BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada dasarnya setiap manusia memerlukan bimbingan agar
mendapatkan pendidikan yang baik. Seperti menurut undang-undang RI no 20 tahun
2003 tentang system pendidikan nasional pada pasal I yaitu pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan Negara. Hal ini diperlukan adanya pendidik professional
yaitu guru disekolah-sekolah dasar dan menengah dan dosen di perguruan tinggi.
Diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru
dan juga calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan dengan pendekatan guru
yang erat kaitannya dengan proses belajar dan mengajar dalam suasana zaman yang
berbeda dan penuh tantangan seperti sekarang ini. Untuk memenuhi kebutuhan akan
psikologi terapan dengan pendekatan baru. Psikologi pendidikan ini disusun
dengan harapan dapat member kontribusi yang berarti dalam memantapkan kualitas
potensi calon guru dan guru professional yang bertugas pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: ”Apakah
pengertian psikologi
pendidikan, arti penting psikologi pendidikan, sejarah dan metode psikologi
pendidikan, serta hakikat dan hubungan antara pendidikan dan pengajaran dalam
psikologi pendidikan ?"
C.
Tujuan
Tujuan
dari makalah ini adalah untuk menjelaskan tentang pengertian psikologi pendidikan, arti penting
psikologi pendidikan, sejarah dan metode psikologi pendidikan, serta hakikat
dan hubungan antara pendidikan dan pengajaran dalam psikologi pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Psikologi,
Pendidikan dan Pengajaran
1.
Definisi Psikologi
Psikologi berasal dari kata bahasa inggris psychology, sedangkan kata psychology
merupakan dua akar kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu psyche yang berarti jiwa dan logos yang
berarti ilmu. Jadi, secara harfiah psikologi berarti ilmu jiwa. Psikologi tidak
mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak,
tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental
tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya.
William James (1842-1910) menganggap
psikologi sebagai ilmu pengetahuan tentang kehidupan mental (the science of
menttal life). Namun, John B. Watson (1878-1958) mengubah definisi
psikologi menurut James menjadi ilmu pengetahuan tentang tingkah laku (behavior)
organisme.
Chaplin (1972) dalam Dictionary of
Psychology mendefinisikan psikologi sebagai
“..... the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment”
(Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
“..... the science of human and animal behavior, the study of of the organisme in all its variety and complexity as it responds to the flux and flow of the physical and social events which make up the environment”
(Psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai perilaku manusia dan hewan, juga penyelidikan terhadap organisme dalam segala ragam dan kerumitannya ketika mereaksi arus dan perubahan lingkungan).
Poerbakawatja dan Harahap (1981)
dalam Ensiklopedia Pendidikan membatasi psikologi sebagai “cabang ilmu
pengetahuan yang mengadakan penyelidikan atas gejala-gejala dan
kegiatan-kegiatan jiwa”. Dimana gejala-gejala dan kegiatan-kegiatan jiwa
tersebut meliputi respon organisme dan hubungannya dengan lingkungannya. Dari
beberapa pengertian tentang psikologi yang telah disebutkan di atas dapat
disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan
membahas tingkah laku manusia, baik selaku individu maupun kelompok dalam
hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan dalam hal ini meliputi semua orang,
barang, keadaan, dan kejadian yang ada di sekitar lingkungan manusia.
2.
Definisi Pendidikan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991: 232), Pendidikan berasal dari kata “didik”, yang mendapat awal me
sehingga menjadi “mendidik” artinya memelihara dan memberi latihan. Dalam
memelihara dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran. Pendidikan ialah proses pengubahan
sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha mendewasakan
manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa Inggris, education
(pendidikan) berasal dari kata educate (mendidikan) artinya memberi
peningkatan (to elicit, to give rise to), dan mengembangkan (to
evolve, to develop).Dalam pengertian yang sempit, education atau
pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk memperoleh
pengetahuan.
Secara luas, pendidikan adalah proses
dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman,
dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian luas
dan representatif (mewakili atau mencerminkan segala segi), pendidikan ialah
.....the total process of developing human abilities and behaviors, drawing
on almost all life’s experience (Tardif,1987). Seluruh tahapan pengembangan
kemampuan-kemampuan dan perilaku-perilaku manusia dan juga proses penggunaan
hampir seluruh pengalaman kehidupan.
Poerbakawatja dan Harahap (1981)
menyatakan bahwa Pendidikan adalah usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk
dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke kedewasaan yang selalu diartikan
mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari segala perbuatannya. Orang dewasa
itu adalah orang tua si anak atau orang tua yang atas dasar tugas dan
kedudukannya mempunyai kedudukannya mempunyai kewajiban untuk mendidik misalnya
guru sekolah, pendeta atau kiai dalam lingkungan keagamaan, kepala-kepala
asrama, dan sebagainya.
Tanggung jawab moral itu bersifat
nisbi, oleh karena itu perlu pembatasan yang tegas, apakah moral
kemasyarakatan, moral hukum, ataukah moral keagamaan. Seorang pejabat yang
sudah tentu terdidik melakukan KKN, namun karena ingin dianggap memiliki
tanggung jawab moral, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebelum terjaring
hukum. Padahal, seorang yang cukup terdidik seharusnya tidak hanya memiliki
tanggung jawab moral yang nisbi seperti pejabat, tetapi juga tanggung jawab
memikul resiko hukum yang timbul karena ulahnya.
3.
Definisi Psikologi
Pendidikan
Salah seorang ahli
menganggap pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan (applicable)
adalah Arthur S. Reber (1988) Seorang Guru Besar Psikologi pada Brooklyn
College, University of New York City, dalam pandangannya, Psikologi pendidikan
adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan
masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut :
a.
Penerapan prinsip-prinsip
belajar dalam kelas
b.
Pengembangan dan
pembaharuan kurikulum
c.
Ujian dan evaluasi bakat
dan kemampuan
d.
Sosialisasi proses-proses
dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif
e.
Penyenggaraan pendidikan
keguruan
Secara lebih sederhana dan praktis,
Barlow (1985) mendefinisikan Psikologi pendidikan adalah .... a body of
knowledge grounded in psychological research which provides a repertoire of
resource to aid you in functioning more effectively in teaching learning
process.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
Psikologi pendidikan adalah sebuah pengetahuan berdasarkan riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda melaksanakan tugas-tugas seorang guru dalam proses belajar mengajar secara efektif.
Sementara itu Tardif (1987)
mendefinisikan Psikologi pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan
dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha
kependidikan. Adapun ruang lingkupnya adalah:
a.
Context of teaching and
learning (situasi atau tempat yang berhubungan dengan
mengajar dan belajar).
b.
Process of teaching and
learning (tahapan-tahapan dalam mengajar dan
belajar).
c.
Outcomes of teaching and
learning (hasil-hasil yang dicapai oleh proses
mengajar dan belajar).
B.
Arti
Penting Psikologi Pendidikan
Pendidikan merupakan
prosedur dan lingkungan yang menjadi tempat terlibatnya individu yang sering
berinteraksi. Dalam interaksi antar individu ini baik antara guru dengan para
siswa maupun antara siswa dengan siswa lainnya, terjadi proses dan peristiwa
psikologis. Proses dan peristiwa psikologis ini sangat perlu untuk dipahami dan
dijadikan landasan oleh para guru dalam memberlakukan para siswa secara tepat.
Para pendidik khususnya
para guru sekolah, sangat diharapkan memiliki dan menguasai pengetahuan
psikologi pendidikan yang memadai agar dapat mendidik para siswa melalui proses
belajar-mengajar yang berdaya guna dan berhasil guna. Pengetahuan mengenai
psikologi pendidikan bagi para guru berperan penting dalam menyelenggarakan
pendidikan di sekolah-sekolah. Hal ini disebabkan oleh eratnya hubungan antara
psikologi khusus tersebut dengan pendidikan seerat metodik dengan kegiatan
pengajaran.
Disamping psikologi
pendidikan, dalam beberapa dasawarsa terakhir ini berkembang pula pengetahuan
sejenis tetapi lebih sempit yang disebut “didaksologi”. Didaksologi agaknya
merupakan subdisiplin psikologi pengajaran (instructional
psychology). Psikologi pengajaran sendiri sebenarnya hanya bagian dari
psikologi pendidikan.
Berbeda dengan psikologi
pendidikan, psikologi pengajaran lebih menekankan aspek-aspek penyajian materi
pelajaran dan komunikasi antara guru dengan para siswa dalam proses
instruksional dan proses belajar-mengajar. Di Australia kajian mengenai
komunikasi instruksional seperti ini biasanya terdapat dalam mata kuliah yang disebut
psychology and instruction (psikologi
dan pengajaran). Ruang lingkup kajian psychology
and instruction lebih sempit daripada psikologi pendidikan, tetapi masih
lebih luas daripada didaksologi.
Ada beberapa hal penting
yang perlu dikemukakan mengenai kajian psikologi pendidikan, antara lain:
1.
Psikologi pendidikan
adalah pengetahuan kependidikan yang didasarkan tas hasil-hasil temuan riset
psikologis;
2.
Hasil-hasil temuan riset
psikologis tersebut kemudian dirumuskan sedemikian rupa hingga menjadi konsep-konsep,
teori-teori, dan metode-metode serta strategi-strategi yang utuh;
3.
Konsep, teori, metode,
dan strategi tersebut kemudian disistematisasikan sedemikian rupa hingga
menjadi “repertoire of resources”,
yakni rangkaian sumber yang berisi pendekatan yang dapat dipilih dan digunakan
untuk praktik-praktik kependidikan khususnya dalam proses belajar-mengajar.
Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa
pendekatan psikologi pendidikan adalah pendekatan ilmiah “scientific approach”. Oleh karenanya disamping sebagai psikologi
praktis, psikologi pendidikan juga bersifat teoritis.
Kembali ke masalah belajar-mengajar dan
hubungannya dengan psikologi pendidikan, unsur utama dalam pelaksanaan sebuah
sistem pendidikan dimanapun adalah proses belajar mengajar. Di tengah-tengah
proses edukatif (bersifat kependidikan) ini baik di tempat pendidikan formal
maupun informal, terdapat seorang tokoh yang disebut guru. Sumber pengetahuan
yang dapat membantu atau menolong guru dalam mengelola b-m tersebut adalah
psikologi praktis, psikologi pendidikan.
Menurut para ahli, manfaat psikologi
pendidikan dibedakan menjadi dua macam. Pertama, manfaat psikologi pendidikan
ialah untuk membantu para guru dan para calon guru dalam mengembangkan
pemahaman yang lebih baik mengenai pend dan prosesnya. Kedua, pp untuk
memecahkan masalah-masalah yang terdapat dalam dunia pend dengan cara
menggunakan metode-metode yang disusun secara rapi dan sistematis.
Secara umum, psikologo pendidikan
merupakan alat bantu yang penting bagi para penyelenggara pend dalam mencapai
tujuan pend yang telah ditetepkan. Mengapa demikian? Karena prinsip yang
terkandung dalam pp dapat dijadikan landasan berpikir dam bertindak dalam
menelola proses belajar mengajar. Sedangkan proses tersebut adalah unsur utama
dalam pelaksanaan setiap sistem pendidikan.
Setidak-tidaknya ada 10 macam kegiatan
pendidikan yang banyak memerlukan prinsip-prinsip psikologis, yakni:
1.
Seleksi penerimaan siswa
baru
2.
Perencanaan pendidikan
3.
Penyusunan kurikulum
4.
Penelitian pendidikan
5.
Administrasi pendidikan
6.
Pemilihan materi
pelajaran
7.
Interaksi
belajar-mengajar
8.
Pelayanan bimbingan dan
penyuluhan
9.
Metode mengajar
10.
Pengukuran dan evaluasi
Selanjutnya
guru yang kompeten dalam perspektif psikologi pendidikan adalah guru yang mampu
melaksanakan profesinya secara bertanggung jawab. Adapun guru yang bertanggung
jawab adalah guru yang mampu mengelola proses belajar mengajar sebaik-baiknya
sesuai dengan prinsip-prinsip psikologis.
Di bawah ini adalah pelbagai informasi
teoritis dan praktis yang dapat dipandang sebagai buah-buah yang bisa dipilih
dan dipetik sesuai dengan pertimbangan kebutuhan.
Pertama, Proses
Perkembangan Siswa
Tahapan-tahapan
yang perlu dipahami sebagai bahan pertimbangan pokok dalam penyelenggaraan
proses b-m adalah tahapan yang berhubungan dengan perkembangan ranah cipta para
siswa dalam menjalani proses b-m dan pembelajara meteri tertentu, serta dalam
mengikuti proses b-m yang dikoelola guru kelas. Selain itu perbedaan usia para
siswa juga membuat perbedaan sibstansial (bersifat inti) dalam hal merespons
pengajaran.
Kedua, Cara
Belajar Siswa
Dimanapun
proses b-m berlangsung, alasan utama kehadiran guru adalah untuk membantu siswa
agar belajar sebaik-baiknya. Oleh karena itu, adalah hal esensial bagi para
guru untuk memahami sepenuhnya cara dan tahapan belajar yang terjadi pada diri
para siswanya, yang meliputi arti penting belajar, teori-teori belajar,
hubungan belajar dengan memori pengetahuan, dan fase-fase yang dilalui dalam
peristiwa belajar. Yang penting puls dipahami ialah pendekatan belajar, kesulitan
belajar, dan alternatif-alternatif yang dapat diambil untuk menolong siswa
dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajarnya.
Ketiga, Cara
Menghubungkan Mengajar dengan Belajar
Agar
kegiatan mengajar dapat diterima oleh para siswa, guru perlu berusaha membangkitkan
gairah dan minat belajar mereka. Kebangkitan gairah dan minat belajar siswa
akan mempermudah guru dalam menghubungkan kegiatan mengajar dengan kegiatan
belajar. Seorang guru dituntut untuk memahami seluk-beluk mengajar baik dalam
arti individual maupun dalam arti klasikal; memahami model-model mengajar,
metode-metode mengajar dan strategi-strategi mengajar. Kemudian, metode dan
strategi ini diterapkan secara cermat dalam proses b-m yang dikelola.
Keempat,
Pengambilan Keputusan untuk Pemgelolaan PMB
Untuk
memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan kegiatan b-m, seorang guru dituntut
untuk menempatkan diri sebagai pengambil atau pembuat keputusan yang penuh
perhitungan untung-rugi ditinjau dari sudut kajian psikologis. Jika tidak,
pengelolaan tahap-tahap interaksi b-m akan tersendat-sendat dan boleh jadi akan
gagal mencapai tujuannya.
Terdapat
faktor-faktor penghambat atau paling tidak pembatas gerak pembuatan keputusan
instruksional yang sering merintangi para guru pada umumnya meliputi:
1.
Kurangnya kesadaran guru
terhadap masalah-masalah belajar yang mungkin sedang dihadapi;
2.
Kesetiaan terhadap
gagasan lama yang sebenarnya sudah tidak dapat diberlakukan lagi;
3.
Kurangnya sumber-sumber
informasi yang diperlukan; dan
4.
Ketidakcermatan observasi
terhadap situasi b-m.
Selain
hal-hal di atas, hambatan mungkin pula muncul dari perbadaan harapan guru dan
siswa. Beberapa siswa dalam sebuah kelas misalnya, mungkin memiliki cita-cita
memenuhi kebutuhan masa depannya yang sama sekali berbeda dengan rekan-rekannya
atau bahkan menyimpang dari karakteristik sekolah yang mereka ikuti. Perbadaan
seperti ini akan mengakibatkan munculnya perbadaan gaya belajar, sikap, dan
perilaku mereka selama membaur dalam proses b-m. Selanjutnya, tekanan dari luar
dapat pula mempengaruhi kemulusan pengambilan keputusan oleh guru. Tekanan luar
ini bisa datang dari orangtua siswa, aturan administratif sekolah, fasilitas
yang tersedia, dan sebagainya.
C.
Sejarah, Cakupan, dan Metode Psikologi
Pendidikan
1.
SEJARAH SINGKAT PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Sejarah khusus yang
mengungkapkan secara cermat dan luas tentang psikologi pendidikan, hingga kini
sesungguhnya masih perlu di telusuri lebih lanjut. Hal ini dikarenakan
kebanyakan karya tulis yang mengungkapkan “riwayat hidup” psikologi pendidikan
masih langka. Karya tulis yang membahas riwayat psikologi yang ada saat ini,
pada umumnya tentang berbagai psikologi yang dicampur menjadi satu, sehingga
menyulitkan identifikasi terhadap jenis psikologi tertentu yang ingin kita
ketahui secara spesifik.
Uraian kesejarahan yang
khusus berkaitan dengan psikologi pernah dilakukan oleh beberapa orang ahli
seperti Boring & Murphy pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi
terbatas untuk psikologi pendidikan yang berkembang diwilayah Inggris (David
1972). Sudah tentu riwayat psikologo pendidikan yang mereka tulis itu tak dapat
kita jadikan acuan, bukan karena keterbatasan wilayah pengembangannya saja,
melainkan juga karena telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut.
Kenyataan yang tak dapat
dipungkiri bahwa penggunaan psikologi dalam dunia pendidikan sudah berlangsung
sejak zaman dahulu, meskipun istilah psikologi pendidikan sendiri pada masa
awal pemanfaatannya belum dikenal orang. Namun, seiring dengan perkembangan
sains dan teknologi, akhirnya lahir dan berkembanglah secara resmi sebuah
cabang khusus psikologi yang disebut psikologi pendidikan. Kemudian menurut
David (1972) pada umumnya para ahli memandang bahwa Johann Friedrich Herbart
adalah Bapak Psikologi Pendidikan yang konon menurut sebagian ahli masih merupakan
disiplin sempalan psikologi lainnya.
Herbart adalah seorang
filosof dan pengarang kenamaan yang lahir di Oldenburg, Jerman, pada tanggal 4
Mei 1776. Pada usia 29 tahun ia menjadi dosen filsafat di Gottingen dan mencapai puncak kariernya pada tahun 1809
ketika dia diangkat menjadi ketua Jurusan Filsafat di Konisberg sampai tahun
1833. Ia meninggal di Gottingen pada tanggal 14 Agustus 1841.
Nama Herbart kemudian
diabadikan sebagai nama sebuah aliran psikologi yang disebut Herbartianisme
pada tahun 1820-an. Konsep utama pemikiran Herbartianisme ialah apperceptive mass, sebuah istilah yang khusus diperuntukkan bagi pengetahuaan
yang dimiliki individu. Dalam pandangan Herbart, proses balajar atau memahami
sesuatu bergantung pada pengenalan individu terhadap hubungan-hubungan antara
ide-ide baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki. Konsep ini sampai sekarang
masih digunakan secara luas dalam dunia pengajaran, yakni apersepsi sebagai
salah satu tahapan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Aliran pemikiran Herbartianisme,
menurut Reber (1988), adalah pendahulu pemikiran psikoanalisis Freud dan
berpengaruh besar terhadap pemikiran psikologi eksperimental Wundt. Ia juga
dianggap sebagai pencetus gagasan-gagasan pendidikan gaya baru yang pengaruhnya
masih terasa hingga sekarang.
Buku Pedagogics (ilmu mengajar)adalah karyanya yang dianggap monumental,
“sesuatu yang agung”. Karya besar lainnya yang berhubungan dengan psikologi
pendidikan, Application of Psychology to
the Science of Education (penerapan psikologi untuk ilmu pendidikan).
Dalam pandangan Herbart,
mata pelajaran yang paling jitu untuk mengembangkan watak anak adalah sejarah.
Kemudian untuk pengajaran selanjutnya adalah ilmu-ilmu alam, dan sebagai
pelajaran akhir yang perlu diberikan kepada anak adalah bidang-bidang studi
formal seperti membaca, menulis, dan berhitung.
Selanjutnya, psikologi
pendidikan lebih pesat berkembang di Amerika Serikat, meskipun tanah
kelahirannya sendiri di Eropa. Kemudian, dari Negara adidaya tersebut psikologi
pendidikan menyebar keseluruh benua hingga sampai ke Indonesia. Meskipun
perkembangan psikologi pendidikan di Eropa dianggap tidak seberapa, kenyataanya
psikologi tersebut tidak lenyap atau tergeser oleh perkembangan psikologi
pengajaran. Salah satu bukti masih dipakai dan dikembangkannya psikologi
tersebut di Eropa, khususnya di Inggris adalah masih diterbitkannya sebuah
jurnal internasional yang bernama British
Journal of Educational Psychology.
Semakin dewasa usia
psikologi pendidikan, semakin banyak pakar psikologi dan pendidikan yang
berminat mengembangkannya. Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya fakultas
psikologi dan fakultas pendidikan di universitas-universitas terkenal didunia
yang membuka jurusan atau spesialisasi keahlian psikologi pendidikan dengan
fasilitas belajar yang lengkap dan modern. Sayang, di Negara kita jurusan
psikologi pendidikan yang biasanya digabungkan dengan bimbingan dan penyuluhan
(BP) sudah sangat jarang diselenggarakan pada fakultas keguruan baik negeri
maupun swasta.
Kenyataan lain yang menunjukkan
kepesatan perkembangan psikologi pendidikan adalah semakin banyaknya ragam
cabang psikologi dan aliran pemikiran psikologi yang turut berkiprah dalam
riset-riset psikologi pendidikan. Cabang dan aliran psikologi yang datang silih
berganti menanamkan pengaruhnya terhadap psikologi pendidikan, diantaranya yang
paling menonjol adalah:
a.
Aliran Humanisme dengan
tokoh-tokoh utama J.J Rousseau, Abraham Maslow, C. Rogers,
Humanisme adalah aliran kemanusian,
humanism adalah suatu pendekatan psikologis, dimana ditonjolkan
masalah-masalah, kepentingan-kepentingan manusiawi, nilai-nilai dan martabat
manusiawi. Ciri-ciri aliran Humanisme adalah:
1)
Mementingkan manusia
sebagai pribadi
2)
Mementingkan kebulatan
pribadi
3)
Mementingkan penana
kognitif dan efektif
4)
Mementingkan persepsi
subjektif yang dimiliki tiap individu
5)
Mementingkan kemampuan
menentukan bentuk tingkah laku sendiri
6)
Mengutamakan “insight”
b.
Aliiran Behaviorisme
dengan tokoh utama J.B. Watson, E.L. Thorndike, dan B.F. Skinner,
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi
yang memandang individu hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan
aspek-aspek mental. Dengan kata lain behaviorisme tidak mengakui adanya
kecerdasan, bakat, minat, dan perasaan individu dalam suatu belajar.
Peristiwa belajar semata-mata melatih refleks-refleks
sedemikian rupa sehingga menjadi kebiasaan individu. Ciri-ciri aliran
Behaviorisme adalah:
1)
Mementingkan pengaruh
lingkungan
2)
Mementingkan
bagian-bagian daripada keseluruhan
3)
Mementingkan reaksi
psikomotor
4)
Mementingkan sebab-sebab
masa lampau
5)
Mementingkan pembentukan
kebiasaan
6)
Mengutamakan mekanisme
terjadinya hasil belajar
7)
Mengutamakan “trial and
error”
c.
Aliran Psikologi Kognitif
dengan tokoh-tokoh utama J. Piaget, J. Bruner, dan D. Ausbel.
Psikologi kognitif
merupakan salah satu cabang dari psikologi umum dan mencakup studi ilmiah
tentang gejala-gejala kehidupan mental sejauh berkaitan dengan cara manusia
berfikir dalam memperoleh pengetahuan, mengolah kesan-kesan yang masuk melalui
indra, pemecahan masalah, menggali ingatan pengetahuan dan prosedur kerja yang
dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri aliran Kognitif adalah:
1)
Meningkatkan apa yang ada
dalam diri manusia
2)
Meningkatkan keseluruhan
dari pada bagian-bagian
3)
Meningkatkan peranan
kognitif
4)
Meningkatkan kondisi waktu
sekarang
5)
Meningkatkan pembentukan
struktur kognitif
6)
Mengutamakan keseimbangan
dalam diri manusia
7)
Mengutamakan “insight”
(pengertian)
2.
CAKUPAN PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Psikologi pendidikan pada dasarnya adalah sebuah
disiplin psikologi yang khusus mempelajari, meneliti, dan membahas seluruh
tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan itu meliputi tingkah
laku belajar (oleh siswa), tingkah laku mengajar (oleh guru), dan tingkah laku
belajar-mengajar (oleh guru dan siswa yang saling berinteraksi).
Inti persoalan psikologis dalam psikologi pendidikan,
tanpa mengabaikan persoalan psikologi guru, terletak pada siswa. Pendidikan
pada hakikatnya adalah pelayanan yang khusus diperuntukkan bagi siswa. Oleh
karena itu, ruang lingkup pokok bahasan psikologi pendidikan, selain
teori-teori psikologi pendidikan sebagai ilmu, juga berbagai aspek psikologi
para siswa khususnya ketika mereka terlibat dalam proses belajar dan proses
belajar-mengajar.
Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi
pokok-pokok bahasan psikologi pendidikan menjadi tiga macam.
a.
Pokok bahasan mengenai
“belajar”, yang meliputi teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri-ciri khas
perilaku belajar siswa, dan sebagainya.
b.
Pokok bahasan mengenai
“proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam
kegiatan belajar siswa.
c.
Pokok bahasan mengenai
“situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan lingkungan baik bersifat fisik
maupun nonfisik yang berhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana
yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik bahasan yang rinciannya
sebagai berikut:
1.
Pengetahuan tentang
psikologi pendidikan (the sience of
educational psychology).
2.
Hereditas atau
karakteristik pembawaan sejak lahir (heredity).
3.
Lingkungan yang bersifat
fisik (physical structure).
4.
Perkembangan siswa (growth).
5.
Proses-proses tingkah
laku (behavior process).
6.
Hakikat dan ruang lingkup
belajar (nature and scope of learning).
7.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar (factors that
condition learning).
8.
Hukuk-hukum dan teori
belajar (laws and theories of learning).
9.
Pengukuran, yakni
prinsip-prinsip dasar dan batasan-batasan pengukuran/evaluasi (measurement: basic principles and
definitions).
10. Transfer
belajar, meliputi mata pelajaran (transfer
of learning: subject matters).
11. Sudut-sudut
pandang praktis mengenai pengukuran (practical
aspects of measurements).
12. Ilmu
statistic dasar (element of statistic).
13. Kesehatan
Rohani (mental hygiene).
14. Pendidikan
membentuk watak (character education).
15. Pengetahuan
psikologi tentang mata pelajaran sekolah menengah (psychology of secondary school subjects).
16. Pengetahuan
psikologi tentang mata pelajaran sekolah dasar (psychology of elementary school subjects).
Dari rangkaian
pokok-pokok bahasan versi Smith dan tiga pokok sebelumnya tampak sangat jelas
bahwa masalah belajar (learning) adalah masalah yang paling sentral dan vital,
(inti dan amat penting) dalam psikologi pendidikan. Dari seluruh proses
pendidikan, kegiatan belajar siswa merupakan kegiatan yang paling pokok. Hal
ini bermakna berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak berpulang
kepada proses belajar siswa, baik ketika ia berada didalam kelas maupun diluar
kelas.
Khusus mengenai proses
belajar-mengajar, para ahli psikologi pendidikan seperti Barlow (1985) dan Good
& Brophy (1990) mengelompokkan pembahasan kedalam tujuh bagian .
1.
Manajemen ruang yang
sekurang-kurangnya meliputi pengendalian kelas dan penciptaan iklim kelas.
2.
Metodologi kelas.
3.
Motivasi siswa peserta
kelas.
4.
Penanganan siswa yang
berkemampuan luar biasa.
5.
Penanganan siswa
berperilaku menyimpang.
6.
Pengukuran kerja akademik
siswa.
7.
Pendayagunaan umpan balik
dan penindaklanjutan.
3.
METODE PSIKOLOGI
PENDIDIKAN
Muhibbin
Syah mengemukakan bahwa metode dapat dipahami sebagai cara atau jalan yang
ditempuh seseorang dalam melakukan sebuah kegiatan. Dalam psikologi pendidikan,
metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi
penting yang bersifat psikologis dan berkaitan dengan kegiatan pendidikan dan
pengajaran.
a.
Metode eksperimen
Metode
eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan oleh eksperimenter di dalam sebuah labratrium
atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan
datayang diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan
gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu, eksperiment dapat pula
digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang siswa terhadap stimulus
tertentu.
Metode
eksperiment yang digunakan dalam penelitian psikologi pendidikan dengan tujuan
untuk menguji keabsahan dan kecermatan simpulan-simpulan yang ditarik dari
hasil temuan penelitian dengan metode lain.
Dalam
penelitian eksperimental obyek yang akan diteliti dibagi ke dalam dua kelompok,
yaitu kelompok percobaan dan kelompok pembanding. Kelompok percobaan terdiri
atas sejumlah orang tingkah lakunya diteliti dengan perlakuan khusus dalam arti
sesuai dengan data yang akan dihimpun. Kelompok pembanding juga terdiri atas
obyek yang jumlah karakteristiknya sama dengan kelompok percobaan, tetapi
tingkahlakunya idak diteliti. Setelah eksperimen usai, data dari kelompok
percobaan, dibandingkan dengan kelompok pembanding, lalu dianalisis,
ditafsirka, dan disimpulkan dengan teknik statistik tertentu.
b.
Metode kuesioner
Metode
kuesioner disebut juga “mail servey” karena pelaksanaan
penyebaran dan pengambilannya sering dikirim ke dan dari responden melalui jasa
pos. Namun, sebelum kuesioner disebarkan atau dikirim kepada responden yang
sesungguhnya seorang peneliti psikologi pendidikan biasanya melakukan uji coba.
Caranya, sejumlah kuesioner dibagi-bagikan kepada sejumlah orag tertentu yang
memiliki karakteristik sama dengan calon responden yang sesungguhnya. Tujuannya
untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner itu cukup jelas dan
relevan untuk dijawab, dan untuk memperoleh masukan yang mungkin bermanfaat
bagi penyempurnaan kuesioner tersebut.
c.
Metode Studi Khusus
Studi kasus
ialah sebuah metode penelitian yang digunaka untuk meperoleh gambaran yang
rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa
tertentu. Metode ini selain dipakai oleh para penelliti psikologi pendidikan,
juga sering dipakai oleh para peneliti ilmu-ilmu sosial lainnyakarena lebih
memungkinkan peneliti melakukan investigasi dan penafsiran yang lebih luas dan
mendalam.
d.
Metode Penyelidikan Klinis
Metode
penyelidikan klinis pada umunya hanya diberlakukan untuk menyelidiki anak atau
siswa yang mengalami penyimpangan perilaku. Oleh karenanya, penggunaan sarana
dan cara yang dikaitkan dengan metode penyelidikan klinis selalu meperhatikan
batas-batas kesanggupan siswa. Sama halnya dengan metode eksperimen yang
dilakukan dalam laboratorium, metode klinis juga mementingkan intensitas dan
ketelitian yang sugguh-sungguh.
Sasaran yang
dicapai oleh penelitian dengan penggunaan metode klinis adalah untuk memastikan
sebab-sebab timbulnya ketidaknormalan perilaku seorang siswa atau sekelompok
kecil siswa. Kemudian berdasarkan kepastian faktor penyebab itu peneliti
berupaya memilih dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mengatasi
penyimpangan tersebut.
e.
Metode Observasi naturalistik
Metode
observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah.
Dalam hal ini peneliti berada diluar objek yang diteliti atau tidak menampakkan
diri sebagai seorang yang sedang melakukan penelitian.
D.
Hakikat dan Hubungan antara Pendidikan –
Pengajaran
Hakikat dan hubungan antara Pendidikan – pengajaran dibagi
menjadi 2, yaitu;
1.
Ragam Arti Pendidikan dan Pengajaran
Akar kata pendidikan adalah “didik”
atau “mendidik” yang secara hafiah artinya memelihara dan memberi latihan.
Sedangkan “Pendidikan”, seperti yang pernah penyusun singgung sebelum ini
adalah tahapan – tahapan kegitan mengubah sikap dan prilaku seseorang atau
sekelompok orang yang melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dalam bahasa arab “Pendidikan
disebut “tarbiyah” yang berarti proses persiapan dan pengasuhan manusia pada
fase – fase awal kehidupan yakni pada tahap perkembangan masa baiyi dan kanak –
kanak. Dan dalam bahas ainggris pendidikan disebut education, istilah education
memiliki dua arti, yakni arti dari sudut orang yang menyelenggarakan pendidikan
dan arti dari sudut orang yang di didik.
Adapun mengenai istilah “pengajaran”
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1991) berasal dari kata “ajar”, artinya petunjuk yang diberikan kepada orang
supaya diketahui (dituruti). Kata “mengajar” berarti memberi pelajaran. Contoh:
“Guru itu mengajar murid matematika.” Sedangkan kata “mengajarkan” berarti
memberikan pelajaran. Contoh: Siapa yang mengajarkan sejarah kepada murid-murid
kelas VI?” Berdasarkan arti-arti ini, Kamus
Besar Bahasa Indonesia itu mengartikan pengajaran sebagai “proses
perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan”.
Selanjutnya dalam bahasa Arab,
pengajaran disebut “taklim” (terkadang ditulis “ta’lim”) yang berasal dari kata
‘allama, dan padnannya “hazzaba”. Dalam Kamus Arab-Inggris susunan Elias &
Elias (1992), kata-kata tersebut berarti
: to educate, to train, to teach, to instruct, yakni mendidik, melatih,
dan mengajar.
Ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan pengajaran disebut fannual – taklim, yang dalam bahasa inggris
diterjemahkan dengan kata Pedagogy dan Pedagogics yang artinya ilmu mengajar.
Pedagogi dan pedagogic adalah dua kata yang sama artinya yakni pengetahuan,
seni, prinsip, dan perbuatan pengajar. Perbedaan arti pedagogi dan pedagogik
adalah kalau pedagogi sebagai pendidikan, dan pedagogik sebagai ilmu
pengetahuan.
Selanjutnya istilah pengajaran dalam
bahasa inggris disebut instruction atau teaching. Akar kata instruction adalah to instruct,
artinya to direct; to do something; to teach to do something; to furnish with
information, yakni memberi
pengarahan agar melakukan sesuatu, mengajar agar melakukan sesuatu dan memberi informasi.
2.
Hakikat Hubungan Pendidikan dengan Pengajaran
Hubungan pendidikan dan pengajaran
cukup erat kaitannya karena menurut undang – undang nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Bab 1 pasal
1, adalah usaha sadar yang dilakukan untuk menyiapkanpeserta didik melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan agar peserta didik tersebut
berperan dalamkehidupan masa depannya. Selain pengajaran dalam pendidikan juga
diperlukan adanya bimbingan sebagaimana tersebut dalam kutipan dari UUSPN di
muka. Bimbingan, seperti juga latihan adalah bagian penting yang ideal karena
akan berdampak kebaikannya penanggulangan kesulitan belajar dan pelaksanaan
remedial teaching yang secara psikologis di diktis merupakan salah satu
keharusan bagi guru.
Berdasarkan uraian diatas, dan juga
uraian mengenai ragam arti pendidikan dan pengajaran, jelas betapa eratnya
hakikat hubungan antara pendidiakan dan pengajaran. Selain itu, ada juga pula
beberapa macam peresepsi sumbang yang muncul dikalangna mahasiswa
mengenaihakikat hubungan pendidikan dengan pengajaran, antara lain yang paling
menonjol bahwa pendidikan itu:
a.
Jauh berbeda dangan pengajaran,
b.
Lebih penting dari pengajaran,
c.
Karena pengajaran hanya menanamkan pengetahuan kedalam aspek kognitif (ranah
cipta) dan sedikit memberikan
keterampilan psikomotor, sedangalan aspek efektif (ranah rasa) tak pernah
tersentuh.
Persepsi – persepsi ini yang ada
dalam pengalaman belajar mahasiswa, karena kesaksian mereka terhadap kenyataan
yang tampak dilapangan. Namun apapun alasannya, mengubah peresepsi yang kurang
selaras dangan perinsip – perinsip psikologi pendidikan itu ternyat tidak
gampang. Dan memberi latihan diperlukan adanya ajaran, tuntunan, dan pimpinan
mengenai akhlak dan berdasarkan pikiran. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia,
pendidikan adalah proses penubahan sikap dan tingka laku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui uapaya pengajaran dan pelatihan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Psikologis ialah disiplin ilmu ysng membahas perilaku manusia, baik sebagai
individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungan. Pendidikan adalah
proses menumbuhkembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui
pengajaran. Pendidikan merupakan konsep ideal, sedangkan pengajaran adalah
konsep operasional, dan keduanya berhubungan erat ibarat dua sisi koin ysng tak
mungkin terpisahkan.
Psikologi pendidikan ialah disiplin psikologi yang berhubungan dengan masalah-masalah
kependidikan. Psikologi pendidikan mencakup semua hal bersifat kependidikan
terutama hal belajar, mengajar, dan mengajar- belajar . yang menjadi objek
riset dan kajian berupa siswa dan guru
selaku peserta didik dan pendidik. Psikologi mula- mula muncul di Jerman berkat
kepeloporan Johann Friedrich Herbart (1766-1841), seorang filosof dan psikolog
yang namanya diabaikan sebagai aliran pemikiran pendidikan “Herbartianisme”.
Psikologi pendidikan berkembang berkat pengaruh aliran psikologi lain,
diantaranya yang menonjol ialah aliran humanisme, behaviorisme, dan psikologi
kognitif. Manfaat psikologi pendidikan ialah untuk membantu para guru dan calon
guru dalam memahami proses dan masalah kependidikan serta mengatasi masalah
tersebut dengan metode sainstifik psikologi. Prinsip, konsep, dan metode
psikologi pendidikan merupakan landasan berfikir dan bertindak bagi guru dalam
mengelola proses mengajar belajar yang selaras dengan keadaan dan kebutuhan
siswa. Guru seyogiyanya memahami proses perkembangan dalam hubungannya dengan
belajar, mengajar, dan proses mengajar-belajar, cara belajar siswa, cara
menghubungkan mengajar dengan belajar, cara mengambil keputusan untuk mengelola
PMB.
No comments:
Post a Comment