BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang

Upaya-upaya
guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variable pembelajaran merupakan
bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai
tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan. Model pembelajaran yang
terdapat metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain
model pembelajaran yang berguna untuk mencapai tujuan. Kenanekaragaman
model pembelajaran yang hendak disampaikan pada makalah ini merupakan upaya
bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak
disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan,psikomotorik peserta didik. Baik tidaknya
suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan
tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yanghendak
disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam
mengeloladan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis
dalam jenjang pendidikan .hal ini menunjukan bahwa berhasil atau tidak nya
pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang di alami
siswa, baik ketika ia berada di sekolah ,lingkungan rumah atau keluarga nya
sendiri.
Oleh karena nya, pemahaman yang benar
mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak
diperlukan oleh para pendidik karena kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi
mereka terhadap proses belajar, baik itu mengenai definisi belajar dan hal-hal
yang berkaitan mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil yang akan
dicapai. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini pemakalah akan sedikit
membahas tentang
jenis-jenis belajar, efisiensi, pendekatan dan metode belajar serta
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Apa sajakah jenis-jenis belajar
?
2.
Apa yang dimaksud dengan
efisiensi belajar serta pembagiannya ?
3.
Apa sajakah ragam pendekatan
belajar ?
4.
Apa yang dimaksud dengan metode
belajar SQ3R ?
5.
Apa sajakah faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Mendeskripsikan jenis-jenis
belajar
2.
Mengetahui pengertian dari
efisiensi belajar serta pembagiannya
3.
Mengetahui ragam pendekatan
belajar
4.
Mengetahui maksud pengertian
metode belajar SQ3R
5.
Mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar
D.
Manfaat
penulisan
Manfaat
dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi para pembaca
terutama bagi mahasiswa dalam pemahaman mata kuliah Belajar pembelajaran
terutama pada pokok pembahasan tentang jenis-jenis belajar, efisiensi,
pendekatan dan metode belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
JENIS
– JENIS BELAJAR
Dalam
proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang
berbeda antar satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun
dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman
jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan
kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
1. Belajar
Abstrak
Belajar abstrak ialah
belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk
memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam
mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang di samping
penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini
misalnya belajar matematika, astronomi, filsafat, dan materi bidang studi agama
seperti tauhid.
2. Belajar
Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar
dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan
urat-urat syaraf dan otot-otot/ neuromuscular. Tujuannya untuk memperoleh dan
menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini misalnya
belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik,
dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.
3. Belajar
Sosial
Belajar social pada dasarnya adalah
belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah
tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan
masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah
kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar social juga
bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan
member peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya
secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan
pelajaran social antara lain pelajaran agama dan PPKn.
4. Belajar
Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada
dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara
sistematis, logika, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memeroleh
kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional,
lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,
prinsip-prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam hal ini, hamper semua bidang
studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini,
guru (khususnya mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan
menggunakan model strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan
masalah (Lawson, 1991).
5. Belajar
Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan
menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal
sehat). Tujuannya ialah untuk memeroleh aneka ragam kecakapan menggunakan
prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya
dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan
memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah
dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis
(Reber, 1998).
Bidang-bidang studi yang dapat
dgunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk
belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan
khusus pada penggunaan bidang studi eksakta,, artinya bidang-bidang studi
noneksakta pun dapat member efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam
belajar rasional.
6. Belajar
Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses
pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang
telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan
pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa
memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat
dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu(kontekstual).
Selain itu, arti tepat dan positif diatas iaah selaras dengan norma dan tata
nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan
cultural. Belajar kebiasaan akan leih tepat dilaksanakan dalam konteks
pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksud oleh UUSPN 2003 Bab VI Pasal 27,
29 dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yakni TK dan RA (Raudhatul Athfal)
sebagaimana yang diisyaratkan dalam Bab VI Pasal 28 (1) Undang-undang tersebut.
Namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama
sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
7. Belajar
Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar
mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya,
agar siswa memeroleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective
skills)yang dalam hal ini kemapuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek
tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik, dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat
menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra,
kerajinan tangan (prakarya), kesenian dan menggambar. Selain bidang-bidang
studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat
pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
8. Belajar
Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah
belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan
tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar
tererncana utuk ,enguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan
investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar
siswa memeroleh atau menambah informasi dan pemahaman terahadap pengetahuan
tertentu biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya,
misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitan lapangan.
Contoh: kegiatn siswa dalam bidang
studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton I. dalam hal ini siswa
melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam atau
bergerak secara beraturan kecuali kalau ada gaya luar yang memengaruhinya.
Contoh lainnya. Kegiatan siswa dalam bidang studi biologi mengenai protoplasma,
yakni zat hidup yang ada pada tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini siswa melakukan
investigasi terhadap senyawa organik yang terdapat dalam protoplasma yang
meliputi: karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat.
B.
EFISIENSI,
PENDEKATAN, DAN METODE BELAJAR
Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau
kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang
turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang
siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada
teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang
dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa
cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai titik yang lebih rendah
dari pada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata.
Sebaliknya, seorang siswa yang
sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata- rata atau sedang, dapat mencapai
puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran
menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Konsekuensi positifnya
ialah harga diri (self esteem) siswa
tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang di
antaranya mungkin berkapasitas kognitif lebih tinggi.
1.
EFISIENSI
BELAJAR
Pada umumnya orang
melakukan usaha atau bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang banyak tanpa
mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain
efisien. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik
antara usaha dengan hasilnya (Gie, 1985). Dengan demikian, ada dua macam
efisiensi yang dapat dicapai siswa, yaitu: 1) efisiensi usaha belajar, 2)
efisiensi hasil belajar.
a.
Efisiensi
usaha belajar
Suatu
kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan
dapat dicapai dengan usaha yang hemat atau minim. Usaha dalam hal ini segala
sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti:
tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal yang relevan
dengan kegiatan belajar. Efisiensi dari sudut usaha ni dapat digambarkan dalam
model 6 berikut ini.
MODEL 6
Efisiensi dari Sudut
Usaha Belajar
Badu |
Prestasi Belajar |
Usaha belajar
Tuty |
Usaha belajar
Ibnu |
Usaha
belajar
b.
Efisiensi
Hasil Belajar
Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat
pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan
prestasi belajar tinggi. Untuk lebih jelasnya , perhatikan model 7 berikut ini.
MODEL
7
Efisiensi
dari Sudut Hasil Belajar
Badu |
Usaha belajar |
Tuty |
Prestasi sedang
Ibnu |
Prestasi
tinggi
Model
7 diatas memperlihatkan bahwa Ibnu adalah siswa yang efisien ditinjau dari
prestasi yang dicapai, kerena ia menunjukkan perbandingan yang terbaik dari
sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar Ibnu sama besarnya dengan
usaha Tuty dan Badu (lihat kotak usaha belajar), ia telah memperoleh prestasi
yang optimal atau lebih tinggi daripada prestasi Tuty dan Badu.
2.
RAGAM
PENDEKATAN BELAJAR
Banyak pendekatan yang dapat diajarkan kepada siswa
untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni,
dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Di antara
pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representative (mewakili) yang
klasik dan modern itu ialah : 1) pendekatan hokum Jost; 2) pendekatan Ballar
& Clanchy; dan 3) pendekatn Biggs.
a.
Pendekatan
Hukum Jost
Menurut
Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s law)
adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah
memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia
tekuni. Selanjutnya, berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat
5 x 3 adalah lebih dari 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut
sama.
Maksudnya,
mempelajari sebuah materi atau bidang studi, seperti bahasa inggris, dengan
alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lenih efektif daripada
mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya
selama 3 hari. Permpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti
contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama untuk
materi-materi yang bersifat hafalan atau pembiasan keterampilan tertentu
misalnya keterampilan berbahas Inggris.
b.
Pendekatan
Ballard dan Clanchy
Menurut Ballard & Chanchy
(1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap
ilmu pengetahuan. Ada 2 macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu:
1)sikap melestarikan ilmu yang sudah ada(conserving);
dan 2)sikap memperluas(extending)
Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan
pendekatan belajar “reproduktif”(bersikap menghasilkan kembali fakta dan informasi).
Sedangkan siswa yang bersikap extending
biasanya menggunakan pendekatan “analitis”(berdasarkan pemilihan dan
interpretasi fakta dan informasi). Bahkan diantara mereka yang bersikap extending cukup banyak menggunakan
pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif(berdasarkan
pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan
juga mengembangkannya.
Mengenai bagaimana tipe,strategi,
dan tujuan masing-masing pendekatan belajar tersebut, dapat anda lihat pada
tabel 4.
Tabel 1
Perbandingan Pendekatan Belajar
Ballard & Clanchy
Reproduktif
|
Analis
|
Spekulatif
|
Stateginya:
§ Menghafal
§ Meniru
§ Menjelaskan
§ Meringkas
|
Stateginya:
§ Berfikir kritis
§ Mempertanyakan
§ Menimbang
§ Berargumen
|
Strateginya:
§ sengaja mencari kemungkinan dan
penjelasan baru
§ Berspekulasi dan membuat hipotesis
|
Pertanyaan:
§ Apa?
|
Pertanyaannya:
§ Mengapa?
§ Bagaimana?
§ Apa betul?
§ Apa penting?
|
Pertanyaannya:
§ Bagaimana kalau…?
|
Tujuannya:
§ Pembenaran/penyebutan kembali
|
Tujuannya:
§ Pembentukan kembali meteri ke
dalam pola baru/berbeda
|
Tujuannya:
§ Menciptakan pengetahuan baru
|
c.
Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs
(1991) pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga
prototype(bentuk dasar).
1) Pendekatan surface(permukaan/bersifat lahiriah)
2) Pendekatan deep(mendalam)
3) Pendekatan achieving(pencapaian prestasi tinggi)
John
Biggs menyimpulkan bahwa prototype-prototipe pendekatan belajar tadi pada
umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikap terhadap
pengetahuan. Namun, agaknya patut diduga antara motifsiswa dengan sikapnya
terhadap pengetahuan ada keterkaitan.
Tabel 2
Perbandingan Pendekatan Belajar Biggs
Pendekatan Belajar
|
Motif dan Ciri
|
Strategi
|
Surface approach(pendekatan permukaan)
|
Ekstrinsik dengan ciri menghindari kegagalan
tapi tidak belajar jelas
|
Memusatkan pada rincian-rincian materi dan mereproduksi
secara persis
|
Deep approach(pendekatan mendalam)
|
Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan
keingintahuan terhadap isi materi
|
Memaksimalkan pemahaman dengan berfikir, banyak membaca
dan diskusi
|
Achieving approach(pendekatan mencapai prestasi
tinggi)
|
Ego-enhancement
dengan ciri bersaing untuk meraih nilai prestasi tertinggi
|
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha(study skills)
|
d.
METODE BELAJAR SQ3R
Rasional,Pengertian,Tujuan dan Manfaat
SQ3R
Rasional
Pengajaran
dengan metode suatu tertentu, akan memberikan hasil yang lebih
baik, apabila dibandingkan dengan pengajaran tanpa metode.metode
membaca yang termasuk paling awal pengembangannya dan metode yang paling
popular ialah metode SQ3R yang dikembangkan oleh robinson. Metode ini dirancang
menurut jenjang yang memberi kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara
sistematis dalam menghadapi berbagai bahan yang berupa buku teks atau tugas
dengan bantuan teknik-teknik atau strategi-strategi membaca yang dianggap lebih
efisien.
Pengertian
SQ3R
adalah suatu metode studi yang mencakup lima tahap membaca,yakni:(survey, question,read,recite dan review) atau dapat kita artikan sebagai
tahap-tahap mensurvei,meneliti,mengajukan pertanyaan,membaca, menceritakan kembali,dan meninjau
ulang.
Tujuan
Metode SQ3R bertujuan untuk:
1) Membekali siswa/mahasiswa dengan suatu pendekatan yang sistematis
terhadap jenis-jenis kenyataan membaca, dan
2) Meningkatkan
proses belajar mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk berbagai materi
bacaan.
Tujuan pertama, mencerminkan bekal
bagi keperluan peningkatan cara belajar yang efektif dan efisien untuk
kepentingan siswa/mahasiswa yang bersangkutan. Dengan metode SQ3R diharapkan
siswa/mahasiswa memperoleh keberhasilan dalam studi dan dalam kehidupan.
Tujuan
kedua, metode SQ3R selain diarahkan kepada kepentingan
pembaca sebagai pribadi, juga diarahkan kepada suatu metode pengajaran pembaca
untuk kepentingan orang lain.
Manfaat
Metode
SQ3R ini memberi kemungkinan kepada pembacanya untuk menentukan apakah
materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca
untuk bersifat fleksibel. Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian
bacaan tidaklah sama. Pembaca akan memperlambat tempo kecepatan membaca untuk
hal-hal yang baru baginya, atau bagian-bagian tertentu yang sangat
dibutuhkannya. Sebaliknya, dia akan menaikkan tempo kecepatan bacanya,jika
bagian-bagian bacaan itu kurang relevan dengan kebutuhannya atau hal-hal yang
sudah dikenalinya.
Manfaat
lain, pembaca dibekali dengan suatu metode belajar yang sistematis. Dengan
metode ini, pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien akan terjamin,
apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.
Deskripsi, Metode dan Prosedur SQ3R
Deskripsi SQ3R
Bagaimana
cara kita membaca buku? Bukankah biasanya
kita atau mereka selalu membaca buku dari awal halaman hingga akhir. Secara
urut dan runtut.
Wah, kalau untuk membaca novel atau buku cerita hal ini sah-sah saja, bahkan memang seharusnya begitu bukan? Ada sebuah teknik yang bisa digunakan untuk memenuhi tujuan pemahaman yaitu dengan metode SQ3R.
Wah, kalau untuk membaca novel atau buku cerita hal ini sah-sah saja, bahkan memang seharusnya begitu bukan? Ada sebuah teknik yang bisa digunakan untuk memenuhi tujuan pemahaman yaitu dengan metode SQ3R.
SQ3R
pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson
dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. “Survey” di dalam metode SQ3R
berarti mencari judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari
sebuah buku atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun
huruf bercetak miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan
gambaran umum akan apa yang akan kita baca. Kita punya outline bacaan atau teks
tersebut.
“Question”
berarti kita memunculkan berbagai pertanyaan di kepala kita setelah kita
melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya kita terfokus pada
apa yang akan kita baca. Kita bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada
materi bacaan atau teks.
“Read”
berarti waktunya kita membaca dari awal hingga akhir. Dalam
tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang kita munculkan semestinya terjawab setelah
kita melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini kita berusaha menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question) sembari
terus membaca.
Langkah
berikutnya adalah resitasi. Fungsinya untuk mengetahui pemahaman kita akan apa yang kita
baca. Dengan kata lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda.
Mengkomunikasikan di sini bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain,
tetapi mengkomunikasikan dengan diri kita sendiri.
“Review”
berarti mengingat kembali apa yang telah kita baca. Disini kita memutuskan
apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di ingat. Apakah
pertanyaan yang kita kemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada yang tidak
kita pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan penulis. Fungsi
“Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman kita ke level yang lebih
tinggi.
Metode SQ3R
Metode
SQ3R yakni suatu metode studi yang meliputi lima tahap kegiatan membaca yang
terdiri dari: (1) survey (meneliti), (2) question (mengajukan pertanyaan), (3)
read (membaca), (4) recite (menceritakan kembali),dan (5) review (mengulang kembali). S = Survey, artinya meninjau, meneliti, yakni
membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti: halaman judul, kata pengantar,
daftar isi, judul dan sub-sub judul, dan lain-lain. Bagian-bagian tersebut
dibaca dengan teknik baca layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat untuk
mengetahui gambaran isi buku atau bagian buku secara umum. Dengan demikian,
dalam waktu yang relative singkat, pembaca akan segera dapat mengetahui apakah
buku itu sesuai dengan tujuannya.
Q
= Question (Pertanyaan). Sebelum memulai kegiatan membaca, hendaknya pembaca
membuat rumusan-rumusan pertanyaan sebagai informasi focus. Rumusan-rumusan
pertanyaan hendaknya merentang dari pertanyaan ingatan, pemahaman, aplikasi,
analisis, sintesi, sampai ada evaluasi. Agar memudahkan Anda catatlah setiap
butir pertanyaan tersebut supaya tidak lupa.
R
1 = Reading (membaca). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diruskan pada
tahap 2, selanjutnya mulailah dengan kegiatan membaca. Anda tidak
perlu membaca dengan
kecepatan yang sama. Anda dapat menilai, apakah bagian bacaan itu perlu
dibaca seluruhnya atau tidak, sambil membaca. Kadang-kadang untuk seksi
tertentu, Anda cukup membaca kalimat-kalimat topiknya saja, biasanya terdapat
paa awal atau akhir paragraf. Untuk bagian-bagian tertentu yang Anda anggap
relevan dengan tujuan Anda dan baca bagian-bagian yang baru dikenali, bacalah
seluruhnya dengan pengaturan kecepatan baca yang tidak terlalu tinggi. Di
samping itu, daya pikir dan daya nalar Anda harus dilibatkan di dalamnya.
R 2 = Recite (menceritakan kembali).
Setelah Anda merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang Anda rumuskan sebelum
membaca telah terpenuhi, cobalah berhenti sejenak. Renungkan kembali setap
pertanyaan dan setiap jawaban yang telah Anda peroleh, tulislah kembalidalam
buku catatan Anda. Beberapa hal yang
perlu Anda perhatikan dalam membuat catatan pribadi itu ialah:
a) Buatlah dengan
kata-kata sendiri,
b) Catatan
singkat,padat dan jelas, serta mencakup hal-hal yang penting,
c) Lakukanlah
kegiatan ini secara mandiri tidak berbarengan (misalnya mencatat sambil
membaca)
R 3 = Review (meninjau kembali). Pada akhir setiap bab yang dibaca, bab
sebelumnya perlu ditinjau kembali dan dihubungkan dengan rumusan isi bab yang
baru diselesaikan. Lakukan kegiatan seperti ini, sampai seluruh bagian buku
dapat diselesaikan. Yang Anda lakukan pada kegiatan seperti ini bukan kegiatan
membaca ulang. Anda cukup melihat judul-judul dan subjudulnya, gambar-gambar,
diagram-diagram, grafik-grafik, dan meninjau kembali pertanyaan-pertanyaan.
Prosedur SQ3R
Jika
Anda membaca suatu buku,tentu anda mempunyai tujuan tertentu sebelum anda
melakukannya. Tujuan
itu bermacam-macam tergantung pada keperluannya masing-masing. Kegiatan membaca itu kadang-kadang
hanya mencari hiburan,sebagai pengisi waktu senggang saja,atau mungkin hanya
seekedar untuk mencari informasi tertentu,dan mungkin pula untuk keperluan
study. Pada makalah ini akan dibicarakan
khusus hal-hal yang ada kaitannya dengan kegiatan membaca untuk keperluan studi.tujuan membaca disini bukan hanya
sekedar menemukan informasi tertentu,melainkan lebih jauh sampai pada pemahaman
isi secara keseluruhan secara konferehensif (mendalam dan padat). Spache mengemukakan enam keterampilan
dasar yang penting dalam keberhasilan membaca suatu buku:
1. Kemampuan mensurvei bahan,untuk
menentukan:
a. hal-hal yang bersifat umum
b. ide pokok
c. pendekatan membaca yang tepat
d. tujuan membaca
2. Kemampuan untuk menghubung-hubungkan
pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan mensurvei untuk ,memilih teknik
membaca yang tepat.
3. Fleksibilitas kecepatan rata-rata
membaca yang bervariasi sesuai dengan teknik membaca skimming, scanning membaca
cepat, dan tipe-tipe membaca untuk keperluan studi.
4. Kemampuan memahami grafik dan
gambar-gambar ilustrasi secara efektif
5. Keterampilan menggunakan
perpustakaan dan referensi dasar yang khas dilapangan
6. Keterampilan rata-rata kemampuan
secara umum seperti dalam hal pemahaman kosakata.
Pendekatan SQ3R dan Penerapan metode SQ3R
Pendekatan SQ3R
Untuk
kemudahan,saya akan menggunakan pendekatan SQ3R sebagai berikut:
a.
Survey
Yakni proses
persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi buku mulai dari judul
utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang menjelaskan secara ringkas
topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi. Proses
selanjutnya dari tahapan Survey adalah dengan membuka secara cepat halaman demi
halaman dan memperhatikan bagian judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus
yang bercetak tebal atau miring, tabel, gambar sambil mencoba mendapatkan ide
besar dari buku tersebut.
Survey yang
sukses akan menghasilkan gambaran umum tentang isi buku sekaligus menciptakan
minat yang kuat untuk memahaminya. Ini merupakan modal penting untuk membantu
proses membaca cepat isi buku secara keseluruhan disamping memastikan tingkat
pemahaman yang tinggi akan isi buku.
b.
Question
Tahap ini
dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika Anda mempelajari
daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat.
Sambil Anda membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal
atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama Anda melakukan proses
bertanya kepada diri sendiri.
c.
Read
Setelah dua
tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan
dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan
isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca
tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami
strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai.
Proses
pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau
dengan cara menyelesaikan dulu secara total.
d.
Recite
Proses
resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat Anda lakukan segera
setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas
apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok
pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa Anda sendiri.
Jika hal
tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa Anda memahami isi buku tersebut.
Proses resitasi ini sangat bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks
perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa
yang Anda baca melainkan berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang
telah dibaca.
e.
Review
Ketika kita
menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka
pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa
yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori
jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun Anda perlu mengingat kembali materi
bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka
panjang. Proses
review awal dilakukan segera setelah mengakhiri bahan bacaan. Hal ini dilakukan
mirip dengan proses “Survey” di mana Anda membolak-balik halaman secara cepat
sambil melakukan review singkat untuk memastikan apa-apa yang dibaca telah
terpahami.
Proses
review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan bermanfaat sekali
dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan akan bahan bacaan. Jika Anda mengabaikan proses review ini, mungkin Anda
masih dapat mengingat dengan baik isi bahan bacaan. Akan tetapi, dalam 24 jam
pemahaman tersebut akan turun cukup banyak dan terjadi penurunan drastis
setelah seminggu.
Metode
SQ3R bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai
pendekatan belajar.
Penerapan metode SQ3R
Dalam pembelajaran membaca melibatkan siswa untuk aktif dengan
bimbingan
guru, agar konsep yang ada pada
pokok bahasan tersebut dapat dipahami,
sehingga dapat meningkatkan
keterampilan membaca
siswa. Dengan peningkatan keterampilan membaca menggunakan metode pembelajaran SQ3R, diharapkan
siswa mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir
kritis, dan berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga
ditingkatkan. Metode SQ3R ini diharapkan siswa dapat
memahami dan mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih
lama/bersifat permanen. Penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih
menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu
bacaan.
Kemampuan membaca pemahaman
Menurut Sadler menyatakan, membaca
tidak hanya sekedar memasangkan bunyi dengan huruf atau belajar kata-kata,
membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang dibaca, apa maknanya, apa yang diimplikasikan.
Membaca pemahaman berkaitan erat
dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud
membaca pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide
pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat
dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.
Berdasarkan
pengertian tersebut, ada tiga hal atau tiga elemen dalam membaca pemahaman ,
yaitu:
1. Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang
topik.
2. Menghubungkan pengetahuan dan
pengalaman dengan teks yang akan dibaca.
3. Proses pemerolehan makna secara
aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan
dengan:
a. Mengorganisasikan
bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
b. Mengaitkan fakta yang satu dengan fakta yang lain.
Pendekatan membaca pemahaman dengan SQ3R
Membaca
adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung
pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya (Sri Utari
Subyakto Nababan, 1993: 164).
Di
sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar kegiatan yang
menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan apakah kalimat
atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak.
Sejalan
dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca adalah arti
sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama atas
beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan.
Dapat
disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide atau gagasan
yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan kerjasama
beberapa komponen keterampilan berbahasa. Membaca cepat adalah keterampilan
membaca sekilas dengan mengkondisikan otak bekerja lebih cepat sehingga
konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis. Dalam hal ini kita dituntut
untuk memusatkan konsentrasi kita dalam proses membaca guna mengefisiensikan
waktu yang kita miliki dan juga energi yang kita keluarkan juga akan relatif
lebih banyak. Sedangkan pernyataan yang kedua menyebutkan bahwa membaca cepat
adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan
kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Membaca cepat merupakan perpaduan
antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.
Kecepatan
membaca seseorang harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan yang
telah dibaca. Dan pernyataan terakhir menyinggung keterampilan membaca yang
menyebutkan bahwa kemampuan membaca merupakan keterampilan memilih isi bacaan
yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca
tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak
diperlukan.
Sehingga
dapat disimpulkan bahwa dalam membaca diperlukan konsentrasi yang lebih ketika
membaca dam juga diperlukan perpaduan kemampuan motorik dengan kemampuan
kognitif serta diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh informasi
yang ada dalam bacaan baik yang tersirat maupun tersurat.
Hal-hal
tersebut di atas merupakan sejumlah pengertian yang pada akhirnya merujuk
kepada pengertian membaca cepat. Kemampuan membaca cepat seseorang pada
dasarnya memiliki hubungan terhadap kemampuan mengkritisi sebuah tulisan.
Namun, perlu kita ketahui bahwa kemampuan mengkritisi sebuah tulisan tidak
lepas dari latar belakang pendidikan maupun pengalaman seseorang dan ini
berarti hal terkait membaca cepat atau kritis berkaitan dengan pendidikan,
khususnya pendidikan bahasa. Dalam pengajarannya, selain memerlukan tulisan
sebagai media dan bahan ajar tentunya juga memerlukan teknik atau metode yang
tepat dalam pelaksanaannya.
Proses Membaca Pemahaman dengan SQ3R
a.
Survey
Survey atau prabaca adalah teknik
untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk
mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk,
1) Mempercepat menangkap arti,
2) Mendapatkan abstrak,
3) Mengetahui ide-ide yang penting,
4) Melihat susunan (organisasi) bahan
bacaan tersebut,
5) Mendapatkan minat perhatian yang
seksama terhadap bacaan,
6) Memudahkan mengingat lebih banyak
dan memahami lebih mudah.
b.
Question
1) Ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya
tentang isi bacaan itu.
2) Dengan adanya berbagai pertanyaan
itu, cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan
yang ada
c.
Read
1)
Membaca adalah langkah ketiga, bukan langkah pertama atau
satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan.
2)
Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide
pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok.
d. Recite
1) Setiap selesai membaca suatu bagian,
berhentilah sejenak.
2) Cobalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan bagian itu dan menyebutkan hal-hal penting dari bab itu.
3) Buatlah catatan seperlunya.
4) Jika masih kesulitan, ulangi membaca
bab itu sekali lagi
e.
Review
1)
Setelah selesai membaca, telusuri kembali judul, subjudul,
dan bagian-bagian penting lainnya.
2)
Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas
pemahaman juga mendapatkan hal-hal penting dari bacaan tersebut.
C.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMENGARUHI BELAJAR
Secara
umum, faktor-faktor yang memengaruhi belajar ada tiga yaitu :
1. Faktor
internal (dari dalam siswa), yakni
keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa;
2. Faktor
eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3. Faktor
pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis atau upaya belajar siswa
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering
saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, ada
seorang siswa yang conserving terhadap
ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal), biasanya mengambil pendekatan belajar yang
sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, ada seorrang siswa yang
berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapaat dorongan positif dari
orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang
lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena faktor-faktor
tersebutlah muncul siswa-siswa yang high-achievers
(berprestasi tinggi) dan underachievers
(berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Oleh karena itu seorang guru yang
kompeten dan profesionaldiharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
munculnya kelompok yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui
dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
1.
FAKTOR
INTERNAL SISWA
Faktor
yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni : 1) aspek
fisiologis (yang bersifat jasmani) dan ; 2) aspek psikologiss (yang bersifat
rohaniah).
a. Aspek Fisiologis
Kondisi
umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ
tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran.
Kondisi organ tubuh yang lemah akan dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga
materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk dapat
mepertahankan kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan
mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga
dianjurkan memilih pola istirahat dan
olahraga ringan sedpat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan atau
berkelanjutan. Hal ini sangat penting sekali karena perubahan pola makan-minum
dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus (tegangan otot) yang negatif dan
merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi
organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera juga sangat
mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan,
khususnya yang disajikan dikelas. Daya indera yang rendah (kita contohkan
dengan indera pendengaran dan indera penglihatan) akan menyulitkan siswa untuk menangkap
informasi yang disampaikan. Sehingga proses informasi yang dilakukan oleh
sistem memori siswa terssebut akan terhambat. Oleh karena itu seorang guru yang
profesional setidaknya dapat mengatasi atau meminimalisir hal-hal tersebut
secara bijaksana sehingga dapat mempertahankan rasa percaya diri siswa-siswa
yang mengalami kekurangan tersebut. Karena kemerosotan rasa percaya diri
seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat
siswa tersebut akan menjadi underachiever atau mungkin gagal, meskipun
kapasitas kognitif mereka normal atau leebih tinggi daripada teman-temannya.
b.
Aspek Psikologis
Banyak
faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan
kualitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa
yang pada umumnya dilihat lebih esensial itu ialah : 1) tingkat kecerdasan/intilegensi
siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.
1. Intilegensi
Siswa
Intilegensi
pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereeaksi
rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat
(Reber, 1988). Jadi, intilegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga
kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa
peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada
peran organ-organ tubuh lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol”
hampir seluruh aktivitas manusia.
Sikap Siswa
Sikap
adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang
positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru
tersebut merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut.
Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang diajarkan
guru tersebut, apalagi diiringi kebencian pada guru tersebut dapat menimbulkan
kesulitan belajar siswa tersebut, dan dapat membuat prestasi yang dicapai siswa
akan kurang memuaskan.
a.
Bakat Siswa
Secara
umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan
demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi
untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai kapasitas
masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah
sebabnya anak yang berinteeligensi sangat cerdas atau luar biasa cerdas juga
disebut sebagai anak yang berbakat.
Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu
untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan
dan pelatihan.
Sehubungan
dengan hal itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar
bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana
apabila orangtua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada
jurusan atau keahlian tertentu tanpa lebih dulu mengetahui bakat yang dimiliki
anaknya. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran
siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu
yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja
akademik atau prestasi belajarnya.
b.
Minat Siswa
Sederhananya,
minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang
besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah
populer dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan
kebutuhan.
Namun
terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan
dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar
siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Contoh, seorang siswa yang menaruh
minat besar terhadap kimia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada
siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah
yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai
prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seharusnya berusaha
membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam
bidang studinya.
c. Motivasi
Siswa
Pengertian
dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia ataupun hewan-yang
mendorongnya utuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti
pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. (Gleitman, 1986; Reber,
1988).
Dalam
perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik
adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang
dapat mendorongnya melakuka tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah
hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya
untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib
sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh
konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa utuk belajar.
Kekurangan
motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan
menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam proses belajar materi-materi pelajaran baik disekolah maupun dirumah.
Dalam
perspektif kognitif, motivasi yang lebih
signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng
serta tidak bergantung pada dorongan
atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki
pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh
lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau
dorongan keharusan dari orangtua dan guru.
2.
Faktor faktor
eksogen/eksternal
Selain
karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga
dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan
bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan
nonsosial.
a.
Lingkungan social
Faktor
sosial merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar karena menyangkut
hubungan antar manusia yang terjadi dalm situasi sosial, misal : keluarga,
sekolah, teman.
Lingkungan
sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran
dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak
siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam
alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan
sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan
keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa.
Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang
harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Lingkungan
sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat
memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara
ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di
sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami
bakat yang dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan
mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan
yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b. Lingkungan
nonsosial.
Faktor
non Sosial merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar yang disebabkan
dari faktor faktor non sosial, misal : keadaan rumah, ruang belajar dll.Faktor
eksternal dalam lingkungan keluarga juga merupakan Faktor Yang Mempengaruhi
Proses Belajar baik secara langsung maupun
tidak langsung, selain itu juga di sebabkan karena faktor peranan guru.
Faktor faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
Lingkungan
alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar
yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang
sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang
dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan
alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Faktor
instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam.
Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti
kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain
sebagainya.
Faktor
materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat
memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru
harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat
diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
BAB III
KESIMPULAN
1. Belajar
terbagi menjadi 8 macam antara lain; belajar abstrak, belajar keterampilan,
belajar social, belajar pemecahan masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan,
belajar apresiasi, dan belajar pengetahuan.
2. Efisiensi
adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan
hasilnya. Efisiensi terbagi dua antara lain; efisiensi usaha belajar, dan
efisiensi hasil belajar.
3. Ragam
pendekatan belajar terbagi menjadi tiga antara lain; pendekatan Hukum Jost,
pendekatan Ballard & Clanchy, dan pendekatan Biggs.
4. Metode SQ3R adalah suatu metode
studi yang mencakup lima tahap membaca,yakni:(survey, question,read,recite dan review) atau dapat di artikan sebagai
tahap-tahap mensurvei,meneliti,mengajukan pertanyaan,membaca, menceritakan kembali,dan meninjau ulang.
5. Faktor
- faktor yang mempengaruhi belajar antara lain; faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan belajar.
No comments:
Post a Comment