MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI - Articel Iftah Al-Muttaqin

Thursday, October 13, 2016

MAKALAH IPA DAN TEKNOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
            Telah menjadi kesepakatan para ahli ilmu pengetahuan, bahwa sasaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah alam semesta dengan segala isinya. Masalah Ilmu Pengetahuan sangat kompleks, sehingga memaksa para ilmuwan untuk bekerja keras agar dapat mendefinisikan sesuatu hal dengan tepat. Dan memaksa kami untuk bisa memaparkan dampak positif maupun negative dari perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam atau Teknologi tersebut.
Karena seiring waktu perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan teknologi. Pada hakikatnya, teknologi merupakan alat untuk membantu manusia dalam mencapai tujuan secara ilmiah. Semakin besar teknologi yang diciptakan dan dikembangkan semakin besar dampak berupa polusi dan pencemaran yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena tidak ada penanganan yang tepat serta penggunaan teknologi yang baik. Tetapi walau bagaimana pun perkembangan teknologi yang semakin maju dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang yang dapat membantu kehidupan manusia.

B.       Rumusan Masalah
       Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini adalah:
1.         Apa manfaat dampak perkembangan IPA dan teknologi?
2.         Apa dampak teknologi IPA terhadap SDA?
3.         Apa dampak teknologi IPA terhadap industri ?
4.         Apa dampak teknologi IPA terhadap Komunikasi dan transportasi?
5.         Apa dampak teknologi IPA terhadap SDM ?
C.    Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1.         Untuk mengetahui manfaat dampak perkembangan IPA dan teknologi.
2.         Untuk mengetahui dampak teknologi IPA terhadap SDA.
3.         Untuk mengetahui Dampak teknologi IPA terhadap industri.
4.         Untuk mengetahui dampak teknologi IPA terhadap transportasi dan komunikasi.
5.         Untuk mengetahui teknologi IPA terhadap SDA.

D.      Manfaat
Dengan mengetahui tentang manfaat dampak perkembangan IPA dan teknologi diharapkan para pendidik maupun pelajar..










BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Belajar
Ada beberapa pendapat yang dikemukakan tentang hakekat/pengertian belajar antara lain:
1.      Menurut Morgan (Whandi: 2009) belajar didefinisikan sebagai setiap perubahan   tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil pengalaman. Definisi ini mencakup tiga unsur, yaitu: (1). Belajar adalah perubahan tingkah laku, (2). Perubahan tersebut terjadi karena latihan atau pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena kedewasaan bukan belajar, dan (3). Perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada untuk waktu yang cukup lama.
2.      Menurut Snelbecker (Whandi: 2009) menyimpulkan definisi belajar sebagai berikut:   (1) Belajar harus mencakup tinglah laku. (2) Tingkah laku tersebut harus berubah dari tingkat yang paling sederhana sampai yang kompleks. (3) Proses perubahan tingkah laku tersebut harus dapat dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
3.      Menurut Gagne (Whandi: 2009) Belajar adalah suatu proses dimana suatu organisme berubah tingkah lakunya sebagai akibat  pengalaman.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga atribut pokok atau ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku dan pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut:
a.       Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
Pada saat siswa di dalam kelas, biasanya siswa akan bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa menanggapi, siswa melakukan diskusi, siswa memecahkan soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan hasil pekerjaannya, siswa membuat rangkuman, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut hanya muncul karena ada aktivitas mental (pikiran dan perasaan). Apabila siswa hanya duduk saja pada saat guru menjelaskan pelajaran kepada mereka, apakah siswa tersebut belajar? Bila siswa tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang kita jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada saat menyimak pelajaran berarti terjadi proses mental. Akan tetapi bila siswa duduk sambil melamun atau pikirannya melayang-layang ke hal lain di luar pelajaran yang sedang diajarkan, jelas siswa tersebut tidak sedang mencerna pelajaran yang sedang diajarkan.
Belajar tidak cukup hanya dengan cara mendengarkan penjelasan guru. Mendengarkan atau menyimak melalui pendengaran hanya salah satu kegiatan belajar. Belajar yang baik tidak cukup asal terjadinya akrivitas mental saja, akan tetapi aktivitas mental dengan kadar yang tinggi.

Berikut adalah contoh aktivitas belajar:
a)      Aminah siswa Kelas V dengan penuh perhatian menyimak penjelasan guru, dan kemudian mencatatnya pada buku catatannya.
b)      Sumarni siswa Kelas VI dengan dua orang temannya sedang serius mendiskusikan suatu persoalan pelajaran yang diajarkan guru kepada mereka.
c)      Ahmad siswa Kelas VI bersama teman-temannya sedang tekun melakukan suatu percobaan dalam pelajaran Sains.
Dari ketiga aktivitas belajar tersebut aktivitas belajar tersebut yang memiliki kadar aktivitas belajar tinggi adalah Sumarni dan Ahmad, sedangkan Aminah kadarnya rendah.

b.       Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang berupa pengetahuan, keterampilan atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan periaku dapat digolongkan ke dalam hasil belajar. Perubahan perilaku karena kematangan (misalnyanya seorang anak kecil dapat merangkak, duduk atau berdiri, lebih banyak disebabkan oleh kematangan daripada oleh belajar). Demikian pula perubahan perilaku yang tidak disadari karena meminum minuman keras, tidak digolongkan ke dalam perubahan perilaku hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental dan emosional terjadi. perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitifl, keterampilan (psikomotorik) dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Ketiga ranah tersebut di dalam Kurikulum 2004 terkandung dalam rumusan kompetensi.
Berikut adalah contoh rumusan tujuan pembelajaran:
Kompetensi:
Siswa memiliki kebiasaan menggosok gigi dengan cara yang baik.
Indikator:
a)           Siswa dapat menjelaskan cara menggosok gigi yang benar.
b)          Siswa dapat meragakan cara memegang sikat gigi yang benar.
c)           Siswa dapat meragakan cara menggosok gigi yang benar.
d)          Siswa dapat menjelaskan manfaat menggosok gigi yang dilakukan setiap hari dengan cara yang benar.
e)           Siswa menyadari pentingnya menggosok gigi untuk kesehatan gigi.
Rumusan tujuan pembelajaran nomor satu dan empat termasuk ranah kognitif. Rumusan tujuan pembelajaran nomor dua termasuk ranah psikomotor dan rumusan tujuan pembelajaran nomor lima termasuk ranah afektif. Oleh karena perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran menjadi sasaran atau tujuan yang akan menjadi acuan proses yang harus dicapai maka perubahan perilaku yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan harus dirumuskan lebih dulu.

3.      Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial. Contoh lingkungan fisik ialah: buku, alat peraga, dan alam sekitar. Contoh lingkungan sosial, antara lain guru, siswa, pustakawan dan kepala sekolah.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa belajar lebih giat. Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan sendiri atau dengan mengalaminya sendiri. Sebagai contoh, bila siswa mengetahui bahwa berat jenis minyak kelapa lebih kecil daripada berat jenis air, karena melakukan sendiri percobaan, maka belajar seperti itu disebut belajar melalui pengalaman langsung. 
Akan tetapi bila siswa mengetahuinya karena membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru, maka belajar seperti itu disebut belajar melalui pengalaman tidak langsung. Belajar dengan melalui pengalaman langsung hasilnya akan lebih baik karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai pelajaran tersebut. Bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna.
Berikut adalah contoh kegiatan belajar:
a)      Siswa Kelas IV mengamati bagian-bagian bunga dari bunga-bunga yang mereka bawa dari tempat masing-masing.
b)      Siswa Kelas III membuat bentuk persegi panjang dari kertas yang panjangnya 20 cm dan lebar l0 cm. Kemudian di pinggir persegi panjang tersebut dibubuhkan titik pada setiap jarak satu cm. Titik dengan titik yang berhadapan yang terdapat pada kedua pinggir yang panjang dihubungkan dengan garis. Demikian pula titik dengan yang berhadapan pada kedua pinggir lain. Akhirnya siswa memperoleh 200 kotak dengan ukuran satu x satu cm. Dari kegiatan itu siswa memperoreh rumus luas segi panjang: panjang X lebar.
c)      Siswa Kelas V sedang asyik mendengarkan penjelasan guru mengenai perjuangan para pahlawan nasional melawan penjajah Belanda sekitar tahun 1948.
Kegiatan belajar nomor dua siswa Kelas III memahami rumus luas persegi panjang, karena mereka menemukan sendiri melalui pengalaman langsung, bukan kata guru dan sementara siswa tinggal mencatatnya saja untuk dihafalkan. Lain halnya dengan kegiatan belajar nomor tiga, mereka (siswa Kelas v itu) belajar melalui pengalaman tidak langsung. 
Kegiatan belajar nomor satu belajar melalui pengamatan langsung. Nilainya hampir sama dengan belajar melalui pengalaman langsung karena siswa mengamati langsung objek yang dipelajarinya.
Implikasi konsep belajar terhadap pembelajaran. Implikasi konsep belajar yang telah diskusikan terhadap pembelajaran ialah sebagai berikut.
a)      Pada prinsipnya, strategi pembelajaran digunakan guru untuk mengaktifkan siswa belajar (mental dan emosional)
b)      Perubahan perilaku siswa sebagai hasil belajar harus dirumuskan secara jelas dalam rumusan kompetensi yang mengandung tujuan pembelajaran atau indikator (pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
c)      Guru harus menyiapkan lingkungan belajar yang memicu dan menantang siswa belajar. Lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan melalui pengalaman langsung atau pengamatan langsung hasilnya akan lebih baik daripada belajar dengan meralui pengalaman tidak langsung, apalagi jika guru mengajar hanya dengan metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga.

B.       Prinsip Belajar
Prinsip-prinsip belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi, keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.      Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi berfungsi sebagai motor penggerak. Bila motornya tidak ada, aktivitas tidak akan terjadi; dan bila motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun lemah.
Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we describe the force action on or within an organism to initiate and direct behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a)      Motif intrinsik.
Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b)      Motif ekstrinsik
Motif ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Motif ekstrinsik dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”. Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik
2.      Perhatian
Perhatian mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya. Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya akan makin baik pula. Oleh karena itu guru selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan perhatian pada suatu objek dapat diakibatkan oleh dua hal, yaitu : 1) Orang itu merasa bahwa objek tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya; umpamanya dengan kebutuhan, cita-cita pengalaman, bakat dan minat. 2) Objek itu berdiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari yang lain.
Berikut adalah contoh dari beberapa kasus:
a)           Rukiah, salah seorang siswa di suatu sekolah dasar sangat tertarik dengan penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan penduduk sehingga ia sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran tersebut; karena ia pernah dibawa orang tuanya berimigrasi.
b)          Sekelompok siswa di suatu sekolah dasar pada suatu waktu mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian, karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan menggunakan alat peraga, yang sebelumnya guru tersebut belum pernah melakukannya.
c)           Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam pelajaran Sains. Kelihatannya mereka sangat bersungguh-sungguh mengerjakan tugas tersebut. Biasanya mereka belajar cukup dengan mendengarkan ceramah dari guru.
Ketiga contoh tersebut menggambarkan siswa belajar dengan penuh perhatian, akan tetapi penyebabnya berbeda. Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian, karena pelajaran tersebut memiliki kaitan dengan pengalamannya (pelajaran tersebut ada kaitannya dengan diri siswa). Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena guru menggunakan alat peraga (cara guru mengajar lain dari kebiasaannya). Demikian pula pada contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian karena guru menggunakan metode yang bervariasi (tidak hanya ceramah).
Dari uraian dan contoh tersebut dapat disimpulkan hal-hal berikut:
a)      Belajar dengan penuh perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan hasilnya akan lebih baik.
b)      Upaya guru menumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

3.      Keaktifan 
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

4.      Keterlibatan langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya, mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif, baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam pembentukan keterampilan
.
5.      Pengulangan
Menurut teori psikologi daya, belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”, Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning, respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat lampu merah. Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar, namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.

6.      Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. 
Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya.  Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang tidak menyenangkan.

7.      Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya Thorndike.  Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.

8.      Perbedaan individu
Siswa merupakan individual yang unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, misalnya:
1)        Penggunaan metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi 
2)        Penggunaan metode instruksional
3)        Memberikan tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
4)        Dalam memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa





BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
1.    Belajar memiliki tiga atribut pokok:
a.    Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
b.    Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik maupun afektif.
c.    Belajar berlangsung melalui pengalaman, baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung (melalui pengamatan). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan sosial)
2.    Belajar dapat terjadi secara efektif dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a.    Motivasi yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik
b.    Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran, guru dapat mengaitkan pelajaran dengan diri siswa itu sendiri (kebutuhan, minat, atau pengalaman siswa) dan atau menciptakan situasi pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
c.    Keaktifan, yaitu dalam setiap proses belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan kegiatan psikis.
d.    Keterlibatan langsung/berpengalaman
e.    Pengulangan. Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan berkembang
f.     Tantangan. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
g.    Balikan dan penguatan yaitu siswa perlu sekali memperoleh balikan dengan segera, sehingga tidak membuat kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan belajar.
h.    Perbedaan individu yaitu siswa belajar sebagai pribadi tersendiri, yang memiliki perbedaan dari siswa lain.

B.     Saran
Pembahasan tentang  konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran cakupannya sangat luas. Hanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka pembahasannya dicukupkan hanya sampai disini. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca atau penulis lain yang tertarik dengan masalah ini  untuk membahas masalah ini lebih lanjut dan lebih luas lagi.





DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri, dkk. 2007. Strategi Pembelajaran di SD Edisi 1. Jakarta: Univeritas Terbuka
Arifin, Saeful. Prinsip-Prinsip Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/25/ prinsip-prinsip-belajar-321157.html diakses pada tanggal 8 Februari 2013
Nur, Muhammad. Konsep dan Prinsip-Prinsip Belajar. http://mohammadnur.blogspot. com/2013/01/makalah-konsep-dan-prinsip-prinsip.html diakses pada tanggal 8 Februari 2013
Anonim. Prinsip-Prinsip dan Asas Pembelajaran. http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/ belajar-dan-pembelajaran/prinsip- prinsip-belajar-dan-asas-pembelajaran/mrdetail/ 15206/ diakses pada tanggal 8 Februari 2013


No comments:

Post a Comment