1842-1910) menganggap psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental (the science of menttal life). Namun, John B. Watson (1878-1958) mengubah definisi psikologi menurut James menjadi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior) organisme.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of Psychology mendefinisikan psikologi sebagai
“..... the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment
(Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
Poerbakawatja dan Harahap (1981) dalam Ensiklopedia Pendidikan membatasi psikologi sebagai “cabang ilmu pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa”. Dimana gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa tersebut meliputi respon organisme dan hubungannya dengan lingkungannya. Dari beberapa pengertian tentang psikologi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan membahas tingkah laku manusia, baik selaku individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang, barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar lingkungan manusia.

2.                Definisi Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 232), Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, education (pendidikan) berasal dari kata educate (mendidikan) artinya memberi peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to evolve, to develop).Dalam pengertian yang sempit, education atau pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh pengetahuan.
Secara luas, pendidikan adalah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian luas dan representatif (mewakili atau mencerminkan segala segi), pendidikan ialah .....the total process of developing human abilities and behaviors, drawing on almost all life’s experience (Tardif,1987). Seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Poerbakawatja dan Harahap (1981) menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan kedudukannya mempunyai kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala asrama, dan sebagainya.
Tanggung jawab moral itu bersifat nisbi, oleh karena itu perlu pembatasan yang tegas, apakah moral kemasyarakatan, moral hukum, ataukah moral keagamaan. Seorang pejabat yang sudah tentu terdidik melakukan KKN, namun karena ingin dianggap memiliki tanggung jawab moral, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebelum terjaring hukum. Padahal, seorang yang cukup terdidik seharusnya tidak hanya memiliki tanggung jawab moral yang nisbi seperti pejabat, tetapi juga tanggung jawab memikul resiko hukum yang timbul karena ulahnya.

3.         Definisi Psikologi Pendidikan
Salah seorang ahli menganggap pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan (applicable) adalah Arthur S. Reber (1988) Seorang Guru Besar Psikologi pada Brooklyn College, University of New York City, dalam pandangannya, Psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a.         Penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas
b.        Pengembangan dan pembaharuan kurikulum
c.         Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan
d.        Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.         Penyenggaraan pendidikan keguruan
Secara lebih sederhana dan praktis, Barlow (1985) mendefinisikan Psikologi pendidikan adalah .... a body of knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
Sementara itu Tardif (1987) mendefinisikan Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan. Adapun ruang lingkupnya adalah:
a.         Context of teaching and learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan mengajar dan belajar).
b.        Process of teaching and learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan belajar).
c.         Outcomes of teaching and learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses mengajar dan belajar).

B.                 Arti Penting Psikologi Pendidikan
Pendidikan merupakan prosedur dan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang sering berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru dengan para siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa psikologis. Proses dan peristiwa psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan dijadikan landasan oleh para guru dalam memberlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik khususnya para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki dan menguasai pengetahuan psikologi pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan oleh eratnya hubungan antara psikologi khusus tersebut dengan pendidikan seerat metodik dengan kegiatan pengajaran.
Disamping psikologi pendidikan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini berkembang pula pengetahuan sejenis tetapi lebih sempit yang disebut “didaksologi”. Didaksologi agaknya merupakan subdisiplin psikologi pengajaran (instructional psychology). Psikologi pengajaran sendiri sebenarnya hanya bagian dari psikologi pendidikan.
Berbeda dengan psikologi pendidikan, psikologi pengajaran lebih menekankan aspek-aspek penyajian materi pelajaran dan komunikasi antara guru dengan para siswa dalam proses instruksional dan proses belajar-mengajar. Di Australia kajian mengenai komunikasi instruksional seperti ini biasanya terdapat dalam mata kuliah yang disebut psychology and instruction (psikologi dan pengajaran). Ruang lingkup kajian psychology and instruction lebih sempit daripada psikologi pendidikan, tetapi masih lebih luas daripada didaksologi.
Ada beberapa hal penting yang perlu dikemukakan mengenai kajian psikologi pendidikan, antara lain:
1.                Psikologi pendidikan adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan tas hasil-hasil temuan riset psikologis;
2.                Hasil-hasil temuan riset psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep, teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh;
3.                Konsep, teori, metode, dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian rupa hingga menjadi “repertoire of resources”, yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam proses belajar-mengajar.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah “scientific approach”. Oleh karenanya disamping sebagai psikologi praktis, psikologi pendidikan juga bersifat teoritis.
Kembali ke masalah belajar-mengajar dan hubungannya dengan psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah sistem pendidikan dimanapun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah proses edukatif (bersifat kependidikan) ini baik di tempat pendidikan formal maupun informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola b-m tersebut adalah psikologi praktis, psikologi pendidikan.
Menurut para ahli, manfaat psikologi pendidikan dibedakan menjadi dua macam. Pertama, manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan pemahaman yang lebih baik mengenai pend dan prosesnya. Kedua, pp untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pend dengan cara menggunakan metode-metode yang disusun secara rapi dan sistematis.
Secara umum, psikologo pendidikan merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pend dalam mencapai tujuan pend yang telah ditetepkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang terkandung dalam pp dapat dijadikan landasan berpikir dam bertindak dalam menelola proses belajar mengajar. Sedangkan proses tersebut adalah unsur utama dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni:
1.                Seleksi penerimaan siswa baru
2.                Perencanaan pendidikan
3.                Penyusunan kurikulum
4.                Penelitian pendidikan
5.                Administrasi pendidikan
6.                Pemilihan materi pelajaran
7.                Interaksi belajar-mengajar
8.                Pelayanan bimbingan dan penyuluhan
9.                Metode mengajar
10.            Pengukuran dan evaluasi
Selanjutnya guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-baiknya sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis.
Di bawah ini adalah pelbagai informasi teoritis dan praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yang bisa dipilih dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan.
Pertama, Proses Perkembangan Siswa
Tahapan-tahapan yang perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan proses b-m adalah tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para siswa dalam menjalani proses b-m dan pembelajara meteri tertentu, serta dalam mengikuti proses b-m yang dikoelola guru kelas. Selain itu perbedaan usia para siswa juga membuat perbedaan sibstansial (bersifat inti) dalam hal merespons pengajaran.
Kedua, Cara Belajar Siswa
Dimanapun proses b-m berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial bagi para guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri para siswanya, yang meliputi arti penting belajar, teori-teori belajar, hubungan belajar dengan memori pengetahuan, dan fase-fase yang dilalui dalam peristiwa belajar. Yang penting puls dipahami ialah pendekatan belajar, kesulitan belajar, dan alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk menolong siswa dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara Menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Agar kegiatan mengajar dapat diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan gairah dan minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar siswa akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan belajar. Seorang guru dituntut untuk memahami seluk-beluk mengajar baik dalam arti individual maupun dalam arti klasikal; memahami model-model mengajar, metode-metode mengajar dan strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode dan strategi ini diterapkan secara cermat dalam proses b-m yang dikelola.
Keempat, Pengambilan Keputusan untuk Pemgelolaan PMB
Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan b-m, seorang guru dituntut untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau pembuat keputusan yang penuh perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak, pengelolaan tahap-tahap interaksi b-m akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan gagal mencapai tujuannya.
Terdapat faktor-faktor penghambat atau paling tidak pembatas gerak pembuatan keputusan instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya meliputi:
1.                Kurangnya kesadaran guru terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi;
2.                Kesetiaan terhadap gagasan lama yang sebenarnya sudah tidak dapat diberlakukan lagi;
3.                Kurangnya sumber-sumber informasi yang diperlukan; dan
4.                Ketidakcermatan observasi terhadap situasi b-m.
Selain hal-hal di atas, hambatan mungkin pula muncul dari perbadaan harapan guru dan siswa. Beberapa siswa dalam sebuah kelas misalnya, mungkin memiliki cita-cita memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti. Perbadaan seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbadaan gaya belajar, sikap, dan perilaku mereka selama membaur dalam proses b-m. Selanjutnya, tekanan dari luar dapat pula mempengaruhi kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar ini bisa datang dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas yang tersedia, dan sebagainya.

C.                Sejarah, Cakupan, dan Metode Psikologi Pendidikan
1.                SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Sejarah khusus yang mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini sesungguhnya masih perlu di telusuri lebih lanjut. Hal ini dikarenakan kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi pendidikan masih langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada saat ini, pada umumnya tentang berbagai psikologi yang dicampur menjadi satu, sehingga menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan dengan psikologi pernah dilakukan oleh beberapa orang ahli seperti Boring & Murphy pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang diwilayah Inggris (David 1972). Sudah tentu riwayat psikologo pendidikan yang mereka tulis itu tak dapat kita jadikan acuan, bukan karena keterbatasan wilayah pengembangannya saja, melainkan juga karena telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung sejak zaman dahulu, meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada masa awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi sebuah cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Kemudian menurut David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa Johann Friedrich Herbart adalah Bapak Psikologi Pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan disiplin sempalan psikologi lainnya.
Herbart adalah seorang filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4 Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen  dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809 ketika dia diangkat menjadi ketua Jurusan Filsafat di Konisberg sampai tahun 1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuaan yang dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart, proses balajar atau memahami sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni apersepsi sebagai salah satu tahapan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Aliran pemikiran Herbartianisme, menurut Reber (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya masih terasa hingga sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar)adalah karyanya yang dianggap monumental, “sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi pendidikan, Application of Psychology to the Science of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Dalam pandangan Herbart, mata pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarah. Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi formal seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya, psikologi pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari Negara adidaya tersebut psikologi pendidikan menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataanya psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan psikologi pengajaran. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah jurnal internasional yang bernama British Journal of Educational Psychology.
Semakin dewasa usia psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan yang berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal didunia yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di Negara kita jurusan psikologi pendidikan yang biasanya digabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan (BP) sudah sangat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologi yang turut berkiprah dalam riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, diantaranya yang paling menonjol adalah:
a.                Aliran Humanisme dengan tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslow, C. Rogers,
Humanisme adalah aliran kemanusian, humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat manusiawi. Ciri-ciri aliran Humanisme adalah:
1)        Mementingkan manusia sebagai pribadi
2)        Mementingkan kebulatan pribadi
3)        Mementingkan penana kognitif dan efektif
4)        Mementingkan persepsi subjektif yang dimiliki tiap individu
5)        Mementingkan kemampuan menentukan bentuk tingkah laku sendiri
6)        Mengutamakan “insight”

b.                Aliiran Behaviorisme dengan tokoh utama J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner,
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan individu. Ciri-ciri aliran Behaviorisme adalah:
1)        Mementingkan pengaruh lingkungan
2)        Mementingkan bagian-bagian daripada keseluruhan
3)        Mementingkan reaksi psikomotor
4)        Mementingkan sebab-sebab masa lampau
5)        Mementingkan pembentukan kebiasaan
6)        Mengutamakan mekanisme terjadinya hasil belajar
7)        Mengutamakan “trial and error”

c.                Aliran Psikologi Kognitif dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.
Psikologi kognitif merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia berfikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri aliran Kognitif adalah:
1)        Meningkatkan apa yang ada dalam diri manusia
2)        Meningkatkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
3)        Meningkatkan peranan kognitif
4)        Meningkatkan kondisi waktu sekarang
5)        Meningkatkan pembentukan struktur kognitif
6)        Mengutamakan keseimbangan dalam diri manusia
7)        Mengutamakan “insight” (pengertian)

2.                CAKUPAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan pada dasarnya adalah sebuah disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku belajar-mengajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan, tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologi para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses belajar-mengajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
a.         Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
b.        Pokok bahasan mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan belajar siswa.
c.         Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya sebagai berikut:
1.         Pengetahuan tentang psikologi pendidikan (the sience of educational psychology).
2.         Hereditas atau karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3.         Lingkungan yang bersifat fisik (physical structure).
4.         Perkembangan siswa (growth).
5.         Proses-proses tingkah laku (behavior process).
6.         Hakikat dan ruang lingkup belajar (nature and scope of learning).
7.         Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar (factors that condition learning).
8.         Hukuk-hukum dan teori belajar (laws and theories of learning).
9.         Pengukuran, yakni prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principles and definitions).
10.     Transfer belajar, meliputi mata pelajaran (transfer of learning: subject matters).
11.     Sudut-sudut pandang praktis mengenai pengukuran (practical aspects of measurements).
12.     Ilmu statistic dasar (element of statistic).
13.     Kesehatan Rohani (mental hygiene).
14.     Pendidikan membentuk watak (character education).
15.     Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16.     Pengetahuan psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school subjects).
Dari rangkaian pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok sebelumnya tampak sangat jelas bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital, (inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan. Dari seluruh proses pendidikan, kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal ini bermakna berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang kepada proses belajar siswa, baik ketika ia berada didalam kelas maupun diluar kelas.
Khusus mengenai proses belajar-mengajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good & Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan kedalam tujuh bagian .
1.         Manajemen ruang yang sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas.
2.         Metodologi kelas.
3.         Motivasi siswa peserta kelas.
4.         Penanganan siswa yang berkemampuan luar biasa.
5.         Penanganan siswa berperilaku menyimpang.
6.         Pengukuran kerja akademik siswa.
7.         Pendayagunaan umpan balik dan penindaklanjutan.

3.                METODE PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Muhibbin Syah mengemukakan bahwa metode dapat dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan. Dalam psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan pengajaran.
a.         Metode eksperimen
Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan oleh eksperimenter di dalam sebuah labratrium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan datayang diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperiment dapat pula digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus tertentu.
Metode eksperiment yang digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan dengan tujuan untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan yang ditarik dari hasil temuan penelitian dengan metode lain.
Dalam penelitian eksperimental obyek yang akan diteliti dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok percobaan dan kelompok pembanding. Kelompok percobaan terdiri atas sejumlah orang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding juga terdiri atas obyek yang jumlah karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi tingkahlakunya idak diteliti. Setelah eksperimen usai, data dari kelompok percobaan, dibandingkan dengan kelompok pembanding, lalu dianalisis, ditafsirka, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.
b.         Metode kuesioner
Metode kuesioner disebut juga mail servey karena pelaksanaan penyebaran dan pengambilannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirim kepada responden yang sesungguhnya seorang peneliti psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba. Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orag tertentu yang memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya. Tujuannya untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
c.          Metode Studi Khusus
Studi kasus ialah sebuah metode penelitian yang digunaka untuk meperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini selain dipakai oleh para penelliti psikologi pendidikan, juga sering dipakai oleh para peneliti ilmu-ilmu sosial lainnyakarena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi dan penafsiran yang lebih luas dan mendalam.
d.         Metode Penyelidikan Klinis
Metode penyelidikan klinis pada umunya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau siswa yang mengalami penyimpangan perilaku. Oleh karenanya, penggunaan sarana dan cara yang dikaitkan dengan metode penyelidikan klinis selalu meperhatikan batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan ketelitian yang sugguh-sungguh.
Sasaran yang dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis adalah untuk memastikan sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu peneliti berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi penyimpangan tersebut.
e.         Metode Observasi naturalistik
Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini peneliti berada diluar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai seorang yang sedang melakukan penelitian.
D.                Hakikat dan Hubungan antara Pendidikan – Pengajaran
Hakikat dan hubungan antara Pendidikan – pengajaran dibagi menjadi 2, yaitu;


1.                Ragam Arti Pendidikan dan Pengajaran
Akar kata pendidikan adalah “didik” atau “mendidik” yang secara hafiah artinya memelihara dan memberi latihan. Sedangkan “Pendidikan”, seperti yang pernah penyusun singgung sebelum ini adalah tahapan – tahapan kegitan mengubah sikap dan prilaku seseorang atau sekelompok orang yang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa arab “Pendidikan disebut “tarbiyah” yang berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada fase – fase awal kehidupan yakni pada tahap perkembangan masa baiyi dan kanak – kanak. Dan dalam bahas ainggris pendidikan disebut education, istilah education memiliki dua arti, yakni arti dari sudut orang yang menyelenggarakan pendidikan dan arti dari sudut orang yang di didik.
Adapun mengenai istilah “pengajaran” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (dituruti). Kata “mengajar” berarti memberi pelajaran. Contoh: “Guru itu mengajar murid matematika.” Sedangkan kata “mengajarkan” berarti memberikan pelajaran. Contoh: Siapa yang mengajarkan sejarah kepada murid-murid kelas VI?” Berdasarkan arti-arti ini, Kamus Besar Bahasa Indonesia itu mengartikan pengajaran sebagai “proses perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan”.
Selanjutnya dalam bahasa Arab, pengajaran disebut “taklim” (terkadang ditulis “ta’lim”) yang berasal dari kata ‘allama, dan padnannya “hazzaba”. Dalam Kamus Arab-Inggris susunan Elias & Elias (1992), kata-kata tersebut berarti  : to educate, to train, to teach, to instruct, yakni mendidik, melatih, dan mengajar.
Ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pengajaran disebut fannual – taklim, yang dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan kata Pedagogy dan Pedagogics yang artinya ilmu mengajar. Pedagogi dan pedagogic adalah dua kata yang sama artinya yakni pengetahuan, seni, prinsip, dan perbuatan pengajar. Perbedaan arti pedagogi dan pedagogik adalah kalau pedagogi sebagai pendidikan, dan pedagogik sebagai ilmu pengetahuan.
Selanjutnya istilah pengajaran dalam bahasa inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct, artinya to direct; to do something; to teach to do something; to furnish with information, yakni memberi pengarahan agar melakukan sesuatu,  mengajar agar melakukan sesuatu dan  memberi informasi.

2.                Hakikat Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Hubungan pendidikan dan pengajaran cukup erat kaitannya karena menurut undang – undang nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal 1, adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkanpeserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan agar peserta didik tersebut berperan dalamkehidupan masa depannya. Selain pengajaran dalam pendidikan juga diperlukan adanya bimbingan sebagaimana tersebut dalam kutipan dari UUSPN di muka. Bimbingan, seperti juga latihan adalah bagian penting yang ideal karena akan berdampak kebaikannya penanggulangan kesulitan belajar dan pelaksanaan remedial teaching yang secara psikologis di diktis merupakan salah satu keharusan bagi guru.
Berdasarkan uraian diatas, dan juga uraian mengenai ragam arti pendidikan dan pengajaran, jelas betapa eratnya hakikat hubungan antara pendidiakan dan pengajaran. Selain itu, ada juga pula beberapa macam peresepsi sumbang yang muncul dikalangna mahasiswa mengenaihakikat hubungan pendidikan dengan pengajaran, antara lain yang paling menonjol bahwa pendidikan itu:
a.         Jauh berbeda dangan pengajaran,
b.        Lebih penting dari pengajaran,
c.         Karena pengajaran hanya menanamkan  pengetahuan kedalam aspek kognitif (ranah cipta) dan sedikit  memberikan keterampilan psikomotor, sedangalan aspek efektif (ranah rasa) tak pernah tersentuh.
Persepsi – persepsi ini yang ada dalam pengalaman belajar mahasiswa, karena kesaksian mereka terhadap kenyataan yang tampak dilapangan. Namun apapun alasannya, mengubah peresepsi yang kurang selaras dangan perinsip – perinsip psikologi pendidikan itu ternyat tidak gampang. Dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan mengenai akhlak dan berdasarkan pikiran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan adalah proses penubahan sikap dan tingka laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui uapaya pengajaran dan pelatihan.








BAB III
PENUTUP
A.          Kesimpulan
Psikologis ialah disiplin ilmu ysng membahas perilaku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Pendidikan adalah proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran. Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat ibarat dua sisi koin ysng tak mungkin terpisahkan.
Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah kependidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal bersifat kependidikan terutama hal belajar, mengajar, dan mengajar- belajar . yang menjadi objek riset dan  kajian berupa siswa dan guru selaku peserta didik dan pendidik. Psikologi mula- mula muncul di Jerman berkat kepeloporan Johann Friedrich Herbart (1766-1841), seorang filosof dan psikolog yang namanya diabaikan sebagai aliran pemikiran pendidikan “Herbartianisme”.
Psikologi pendidikan berkembang berkat pengaruh aliran psikologi lain, diantaranya yang menonjol ialah aliran humanisme, behaviorisme, dan psikologi kognitif. Manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah tersebut dengan metode sainstifik psikologi. Prinsip, konsep, dan metode psikologi pendidikan merupakan landasan berfikir dan bertindak bagi guru dalam mengelola proses mengajar belajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan siswa. Guru seyogiyanya memahami proses perkembangan dalam hubungannya dengan belajar, mengajar, dan proses mengajar-belajar, cara belajar siswa, cara menghubungkan mengajar dengan belajar, cara mengambil keputusan untuk mengelola PMB.

No comments:

Post a Comment