Makalah Tentang Belajar - Articel Iftah Al-Muttaqin

Thursday, September 15, 2016

Makalah Tentang Belajar

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisipasi kepentingan masa depan dan tuntutan masyarakat modern. Salah satu cirri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik (improvement oriented).
Upaya-upaya guru dalam mengatur dan memberdayakan berbagai variable pembelajaran merupakan bagian penting dalam keberhasilan siswa mencapai tujuan yang direncanakan. Karena itu pemilihan. Model pembelajaran yang terdapat metode, strategi dan pendekatan dalam mendesain model pembelajaran yang berguna untuk mencapai tujuan. Kenanekaragaman model pembelajaran yang hendak disampaikan pada makalah ini merupakan upaya bagaimana menyediakan berbagai alternatif dalam strategi pembelajaran yang hendak disampaikan agar selaras dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif dan,psikomotorik peserta didik. Baik tidaknya suatu model pembelajaran atau pemilihan suatu model pembelajaran akan tergantung pada tujuan pembelajaran, kesesuaian dengan materi yanghendak disampaikan, perkembangan peserta didik, dan juga kemampuan guru dalam mengeloladan memberdayakan semua sumber belajar yang ada.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dalam jenjang pendidikan .hal ini menunjukan bahwa berhasil atau tidak nya pencapaian tujuan pendidikan amat bergantung pada proses belajar yang di alami siswa, baik ketika ia berada di sekolah ,lingkungan rumah atau keluarga nya sendiri.
Oleh karena nya, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik karena kekeliruan atau ketidak lengkapan persepsi mereka terhadap proses belajar, baik itu mengenai definisi belajar dan hal-hal yang berkaitan mungkin akan mengakibatkan kurang bermutunya hasil yang akan dicapai. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini pemakalah akan sedikit membahas tentang jenis-jenis belajar, efisiensi, pendekatan dan metode belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.      Apa sajakah jenis-jenis belajar ?
2.      Apa yang dimaksud dengan efisiensi belajar serta pembagiannya ?
3.      Apa sajakah ragam pendekatan belajar ?
4.      Apa yang dimaksud dengan metode belajar SQ3R ?
5.      Apa sajakah faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
C.    Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mendeskripsikan jenis-jenis belajar
2.      Mengetahui pengertian dari efisiensi belajar serta pembagiannya
3.      Mengetahui ragam pendekatan belajar
4.      Mengetahui maksud pengertian metode belajar SQ3R
5.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
D.    Manfaat penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai sumber informasi bagi para pembaca terutama bagi mahasiswa dalam pemahaman mata kuliah Belajar pembelajaran terutama pada pokok pembahasan tentang jenis-jenis belajar, efisiensi, pendekatan dan metode belajar serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.






BAB II
PEMBAHASAN
A.    JENIS – JENIS BELAJAR
Dalam proses belajar dikenal adanya bermacam-macam kegiatan yang memiliki corak yang berbeda antar satu dengan lainnya, baik dalam aspek materi dan metodenya maupun dalam aspek tujuan dan perubahan tingkah laku yang diharapkan. Keanekaragaman jenis belajar ini muncul dalam dunia pendidikan sejalan dengan kebutuhan kehidupan manusia yang juga bermacam-macam.
1.      Belajar Abstrak
Belajar abstrak ialah belajar yang menggunakan cara-cara berpikir abstrak. Tujuannya adalah untuk memperoleh pemahaman dan pemecahan masalah-masalah yang tidak nyata. Dalam mempelajari hal-hal yang abstrak diperlukan peranan akal yang di samping penguasaan atas prinsip, konsep, dan generalisasi. Termasuk dalam jenis ini misalnya belajar matematika, astronomi, filsafat, dan materi bidang studi agama seperti tauhid.
2.      Belajar Keterampilan
Belajar keterampilan adalah belajar dengan menggunakan gerakan-gerakan motorik yakni yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot/ neuromuscular. Tujuannya untuk memperoleh dan menguasai keterampilan jasmaniah tertentu. Dalam belajar jenis ini misalnya belajar olahraga, musik, menari, melukis, memperbaiki benda-benda elektronik, dan juga sebagian materi pelajaran agama, seperti ibadah salat dan haji.
3.      Belajar Sosial
Belajar social pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Tujuannya untuk menguasai pemahaman dan kecakapan dalam memecahkan masalah-masalah social seperti masalah keluarga, masalah persahabatan, masalah kelompok, dan masalah-masalah lain yang bersifat kemasyarakatan.
Selain itu, belajar social juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan member peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional. Bidang-bidang studi yang termasuk bahan pelajaran social antara lain pelajaran agama dan PPKn.
4.      Belajar Pemecahan Masalah
Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logika, teratur, dan teliti. Tujuannya ialah untuk memeroleh kemampuan dan kecakapan kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas, dan tuntas. Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep, prinsip-prinsip dan generalisasi serta insight (tilikan akal) amat diperlukan.
Dalam hal ini, hamper semua bidang studi dapat dijadikan sarana belajar pemecahan masalah. Untuk keperluan ini, guru (khususnya mengajar eksakta, seperti matematika dan IPA) sangat dianjurkan menggunakan model strategi mengajar yang berorientasi pada cara pemecahan masalah (Lawson, 1991).
5.      Belajar Rasional
Belajar rasional ialah belajar dengan menggunakan kemampuan berpikir secara logis dan rasional (sesuai dengan akal sehat). Tujuannya ialah untuk memeroleh aneka ragam kecakapan menggunakan prinsip-prinsip dan konsep-konsep. Jenis belajar ini sangat erat kaitannya dengan belajar pemecahan masalah. Dengan belajar rasional, siswa diharapkan memiliki kemampuan rasional problem solving, yaitu kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan pertimbangan dan strategi akal sehat, logis, dan sistematis (Reber, 1998).
Bidang-bidang studi yang dapat dgunakan sebagai sarana belajar rasional sama dengan bidang-bidang studi untuk belajar pemecahan masalah. Perbedaannya, belajar rasional tidak memberi tekanan khusus pada penggunaan bidang studi eksakta,, artinya bidang-bidang studi noneksakta pun dapat member efek yang sama dengan bidang studi eksakta dalam belajar rasional.
6.      Belajar Kebiasaan
Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah, suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukuman dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memeroleh sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang dan waktu(kontekstual). Selain itu, arti tepat dan positif diatas iaah selaras dengan norma dan tata nilai moral yang berlaku, baik yang bersifat religious maupun tradisional dan cultural. Belajar kebiasaan akan leih tepat dilaksanakan dalam konteks pendidikan keluarga sebagaimana yang dimaksud oleh UUSPN 2003 Bab VI Pasal 27, 29 dan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yakni TK dan RA (Raudhatul Athfal) sebagaimana yang diisyaratkan dalam Bab VI Pasal 28 (1) Undang-undang tersebut. Namun demikian, tentu tidak tertutup kemungkinan penggunaan pelajaran agama sebagai sarana belajar kebiasaan bagi para siswa.
7.      Belajar Apresiasi
Belajar apresiasi adalah belajar mempertimbangkan (judgment) arti penting atau nilai suatu objek. Tujuannya, agar siswa memeroleh dan mengembangkan kecakapan ranah rasa (affective skills)yang dalam hal ini kemapuan menghargai secara tepat terhadap nilai objek tertentu misalnya apresiasi sastra, apresiasi musik,  dan sebagainya.
Bidang-bidang studi yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar apresiasi antara lain bahasa dan sastra, kerajinan tangan (prakarya), kesenian dan menggambar. Selain bidang-bidang studi ini, bidang studi agama juga memungkinkan untuk digunakan sebagai alat pengembangan apresiasi siswa, misalnya dalam hal seni baca tulis Al-Qur’an.
8.      Belajar Pengetahuan
Belajar pengetahuan (studi) ialah belajar dengan cara melakukan penyelidikan mendalam terhadap objek pengetahuan tertentu. Studi ini juga dapat diartikan sebagai sebuah program belajar tererncana utuk ,enguasai materi pelajaran dengan melibatkan kegiatan investigasi dan eksperimen (Reber, 1988). Tujuan belajar pengetahuan ialah agar siswa memeroleh atau menambah informasi dan pemahaman terahadap pengetahuan tertentu biasanya lebih rumit dan memerlukan kiat khusus dalam mempelajarinya, misalnya dengan menggunakan alat-alat laboratorium dan penelitan lapangan.
Contoh: kegiatn siswa dalam bidang studi fisika mengenai “gerak” menurut hukum Newton I. dalam hal ini siswa melakukan eksperimen untuk membuktikan bahwa setiap benda tetap diam atau bergerak secara beraturan kecuali kalau ada gaya luar yang memengaruhinya. Contoh lainnya. Kegiatan siswa dalam bidang studi biologi mengenai protoplasma, yakni zat hidup yang ada pada tumbuhan dan hewan. Dalam hal ini siswa melakukan investigasi terhadap senyawa organik yang terdapat dalam protoplasma yang meliputi: karbohidrat, lemak, protein, dan asam nukleat.
B.     EFISIENSI, PENDEKATAN, DAN METODE BELAJAR
            Pendekatan belajar (approach to learning) dan strategi atau kiat melaksanakan pendekatan serta metode belajar termasuk faktor-faktor yang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Sering terjadi seorang siswa yang memiliki kemampuan ranah cipta (kognitif) yang lebih tinggi daripada teman-temannya, ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan yang dicapai teman-temannya. Bahkan, bukan hal yang mustahil jika suatu saat siswa cerdas tersebut mengalami kemerosotan prestasi sampai titik yang lebih rendah dari pada prestasi temannya yang berkapasitas rata-rata.
            Sebaliknya, seorang siswa yang sebenarnya hanya memiliki kemampuan ranah cipta rata- rata atau sedang, dapat mencapai puncak prestasi (sampai batas optimal kemampuannya) yang memuaskan, lantaran menggunakan pendekatan belajar yang efisien dan efektif. Konsekuensi positifnya ialah harga diri (self esteem) siswa tersebut melonjak hingga setara dengan teman-temannya, yang beberapa orang di antaranya mungkin berkapasitas kognitif lebih tinggi.
1.      EFISIENSI BELAJAR
Pada umumnya orang melakukan usaha atau bekerja dengan harapan memperoleh hasil yang banyak tanpa mengeluarkan biaya, tenaga, dan waktu yang banyak pula, atau dengan kata lain efisien. Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya (Gie, 1985). Dengan demikian, ada dua macam efisiensi yang dapat dicapai siswa, yaitu: 1) efisiensi usaha belajar, 2) efisiensi hasil belajar.
a.      Efisiensi usaha belajar
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang hemat atau minim. Usaha dalam hal ini segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan, seperti: tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar, dan lain-lain hal yang relevan dengan kegiatan belajar. Efisiensi dari sudut usaha ni dapat digambarkan dalam model 6 berikut ini.

MODEL 6
Efisiensi dari Sudut Usaha Belajar

Badu

Prestasi Belajar

 
Usaha belajar

Tuty

 
Usaha belajar

Ibnu


 
Usaha belajar

b.      Efisiensi Hasil Belajar
Selanjutnya, sebuah kegiatan belajar dapat pula dikatakan efisien apabila dengan usaha belajar tertentu memberikan prestasi belajar tinggi. Untuk lebih jelasnya , perhatikan model 7 berikut ini.


MODEL 7
Efisiensi dari Sudut Hasil Belajar

Badu

           

Usaha belajar

                                                                                                   Hasil/prestasi belajar

Tuty

 
Prestasi sedang

Ibnu

 
Prestasi tinggi

Model 7 diatas memperlihatkan bahwa Ibnu adalah siswa yang efisien ditinjau dari prestasi yang dicapai, kerena ia menunjukkan perbandingan yang terbaik dari sudut hasil. Dalam hal ini, meskipun usaha belajar Ibnu sama besarnya dengan usaha Tuty dan Badu (lihat kotak usaha belajar), ia telah memperoleh prestasi yang optimal atau lebih tinggi daripada prestasi Tuty dan Badu.
2.      RAGAM PENDEKATAN BELAJAR
Banyak pendekatan yang dapat diajarkan kepada siswa untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang sedang mereka tekuni, dari yang paling klasik sampai yang paling modern. Di antara pendekatan-pendekatan belajar yang dipandang representative (mewakili) yang klasik dan modern itu ialah : 1) pendekatan hokum Jost; 2) pendekatan Ballar & Clanchy; dan 3) pendekatn Biggs.

a.      Pendekatan Hukum Jost
Menurut Reber (1988), salah satu asumsi penting yang mendasari Hukum Jost (Jost’s law) adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya, berdasarkan asumsi Hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih dari 3 x 5 walaupun hasil perkalian kedua kiat tersebut sama.
Maksudnya, mempelajari sebuah materi atau bidang studi, seperti bahasa inggris, dengan alokasi waktu 3 jam per hari selama 5 hari akan lenih efektif daripada mempelajari materi tersebut dengan alokasi waktu 5 jam sehari tetapi hanya selama 3 hari. Permpamaan pendekatan belajar dengan cara mencicil seperti contoh di atas hingga kini masih dipandang cukup berhasil guna terutama untuk materi-materi yang bersifat hafalan atau pembiasan keterampilan tertentu misalnya keterampilan berbahas Inggris.
b.      Pendekatan Ballard dan Clanchy
Menurut Ballard & Chanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada 2 macam siswa dalam menyikapi ilmu pengetahuan, yaitu: 1)sikap melestarikan ilmu yang sudah ada(conserving); dan 2)sikap memperluas(extending)
Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan pendekatan belajar “reproduktif”(bersikap menghasilkan kembali fakta dan informasi). Sedangkan siswa yang bersikap extending biasanya menggunakan pendekatan “analitis”(berdasarkan pemilihan dan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan diantara mereka yang bersikap extending cukup banyak menggunakan pendekatan belajar yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif(berdasarkan pemikiran mendalam), yang bukan saja bertujuan menyerap pengetahuan melainkan juga mengembangkannya.
Mengenai bagaimana tipe,strategi, dan tujuan masing-masing pendekatan belajar tersebut, dapat anda lihat pada tabel 4.

Tabel 1
Perbandingan Pendekatan Belajar Ballard & Clanchy

Reproduktif
Analis
Spekulatif
Stateginya:
§  Menghafal
§  Meniru
§  Menjelaskan
§  Meringkas
Stateginya:
§   Berfikir kritis
§   Mempertanyakan
§   Menimbang
§   Berargumen
Strateginya:
§   sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru
§  Berspekulasi dan membuat hipotesis
Pertanyaan:
§  Apa?
Pertanyaannya:
§  Mengapa?
§  Bagaimana?
§  Apa betul?
§  Apa penting?
Pertanyaannya:
§  Bagaimana kalau…?
Tujuannya:
§  Pembenaran/penyebutan kembali
Tujuannya:
§  Pembentukan kembali meteri ke dalam pola baru/berbeda
Tujuannya:
§  Menciptakan pengetahuan baru

c.       Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs (1991) pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan kedalam tiga prototype(bentuk dasar).
1)      Pendekatan surface(permukaan/bersifat lahiriah)
2)      Pendekatan deep(mendalam)
3)      Pendekatan achieving(pencapaian prestasi tinggi)
John Biggs menyimpulkan bahwa prototype-prototipe pendekatan belajar tadi pada umumnya digunakan para siswa berdasarkan motifnya, bukan karena sikap terhadap pengetahuan. Namun, agaknya patut diduga antara motifsiswa dengan sikapnya terhadap pengetahuan ada keterkaitan.

Tabel 2
Perbandingan Pendekatan Belajar Biggs

Pendekatan Belajar
Motif dan Ciri
Strategi
Surface approach(pendekatan permukaan)
Ekstrinsik dengan ciri menghindari kegagalan tapi tidak belajar jelas
Memusatkan pada rincian-rincian materi dan mereproduksi secara persis
Deep approach(pendekatan mendalam)
Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi
Memaksimalkan pemahaman dengan berfikir, banyak membaca dan diskusi
Achieving approach(pendekatan mencapai prestasi tinggi)
Ego-enhancement dengan ciri bersaing untuk meraih nilai prestasi tertinggi
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha(study skills)






d.       METODE BELAJAR SQ3R
Rasional,Pengertian,Tujuan dan Manfaat SQ3R
Rasional
Pengajaran dengan metode suatu tertentu, akan memberikan hasil yang lebih baik, apabila dibandingkan dengan pengajaran tanpa metode.metode membaca yang termasuk paling awal pengembangannya dan metode yang paling popular ialah metode SQ3R yang dikembangkan oleh robinson. Metode ini dirancang menurut jenjang yang memberi kemungkinan kepada para siswa untuk belajar secara sistematis dalam menghadapi berbagai bahan yang berupa buku teks atau tugas dengan bantuan teknik-teknik atau strategi-strategi membaca yang dianggap lebih efisien.
Pengertian         
SQ3R adalah suatu metode studi yang mencakup lima tahap membaca,yakni:(survey, question,read,recite dan review) atau dapat kita artikan sebagai tahap-tahap mensurvei,meneliti,mengajukan pertanyaan,membaca, menceritakan kembali,dan meninjau ulang.
Tujuan
Metode SQ3R bertujuan untuk:
1)   Membekali siswa/mahasiswa dengan suatu pendekatan yang sistematis terhadap jenis-jenis kenyataan membaca, dan
2)   Meningkatkan proses belajar mengajar secara lebih mantap dan efisien untuk berbagai materi bacaan.
Tujuan pertama, mencerminkan bekal bagi keperluan peningkatan cara belajar yang efektif dan efisien untuk kepentingan siswa/mahasiswa yang bersangkutan. Dengan metode SQ3R diharapkan siswa/mahasiswa memperoleh keberhasilan dalam studi dan dalam kehidupan.
Tujuan kedua, metode SQ3R selain diarahkan kepada kepentingan pembaca sebagai pribadi, juga diarahkan kepada suatu metode pengajaran pembaca untuk kepentingan orang lain.
 Manfaat                                       
Metode SQ3R ini memberi kemungkinan kepada pembacanya untuk menentukan apakah materi yang dihadapinya itu sesuai dengan keperluannya atau tidak. Metode SQ3R memberi kesempatan kepada para pembaca untuk bersifat fleksibel. Pengaturan kecepatan membaca untuk setiap bagian bacaan tidaklah sama. Pembaca akan memperlambat tempo kecepatan membaca untuk hal-hal yang baru baginya, atau bagian-bagian tertentu yang sangat dibutuhkannya. Sebaliknya, dia akan menaikkan tempo kecepatan bacanya,jika bagian-bagian bacaan itu kurang relevan dengan kebutuhannya atau hal-hal yang sudah dikenalinya.
Manfaat lain, pembaca dibekali dengan suatu metode belajar yang sistematis. Dengan metode ini, pencapaian hasil belajar dengan efektif dan efisien akan terjamin, apabila dibandingkan dengan belajar tanpa metode.

Deskripsi, Metode dan Prosedur SQ3R
Deskripsi SQ3R
Bagaimana cara kita membaca buku? Bukankah biasanya kita atau mereka selalu membaca buku dari awal halaman hingga akhir. Secara urut dan runtut.
Wah, kalau untuk membaca novel atau buku cerita hal ini sah-sah saja, bahkan memang seharusnya begitu bukan?
Ada sebuah teknik yang bisa digunakan untuk memenuhi tujuan pemahaman yaitu dengan metode SQ3R.         
SQ3R pada mulanya dikembangkan oleh seorang professor yang bernama Francis Robinson dari Universitas Negeri Ohio pada tahun 1940. “Survey” di dalam metode SQ3R berarti mencari judul, sub-judul, gambar, grafik, atau keterangan tambahan dari sebuah buku atau teks. Disini termasuk mencari huruf bercetak tebal ataupun huruf bercetak miring. Fungsi “Survey” ini adalah supaya kita mendapatkan gambaran umum akan apa yang akan kita baca. Kita punya outline bacaan atau teks tersebut.
“Question” berarti kita memunculkan berbagai pertanyaan di kepala kita setelah kita melakukan “Survey” tadi. Fungsi “Question” ini adalah supaya kita terfokus pada apa yang akan kita baca. Kita bisa memunculkan pertanyaan-pertanyaan agar kita bisa fokus pada materi bacaan atau teks.
“Read” berarti waktunya kita membaca dari awal hingga akhir. Dalam tahap ini pertanyaan-pertanyaan yang kita munculkan semestinya terjawab setelah kita melakukan proses “Read” ini. Pada tahap ini kita berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan yang tadi muncul pada saat fase Q (Question) sembari terus membaca.
Langkah berikutnya adalah resitasi. Fungsinya untuk mengetahui pemahaman kita akan apa yang kita baca. Dengan kata lain mengkomunikasikannya dengan bahasa yang berbeda. Mengkomunikasikan di sini bukan berarti mengkomunikasikan dengan orang lain, tetapi mengkomunikasikan dengan diri kita sendiri.
“Review” berarti mengingat kembali apa yang telah kita baca. Disini kita memutuskan apa-apa yang ingin penulis sampaikan. Hal-hal apa yang perlu di ingat. Apakah pertanyaan yang kita kemukakan telah terjawab sepenuhnya. Apakah ada yang tidak kita pahami ataupun ada hal-hal yang tidak kita setujui dengan penulis. Fungsi “Review” ini adalah meningkatkan lagi pemahaman kita ke level yang lebih tinggi.
Metode SQ3R
         Metode SQ3R yakni suatu metode studi yang meliputi lima tahap kegiatan membaca yang terdiri dari: (1) survey (meneliti), (2) question (mengajukan pertanyaan), (3) read (membaca), (4) recite (menceritakan kembali),dan (5) review (mengulang kembali).                   S  = Survey, artinya meninjau, meneliti, yakni membaca bagian-bagian permulaan buku, seperti: halaman judul, kata pengantar, daftar isi, judul dan sub-sub judul, dan lain-lain. Bagian-bagian tersebut dibaca dengan teknik baca layap (skimming), yaitu membaca dengan cepat untuk mengetahui gambaran isi buku atau bagian buku secara umum. Dengan demikian, dalam waktu yang relative singkat, pembaca akan segera dapat mengetahui apakah buku itu sesuai dengan tujuannya.
         Q = Question (Pertanyaan). Sebelum memulai kegiatan membaca, hendaknya pembaca membuat rumusan-rumusan pertanyaan sebagai informasi focus. Rumusan-rumusan pertanyaan hendaknya merentang dari pertanyaan ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesi, sampai ada evaluasi. Agar memudahkan Anda catatlah setiap butir pertanyaan tersebut supaya tidak lupa.
         R 1 = Reading (membaca). Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diruskan pada tahap 2, selanjutnya mulailah dengan kegiatan membaca. Anda tidak perlu membaca dengan kecepatan yang sama. Anda dapat menilai, apakah bagian bacaan itu perlu dibaca seluruhnya atau tidak, sambil membaca. Kadang-kadang untuk seksi tertentu, Anda cukup membaca kalimat-kalimat topiknya saja, biasanya terdapat paa awal atau akhir paragraf. Untuk bagian-bagian tertentu yang Anda anggap relevan dengan tujuan Anda dan baca bagian-bagian yang baru dikenali, bacalah seluruhnya dengan pengaturan kecepatan baca yang tidak terlalu tinggi. Di samping itu, daya pikir dan daya nalar Anda harus dilibatkan di dalamnya.
         R 2 = Recite (menceritakan kembali). Setelah Anda merasa yakin bahwa sejumlah pertanyaan yang Anda rumuskan sebelum membaca telah terpenuhi, cobalah berhenti sejenak. Renungkan kembali setap pertanyaan dan setiap jawaban yang telah Anda peroleh, tulislah kembalidalam buku catatan  Anda. Beberapa hal yang perlu Anda perhatikan dalam membuat catatan pribadi itu ialah:
a)      Buatlah dengan kata-kata sendiri,
b)      Catatan singkat,padat dan jelas, serta mencakup hal-hal yang penting,
c)      Lakukanlah kegiatan ini secara mandiri tidak berbarengan (misalnya mencatat sambil membaca)
R 3 = Review (meninjau kembali). Pada akhir setiap bab yang dibaca, bab sebelumnya perlu ditinjau kembali dan dihubungkan dengan rumusan isi bab yang baru diselesaikan. Lakukan kegiatan seperti ini, sampai seluruh bagian buku dapat diselesaikan. Yang Anda lakukan pada kegiatan seperti ini bukan kegiatan membaca ulang. Anda cukup melihat judul-judul dan subjudulnya, gambar-gambar, diagram-diagram, grafik-grafik, dan meninjau kembali pertanyaan-pertanyaan.

Prosedur SQ3R
Jika Anda membaca suatu buku,tentu anda mempunyai tujuan tertentu sebelum anda melakukannya. Tujuan itu bermacam-macam tergantung pada keperluannya masing-masing. Kegiatan membaca itu kadang-kadang hanya mencari hiburan,sebagai pengisi waktu senggang saja,atau mungkin hanya seekedar untuk mencari informasi tertentu,dan mungkin pula untuk keperluan study. Pada makalah ini akan dibicarakan khusus hal-hal yang ada kaitannya dengan kegiatan membaca untuk keperluan studi.tujuan membaca disini bukan hanya sekedar menemukan informasi tertentu,melainkan lebih jauh sampai pada pemahaman isi secara keseluruhan secara konferehensif (mendalam dan padat). Spache mengemukakan enam keterampilan dasar yang penting dalam keberhasilan membaca suatu buku:
1.      Kemampuan mensurvei bahan,untuk menentukan:
a.       hal-hal yang bersifat umum
b.      ide pokok
c.       pendekatan membaca yang tepat
d.      tujuan membaca
2.      Kemampuan untuk menghubung-hubungkan pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan mensurvei untuk ,memilih teknik membaca yang tepat.
3.      Fleksibilitas kecepatan rata-rata membaca yang bervariasi sesuai dengan teknik membaca skimming, scanning membaca cepat, dan tipe-tipe membaca untuk keperluan studi.
4.       Kemampuan memahami grafik dan gambar-gambar ilustrasi secara efektif
5.      Keterampilan menggunakan perpustakaan dan referensi dasar yang khas dilapangan
6.      Keterampilan rata-rata kemampuan secara umum seperti dalam hal pemahaman kosakata.

Pendekatan SQ3R dan Penerapan metode SQ3R
Pendekatan SQ3R
Untuk kemudahan,saya akan menggunakan pendekatan SQ3R sebagai berikut:
a.            Survey
Yakni proses persiapan membaca dengan cara melihat secara sekilas isi buku mulai dari judul utama, sub judul, cover buku bagian belakang yang menjelaskan secara ringkas topik yang dibahas, kata pengantar dari penulis, maupun daftar isi. Proses selanjutnya dari tahapan Survey adalah dengan membuka secara cepat halaman demi halaman dan memperhatikan bagian judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus yang bercetak tebal atau miring, tabel, gambar sambil mencoba mendapatkan ide besar dari buku tersebut.
Survey yang sukses akan menghasilkan gambaran umum tentang isi buku sekaligus menciptakan minat yang kuat untuk memahaminya. Ini merupakan modal penting untuk membantu proses membaca cepat isi buku secara keseluruhan disamping memastikan tingkat pemahaman yang tinggi akan isi buku.
b.            Question
Tahap ini dilakukan bersamaan dengan proses survey terutama ketika Anda mempelajari daftar isi serta mulai membaca sekilas halaman demi halaman secara cepat. Sambil Anda membaca judul bab, sub judul bab, kata-kata khusus bercetak tebal atau miring, tabel dan gambar maka pada saat yang sama Anda melakukan proses bertanya kepada diri sendiri.
c.             Read
Setelah dua tahap di atas dilakukan, maka mulailah proses membaca secara keseluruhan dilakukan. Dengan adanya persiapan sebelum membaca, maka proses baca keseluruhan isi dapat dilakukan dengan kecepatan tinggi. Hal ini dibantu karena pembaca tersebut telah mengenali ide pokok yang disampaikan penulis, memahami strukturnya, maupun terminologi yang banyak dipakai.
Proses pembacaan keseluruhan ini dapat dilakukan dengan break di tiap akhir bab untuk kemudian melakukan review atau dengan cara menyelesaikan dulu secara total.
d.            Recite
Proses resitasi atau melakukan refleksi atas bahan bacaan dapat Anda lakukan segera setelah mengakhiri satu bab. Langkah ini dilakukan untuk menguji pemahaman atas apa yang telah dibaca. Proses ini dilakukan dengan menceritakan ulang pokok pikiran yang dibahas dalam buku tersebut dengan gaya bahasa Anda sendiri.
Jika hal tersebut dapat dilakukan menunjukkan bahwa Anda memahami isi buku tersebut. Proses resitasi ini sangat bermanfaat terutama ketika membaca buku-buku teks perkuliahan yang wajib dikuasai. Proses ini tidak berusaha menghafal apa-apa yang Anda baca melainkan berusaha memahami dengan bahasa sendiri apa-apa yang telah dibaca.


e.             Review
Ketika kita menyerap informasi, maka apa-apa yang dibaca akan masuk ke dalam memori jangka pendek. Proses review dilakukan setelah proses membaca selesai agar apa-apa yang dibaca tidak hanya masuk dalam memori jangka pendek melainkan masuk ke memori jangka panjang. Dengan demikian, kapanpun Anda perlu mengingat kembali materi bacaan tersebut, tinggal melakukan proses pemanggilan dari memori jangka panjang. Proses review awal dilakukan segera setelah mengakhiri bahan bacaan. Hal ini dilakukan mirip dengan proses “Survey” di mana Anda membolak-balik halaman secara cepat sambil melakukan review singkat untuk memastikan apa-apa yang dibaca telah terpahami.
Proses review ini cukup menghabiskan waktu 5 menit saja dan akan bermanfaat sekali dalam jangka panjang terutama terkait pemahaman dan ingatan akan bahan bacaan. Jika Anda mengabaikan proses review ini, mungkin Anda masih dapat mengingat dengan baik isi bahan bacaan. Akan tetapi, dalam 24 jam pemahaman tersebut akan turun cukup banyak dan terjadi penurunan drastis setelah seminggu.
Metode SQ3R bersifat praktis dan dapat diaplikasikan dalam berbagai pendekatan belajar.
Penerapan metode SQ3R
Dalam pembelajaran membaca melibatkan siswa untuk aktif dengan bimbingan
guru, agar konsep yang ada pada pokok bahasan tersebut dapat dipahami,
sehingga dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Dengan peningkatan keterampilan membaca menggunakan metode pembelajaran SQ3R, diharapkan siswa mampu memecahkan masalah, mengambil keputusan, berfikir kritis, dan berfikir kreatif sehingga hasil belajar siswa dapat juga ditingkatkan. Metode SQ3R ini diharapkan siswa dapat memahami dan mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih lama/bersifat permanen. Penggunaan metode SQ3R dalam pembelajaran akan terasa lebih menarik sehingga dapat meningkatkan motivasi untuk memahami suatu bacaan.
Kemampuan membaca pemahaman
Menurut Sadler menyatakan, membaca tidak hanya sekedar memasangkan bunyi dengan huruf atau belajar kata-kata, membaca melibatkan pemahaman, memahami apa yang dibaca, apa maknanya,       apa  yang         diimplikasikan.
Membaca pemahaman berkaitan erat dengan usaha memahami hal-hal penting dari apa yang dibacanya. Yang dimaksud membaca pemahaman atau komprehensi adalah kemampuan membaca untuk mengerti ide pokok, detail penting, dan seluruh pengertian. Pemahaman ini berkaitan erat dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada tiga hal atau tiga elemen dalam membaca pemahaman , yaitu:
1. Pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki tentang topik.
2. Menghubungkan pengetahuan dan pengalaman dengan teks yang akan dibaca.
3. Proses pemerolehan makna secara aktif sesuai dengan pandangan yang dimiliki.
Usaha efektif untuk memahami dan mengingat lebih lama dapat dilakukan dengan:
     a.   Mengorganisasikan bahan yang dibacanya dalam kaitan yang mudah dipahami.
     b.   Mengaitkan fakta yang satu dengan fakta yang lain.

Pendekatan membaca pemahaman dengan SQ3R
Membaca adalah kegiatan atau suatu aktivitas yang rumit atau kompleks, karena bergantung pada keterampilan berbahasa pelajar, dan pada tingkat penalarannya (Sri Utari Subyakto Nababan, 1993: 164).
Di sisi lain, Suyatmi berpendapat bahwa membaca merupakan sekedar kegiatan yang menyuarakan lambang-lambang tertulis saja tanpa mempersoalkan apakah kalimat atau kata-kata yang dilisankan itu dipahami atau tidak.
Sejalan dengan dua pengertian di atas Yasir Burhan dalam Suyatmi membaca adalah arti sesungguhnya ialah perbuatan yang dilaksanakan berdasarkan kerjasama atas beberapa keterampilan, yaitu mengamati, memahami, dan memikirkan.
Dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktivitas untuk memahami ide atau gagasan yang tersurat maupun tersirat di dalam suatu bacaan yang melibatkan kerjasama beberapa komponen keterampilan berbahasa. Membaca cepat adalah keterampilan membaca sekilas dengan mengkondisikan otak bekerja lebih cepat sehingga konsentrasi akan lebih membaik secara otomatis. Dalam hal ini kita dituntut untuk memusatkan konsentrasi kita dalam proses membaca guna mengefisiensikan waktu yang kita miliki dan juga energi yang kita keluarkan juga akan relatif lebih banyak. Sedangkan pernyataan yang kedua menyebutkan bahwa membaca cepat adalah perpaduan kemampuan motorik (gerakan mata) atau kemampuan visual dengan kemampuan kognitif seseorang dalam membaca. Membaca cepat merupakan perpaduan antara kecepatan membaca dengan pemahaman isi bacaan.
Kecepatan membaca seseorang harus seiring dengan kecepatan memahami bahan bacaan yang telah dibaca. Dan pernyataan terakhir menyinggung keterampilan membaca yang menyebutkan bahwa kemampuan membaca merupakan keterampilan memilih isi bacaan yang harus dibaca sesuai dengan tujuan, yang ada relevansinya dengan pembaca tanpa membuang-buang waktu untuk menekuni bagian-bagian lain yang tidak diperlukan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam membaca diperlukan konsentrasi yang lebih ketika membaca dam juga diperlukan perpaduan kemampuan motorik dengan kemampuan kognitif serta diperlukan waktu yang relatif singkat guna memperoleh informasi yang ada dalam bacaan baik yang tersirat maupun tersurat.
Hal-hal tersebut di atas merupakan sejumlah pengertian yang pada akhirnya merujuk kepada pengertian membaca cepat. Kemampuan membaca cepat seseorang pada dasarnya memiliki hubungan terhadap kemampuan mengkritisi sebuah tulisan. Namun, perlu kita ketahui bahwa kemampuan mengkritisi sebuah tulisan tidak lepas dari latar belakang pendidikan maupun pengalaman seseorang dan ini berarti hal terkait membaca cepat atau kritis berkaitan dengan pendidikan, khususnya pendidikan bahasa. Dalam pengajarannya, selain memerlukan tulisan sebagai media dan bahan ajar tentunya juga memerlukan teknik atau metode yang tepat dalam pelaksanaannya.
Proses Membaca Pemahaman dengan SQ3R
a.      Survey
Survey atau prabaca adalah teknik untuk mengenal bahan sebelum membacanya secara lengkap, dilakukan untuk mengenal organisasi dan ikhtisar umum yang akan dibaca dengan maksud untuk,
1)      Mempercepat menangkap arti,
2)      Mendapatkan abstrak,
3)      Mengetahui ide-ide yang penting,
4)      Melihat susunan (organisasi) bahan bacaan tersebut,
5)      Mendapatkan minat perhatian yang seksama terhadap bacaan,
6)      Memudahkan mengingat lebih banyak dan memahami lebih mudah.
b.      Question
1)      Ajukan pertanyaan sebanyak-banyaknya tentang isi bacaan itu.
2)      Dengan adanya berbagai pertanyaan itu, cara membaca kita menjadi lebih aktif dan lebih mudah menangkap gagasan yang ada
c.        Read
1)      Membaca adalah langkah ketiga, bukan langkah pertama atau satu-satunya langkah untuk menguasai bacaan.
2)       Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok.
d.      Recite
1)      Setiap selesai membaca suatu bagian, berhentilah sejenak.
2)      Cobalah menjawab pertanyaan-pertanyaan bagian itu dan menyebutkan hal-hal    penting dari bab itu.
3)      Buatlah catatan seperlunya.
4)      Jika masih kesulitan, ulangi membaca bab itu sekali lagi
e.       Review
1)      Setelah selesai membaca, telusuri kembali judul, subjudul, dan bagian-bagian penting lainnya.
2)      Tahap ini selain membantu daya ingat dan memperjelas pemahaman juga mendapatkan hal-hal penting dari bacaan tersebut.
C.    FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI BELAJAR
Secara umum, faktor-faktor yang memengaruhi belajar ada tiga yaitu :
1.      Faktor internal (dari  dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa;
2.      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;
3.      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis atau upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama lain. Sebagai contoh, ada seorang siswa yang conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif ekstrinsik (faktor eksternal),  biasanya mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam. Sebaliknya, ada seorrang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal) dan mendapaat dorongan positif dari orangtuanya (faktor eksternal), mungkin akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil belajar. Jadi, karena faktor-faktor tersebutlah muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi tinggi) dan underachievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Oleh karena itu seorang guru yang kompeten dan profesionaldiharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok yang menunjukan gejala kegagalan dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka.
1.      FAKTOR INTERNAL SISWA
Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni : 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmani) dan ; 2) aspek psikologiss (yang bersifat rohaniah).
a.       Aspek Fisiologis
Kondisi umum jasmani dan tegangan otot yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah akan dapat menurunkan kualitas kognitif sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk dapat mepertahankan kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan  memilih pola istirahat dan olahraga ringan sedpat mungkin terjadwal secara tetap dan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal ini sangat penting sekali karena perubahan pola makan-minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus (tegangan otot) yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.
Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan dikelas. Daya indera yang rendah (kita contohkan dengan indera pendengaran dan indera penglihatan)  akan menyulitkan siswa untuk menangkap informasi yang disampaikan. Sehingga proses informasi yang dilakukan oleh sistem memori siswa terssebut akan terhambat. Oleh karena itu seorang guru yang profesional setidaknya dapat mengatasi atau meminimalisir hal-hal tersebut secara bijaksana sehingga dapat mempertahankan rasa percaya diri siswa-siswa yang mengalami kekurangan tersebut. Karena kemerosotan rasa percaya diri seorang siswa akan menimbulkan frustasi yang pada gilirannya cepat atau lambat siswa tersebut akan menjadi underachiever atau mungkin gagal, meskipun kapasitas kognitif mereka normal atau leebih tinggi daripada teman-temannya.
b.       Aspek Psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dilihat lebih esensial itu ialah : 1) tingkat kecerdasan/intilegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.
1.      Intilegensi Siswa
Intilegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereeaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi, intilegensi sebenarnya bukan  persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, karena otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia.
Sikap Siswa
Sikap adalah gejala internal yang berdimensi aktif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajaran yang diajarkan guru tersebut, apalagi diiringi kebencian pada guru tersebut dapat menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut, dan dapat membuat prestasi yang dicapai siswa akan kurang memuaskan.
a.       Bakat Siswa
Secara umum, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai kapasitas masing-masing. Jadi secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya anak yang berinteeligensi sangat cerdas atau luar biasa cerdas juga disebut sebagai anak yang berbakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan pelatihan.
Sehubungan dengan hal itu, bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orangtua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan atau keahlian tertentu tanpa lebih dulu mengetahui bakat yang dimiliki anaknya. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa, dan juga ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya, akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya.
b.      Minat Siswa
Sederhananya, minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena kebergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.
Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti yang dipahami dan dipakai orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Contoh, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap kimia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seharusnya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya.
c.       Motivasi Siswa
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme-baik manusia ataupun hewan-yang mendorongnya utuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya untuk bertingkah laku secara terarah. (Gleitman, 1986; Reber, 1988).
Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik  adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakuka tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa utuk belajar.
Kekurangan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya siswa dalam proses belajar materi-materi  pelajaran baik disekolah  maupun dirumah.
Dalam perspektif kognitif, motivasi  yang lebih signifikan bagi siswa adalah motivasi intrinsik karena lebih murni dan langgeng serta  tidak bergantung pada dorongan atau pengaruh orang lain. Dorongan mencapai prestasi dan dorongan memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk masa depan, umpamanya, memberi pengaruh lebih kuat dan relatif lebih langgeng dibandingkan dengan dorongan hadiah atau dorongan keharusan dari orangtua dan guru.
2.      Faktor faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a.       Lingkungan social
Faktor sosial merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar karena menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalm situasi sosial, misal : keluarga, sekolah, teman.
Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masya­rakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengang­guran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memer­lukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimili­ki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakat­nya.
b.      Lingkungan nonsosial.
Faktor non Sosial merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar yang disebabkan dari faktor faktor non sosial, misal : keadaan rumah, ruang belajar dll.Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga juga merupakan Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar baik secara langsung maupun  tidak langsung, selain itu juga di sebabkan karena faktor peranan guru. Faktor faktor yang termasuk lingkung­an nonsosial adalah:
Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupa­kan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapang­an olahragd dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabi, dan lain sebagainya.
Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembang­an siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus mengua­sai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.






BAB III
KESIMPULAN

1.      Belajar terbagi menjadi 8 macam antara lain; belajar abstrak, belajar keterampilan, belajar social, belajar pemecahan masalah, belajar rasional, belajar kebiasaan, belajar apresiasi, dan belajar pengetahuan.
2.      Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Efisiensi terbagi dua antara lain; efisiensi usaha belajar, dan efisiensi hasil belajar.
3.      Ragam pendekatan belajar terbagi menjadi tiga antara lain; pendekatan Hukum Jost, pendekatan Ballard & Clanchy, dan pendekatan Biggs.
4.      Metode SQ3R adalah suatu metode studi yang mencakup lima tahap membaca,yakni:(survey, question,read,recite dan review) atau dapat di artikan sebagai tahap-tahap mensurvei,meneliti,mengajukan pertanyaan,membaca, menceritakan kembali,dan meninjau ulang.
5.      Faktor - faktor yang mempengaruhi belajar antara lain; faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar.

No comments:

Post a Comment