BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Telah menjadi kesepakatan para ahli
ilmu pengetahuan, bahwa sasaran Ilmu Pengetahuan Alam adalah alam semesta
dengan segala isinya. Masalah Ilmu Pengetahuan sangat kompleks, sehingga
memaksa para ilmuwan untuk bekerja keras agar dapat mendefinisikan sesuatu hal
dengan tepat. Dan memaksa kami untuk bisa memaparkan dampak positif maupun
negative dari perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam atau Teknologi tersebut.
Karena seiring waktu perkembangan
Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan
teknologi. Pada hakikatnya, teknologi merupakan alat untuk membantu manusia
dalam mencapai tujuan secara ilmiah. Semakin besar teknologi yang diciptakan
dan dikembangkan semakin besar dampak berupa polusi dan pencemaran yang
dihasilkan. Hal ini terjadi karena tidak ada penanganan yang tepat serta
penggunaan teknologi yang baik. Tetapi
walau bagaimana pun perkembangan teknologi yang semakin maju dapat dimanfaatkan
dalam berbagai bidang yang dapat membantu kehidupan manusia.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka
rumusan masalah yang dikemukakan dalam makalah ini adalah:
1.
Apa manfaat dampak perkembangan IPA dan teknologi?
2.
Apa dampak teknologi IPA terhadap SDA?
3.
Apa dampak teknologi IPA terhadap industri ?
4.
Apa dampak teknologi IPA terhadap Komunikasi dan
transportasi?
5.
Apa dampak teknologi IPA terhadap SDM ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari
makalah ini adalah:
1.
Untuk mengetahui manfaat dampak perkembangan IPA dan
teknologi.
2.
Untuk mengetahui dampak teknologi IPA terhadap SDA.
3.
Untuk mengetahui Dampak teknologi IPA terhadap
industri.
4.
Untuk mengetahui dampak teknologi IPA terhadap
transportasi dan komunikasi.
5.
Untuk mengetahui teknologi IPA terhadap SDA.
D.
Manfaat
Dengan mengetahui tentang
manfaat dampak perkembangan IPA dan teknologi diharapkan
para pendidik maupun pelajar..
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Belajar
Ada beberapa pendapat yang
dikemukakan tentang hakekat/pengertian belajar antara lain:
1. Menurut Morgan (Whandi: 2009) belajar didefinisikan sebagai
setiap perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi
sebagai hasil pengalaman. Definisi ini mencakup tiga unsur, yaitu: (1). Belajar
adalah perubahan tingkah laku, (2). Perubahan tersebut terjadi karena latihan
atau pengalaman. Perubahan yang terjadi pada tingkah laku karena kedewasaan
bukan belajar, dan (3). Perubahan tersebut harus relatif permanen dan tetap ada
untuk waktu yang cukup lama.
2. Menurut Snelbecker (Whandi: 2009) menyimpulkan definisi
belajar sebagai berikut: (1) Belajar harus mencakup tinglah laku.
(2) Tingkah laku tersebut harus berubah dari tingkat yang paling sederhana
sampai yang kompleks. (3) Proses perubahan tingkah laku tersebut harus dapat
dikontrol sendiri atau dikontrol oleh faktor-faktor eksternal.
3. Menurut Gagne (Whandi: 2009) Belajar adalah suatu proses
dimana suatu organisme berubah tingkah lakunya sebagai akibat pengalaman.
Dari pengertian tersebut terdapat
tiga atribut pokok atau ciri utama belajar, yaitu: proses, perilaku dan
pengalaman, dengan pengertian sebagai berikut:
a. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses
berpikir dan merasakan. Seseorang dikatakan belajar bila pikiran dan
perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat
diamati orang lain, akan tetapi terasa oleh yang bersangkutan (orang yang
sedang belajar itu). Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan
siswa. Yang dapat diamati guru ialah manifestasinya, yaitu kegiatan siswa
sebagai akibat adanya aktivitas pikiran dan perasaan pada diri siswa tersebut.
Pada saat siswa di dalam kelas, biasanya siswa akan
bertanya, siswa menjawab pertanyaan, siswa menanggapi, siswa melakukan diskusi,
siswa memecahkan soal, siswa mengamati sesuatu, siswa melaporkan hasil pekerjaannya,
siswa membuat rangkuman, dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan tersebut hanya
muncul karena ada aktivitas mental (pikiran dan perasaan). Apabila siswa hanya
duduk saja pada saat guru menjelaskan pelajaran kepada mereka, apakah siswa
tersebut belajar? Bila siswa tersebut duduk sambil menyimak pelajaran yang kita
jelaskan, maka siswa itu belajar, karena pada saat menyimak pelajaran berarti
terjadi proses mental. Akan tetapi bila siswa duduk sambil melamun atau
pikirannya melayang-layang ke hal lain di luar pelajaran yang sedang diajarkan,
jelas siswa tersebut tidak sedang mencerna pelajaran yang sedang diajarkan.
Belajar tidak cukup hanya dengan cara mendengarkan
penjelasan guru. Mendengarkan atau menyimak melalui pendengaran hanya salah
satu kegiatan belajar. Belajar yang baik tidak cukup asal terjadinya akrivitas
mental saja, akan tetapi aktivitas mental dengan kadar yang tinggi.
Berikut adalah contoh aktivitas belajar:
a) Aminah
siswa Kelas V dengan penuh perhatian menyimak penjelasan guru, dan kemudian mencatatnya
pada buku catatannya.
b) Sumarni
siswa Kelas VI dengan dua orang temannya sedang serius mendiskusikan suatu
persoalan pelajaran yang diajarkan guru kepada mereka.
c) Ahmad
siswa Kelas VI bersama teman-temannya sedang tekun melakukan suatu percobaan dalam
pelajaran Sains.
Dari
ketiga aktivitas belajar tersebut aktivitas belajar tersebut yang memiliki
kadar aktivitas belajar tinggi adalah Sumarni dan Ahmad, sedangkan Aminah
kadarnya rendah.
b.
Perubahan Perilaku
Hasil belajar berupa perubahan perilaku atau tingkah
laku. Seseorang yang belajar akan berubah atau bertambah perilakunya, baik yang
berupa pengetahuan, keterampilan atau penguasaan nilai-nilai (sikap). Menurut
para ahli psikologi tidak semua perubahan periaku dapat digolongkan ke dalam
hasil belajar. Perubahan perilaku karena kematangan (misalnyanya seorang anak
kecil dapat merangkak, duduk atau berdiri, lebih banyak disebabkan oleh kematangan
daripada oleh belajar). Demikian pula perubahan perilaku yang tidak disadari
karena meminum minuman keras, tidak digolongkan ke dalam perubahan perilaku
hasil belajar. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar ialah perubahan yang
dihasilkan dari pengalaman (interaksi dengan lingkungan), tempat proses mental
dan emosional terjadi. perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan
ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu: pengetahuan (kognitifl, keterampilan
(psikomotorik) dan penguasaan nilai-nilai atau sikap (afektif). Ketiga ranah
tersebut di dalam Kurikulum 2004 terkandung dalam rumusan kompetensi.
Berikut adalah contoh rumusan tujuan pembelajaran:
Kompetensi:
Siswa memiliki kebiasaan
menggosok gigi dengan cara yang baik.
Indikator:
a)
Siswa dapat menjelaskan cara menggosok
gigi yang benar.
b)
Siswa dapat meragakan cara memegang sikat
gigi yang benar.
c)
Siswa dapat meragakan cara menggosok gigi
yang benar.
d)
Siswa dapat menjelaskan manfaat menggosok
gigi yang dilakukan setiap hari dengan cara yang benar.
e)
Siswa menyadari pentingnya menggosok gigi
untuk kesehatan gigi.
Rumusan tujuan pembelajaran nomor satu dan empat
termasuk ranah kognitif. Rumusan tujuan pembelajaran nomor dua termasuk ranah
psikomotor dan rumusan tujuan pembelajaran nomor lima termasuk ranah afektif. Oleh
karena perubahan perilaku siswa dalam proses pembelajaran menjadi sasaran atau
tujuan yang akan menjadi acuan proses yang harus dicapai maka perubahan
perilaku yang harus dimiliki siswa setelah proses pembelajaran selesai
dilaksanakan harus dirumuskan lebih dulu.
3.
Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi
di dalam interaksi antara individu dengan lingkungan, baik lingkungan fisik
maupun lingkungan sosial. Contoh lingkungan fisik ialah: buku, alat peraga, dan
alam sekitar. Contoh lingkungan sosial, antara lain guru, siswa, pustakawan dan
kepala sekolah.
Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan
yang memicu dan menantang siswa belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan
alat peraga, apalagi di kelas rendah kurang memicu siswa belajar lebih giat.
Belajar dapat melalui pengalaman langsung dan melalui pengalaman tidak
langsung. Belajar melalui pengalaman langsung, siswa belajar dengan melakukan
sendiri atau dengan mengalaminya sendiri. Sebagai contoh, bila siswa mengetahui
bahwa berat jenis minyak kelapa lebih kecil daripada berat jenis air, karena
melakukan sendiri percobaan, maka belajar seperti itu disebut belajar melalui
pengalaman langsung.
Akan tetapi bila siswa mengetahuinya karena membaca
buku atau mendengarkan penjelasan guru, maka belajar seperti itu disebut belajar
melalui pengalaman tidak langsung. Belajar dengan melalui pengalaman langsung
hasilnya akan lebih baik karena siswa akan lebih memahami dan lebih menguasai
pelajaran tersebut. Bahkan pelajaran terasa oleh siswa lebih bermakna.
Berikut adalah contoh kegiatan belajar:
a) Siswa
Kelas IV mengamati bagian-bagian bunga dari bunga-bunga yang mereka bawa dari
tempat masing-masing.
b) Siswa
Kelas III membuat bentuk persegi panjang dari kertas yang panjangnya 20 cm dan
lebar l0 cm. Kemudian di pinggir persegi panjang tersebut dibubuhkan titik pada
setiap jarak satu cm. Titik dengan titik yang berhadapan yang terdapat pada
kedua pinggir yang panjang dihubungkan dengan garis. Demikian pula titik dengan
yang berhadapan pada kedua pinggir lain. Akhirnya siswa memperoleh 200 kotak
dengan ukuran satu x satu cm. Dari kegiatan itu siswa memperoreh rumus luas
segi panjang: panjang X lebar.
c) Siswa
Kelas V sedang asyik mendengarkan penjelasan guru mengenai perjuangan para
pahlawan nasional melawan penjajah Belanda sekitar tahun 1948.
Kegiatan
belajar nomor dua siswa Kelas III memahami rumus luas persegi panjang, karena
mereka menemukan sendiri melalui pengalaman langsung, bukan kata guru dan
sementara siswa tinggal mencatatnya saja untuk dihafalkan. Lain halnya dengan
kegiatan belajar nomor tiga, mereka (siswa Kelas v itu) belajar melalui
pengalaman tidak langsung.
Kegiatan belajar nomor satu belajar melalui pengamatan
langsung. Nilainya hampir sama dengan belajar melalui pengalaman langsung
karena siswa mengamati langsung objek yang dipelajarinya.
Implikasi konsep belajar terhadap pembelajaran. Implikasi
konsep belajar yang telah diskusikan terhadap pembelajaran ialah sebagai
berikut.
a) Pada
prinsipnya, strategi pembelajaran digunakan guru untuk mengaktifkan siswa
belajar (mental dan emosional)
b) Perubahan
perilaku siswa sebagai hasil belajar harus dirumuskan secara jelas dalam
rumusan kompetensi yang mengandung tujuan pembelajaran atau indikator
(pengetahuan, keterampilan, dan sikap)
c) Guru
harus menyiapkan lingkungan belajar yang memicu dan menantang siswa belajar.
Lingkungan yang memungkinkan siswa belajar dengan melalui pengalaman langsung
atau pengamatan langsung hasilnya akan lebih baik daripada belajar dengan
meralui pengalaman tidak langsung, apalagi jika guru mengajar hanya dengan
metode ceramah tanpa menggunakan alat peraga.
B.
Prinsip
Belajar
Prinsip-prinsip
belajar yang relatif berlaku umum berkaitan dengan perhatian dan motivasi,
keaktifan, keterlibatan langsung/berpengalaman, pengulangan, tantangan, balikan
dan penguatan, serta perbedaan individual.
1.
Motivasi
Motivasi adalah tenaga yang
digunakan untuk menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi
berfungsi sebagai motor penggerak. Bila motornya tidak ada, aktivitas tidak
akan terjadi; dan bila motornya lemah, aktivitas yang terjadi pun lemah.
Menurut H.L. Petri, “motivation is the concept we use when we
describe the force action on or within an organism to initiate and direct
behavior”. Motivasi data merupakan tujuan pembelajaran. Sebagai alat,
motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil
belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam
bidang pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan.
Motivasi erat kaitannya dengan minat
siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung
tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari
bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang di
anggap penting dalam kehidupan. Nilai-nilai tersebut mengubah tingkah laku dan
motivasinya.
Motivasi dapat bersifat internal,
artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang
dari orang lain. Motivasi dibedakan menjadi dua:
a) Motif intrinsik.
Motif
intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan.
Sebagai contoh, seorang siswa dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran
di sekolah karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya.
b) Motif ekstrinsik
Motif
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada diluar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyerta. Contohnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh bukan
dikarenakan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh
keinginan naik kelas atau mendapatkan ijazah. Keinginan naik kelas atau
mendapatkan ijazah adalah penyerta dari keberhasilan belajar. Motif ekstrinsik
dapat berubah menjadi motif intrinsik yang disebut “transformasi motif”.
Sebagai contoh, seseorang belajar di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya yang menginginkan anaknya menjadi
seorang guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik, yaitu untuk menyenangkan
hati orang tuanya,tetapi setelah belajar beberapa lama di LPTK ia menyenangi
pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar untuk menjadi guru.
Jadi motif pada siswa itu semula ekstrinsik menjadi intrinsik
2.
Perhatian
Perhatian
mempunyai peranan penting dalam kegiatan belajar. Perhatian terhadap pelajaran
akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu
yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Perhatian erat sekali kaitannya dengan motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan.
Perhatian
ialah pemusatan energi psikis (pikiran dan perasaan) terhadap suatu objek.
Makin terpusat perhatian pada pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya
akan makin baik pula. Oleh karena itu guru selalu berusaha supaya perhatian
siswa terpusat pada pelajaran. Memunculkan perhatian pada suatu objek dapat
diakibatkan oleh dua hal, yaitu : 1) Orang itu merasa bahwa objek tersebut
mempunyai kaitan dengan dirinya; umpamanya dengan kebutuhan, cita-cita pengalaman,
bakat dan minat. 2) Objek itu berdiri dipandang memiliki sesuatu yang lain dari
yang lain.
Berikut
adalah contoh dari beberapa kasus:
a)
Rukiah,
salah seorang siswa di suatu sekolah dasar sangat tertarik dengan penjelasan
ibu gurunya tentang perpindahan penduduk sehingga ia sungguh-sungguh
memperhatikan pelajaran tersebut; karena ia pernah dibawa orang tuanya
berimigrasi.
b)
Sekelompok
siswa di suatu sekolah dasar pada suatu waktu mengikuti pelajaran dengan penuh
perhatian, karena guru mengajarkan pelajaran tersebut dengan menggunakan alat
peraga, yang sebelumnya guru tersebut belum pernah melakukannya.
c)
Sekelompok
siswa sedang asyik mengerjakan tugas kelompok, dalam pelajaran Sains.
Kelihatannya mereka sangat bersungguh-sungguh mengerjakan tugas tersebut.
Biasanya mereka belajar cukup dengan mendengarkan ceramah dari guru.
Ketiga contoh tersebut menggambarkan
siswa belajar dengan penuh perhatian, akan tetapi penyebabnya berbeda. Contoh
pertama, Rukiah belajar dengan penuh perhatian, karena pelajaran tersebut
memiliki kaitan dengan pengalamannya (pelajaran tersebut ada kaitannya dengan
diri siswa). Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh perhatian, karena
guru menggunakan alat peraga (cara guru mengajar lain dari kebiasaannya).
Demikian pula pada contoh ketiga, siswa belajar dengan penuh perhatian karena
guru menggunakan metode yang bervariasi (tidak hanya ceramah).
Dari uraian dan contoh tersebut
dapat disimpulkan hal-hal berikut:
a) Belajar dengan penuh perhatian pada
pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan hasilnya akan lebih baik.
b) Upaya guru menumbuhkan dan
meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai
cara, antara lain:
3.
Keaktifan
Belajar tidak dapat dipaksakan oleh
orang lain dan juga tidak dapat dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya
mungkin terjadi apabila anak aktif mengalaminya sendiri. John Dewey
mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa
untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang sendiri. Guru sekedar
pembimbing dan pengarah.
Menurut teori kognitif, belajar
menunjukkan adanya jiwa yang sangat aktif, jiwa mengolah informasi, tidak
sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. Menurut teori ini anak
memiliki sifat aktif, konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Dalam proses
balajar mengajar anak mampu mengidantifikasi, merumuskan masalah, mencari dan
menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan dan menarik kesimpulan.
Dalam setiap proses belajar siswa
selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan fisik dan
kegiatan psikis. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis,
berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Sedangkan kegiatan psikis
misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan
hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.
4.
Keterlibatan
langsung/berpengalaman
Menurut Edgar Dale, dalam
penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamannya,
mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar dari pengalaman
langsung. Belajar secara langsung dalam hal ini tidak sekedar mengamati secara
langsung melainkan harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan
bertanggung jawab terhadap hasilnya. Belajar harus dilakukan siswa secara aktif,
baik individual maupun kelompok dengan cara memecahkan masalah (problem
solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator. Keterlibatan siswa
di dalam belajar tidak hanya keterlibatan fisik semata, tetapi juga
keterlibatan emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilai, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan dalam
pembentukan keterampilan
.
5.
Pengulangan
Menurut teori psikologi daya,
belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang. Berangkat dari salah satu hukum belajarnya “law of exercise”,
Thorndike mengemukakan bahwa belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus
dan respons, dan pengulangan terhadap pengamatan-pengamatan itu memperbesar peluang
timbulnya respons benar.
Pada teori psikologi Conditioning,
respons akan timbul bukan karena oleh stimulus saja tetapi oleh stimulus yang
di kondisikan, misalnya siswa berbaris masuk ke kelas, mobil berhenti pada saat
lampu merah. Ketiga teori tersebut menekankan pentingnya prinsip pengulangan
dalam belajar walaupun dengan tujuan yang berbeda. Walaupun kita tidak dapat
menerima bahwa belajar adalah pengulangan seperti yang dikemukakan ketiga teori
tersebut, karena tidak dapat dipakai untuk menerangkan semua bentuk belajar,
namun prinsip pengulangan masih relevan sebagai dasar pembelajaran.
6.
Tantangan
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt
Lewin mengemukakan bahwa siswa dalam situasi belajar berada dalam suatu medan
atau lapangan psikologis. Dalam situasi siswa menghadapi suatu tujuan yang
ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan yaitu mempelajari bahan belajar,
maka timbullah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari
bahan belajar tersebut.
Tantangan yang dihadapi dalam bahan
belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru,
yang banyak mengandung masalah yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang
untuk mempelajarinya. Penggunaan metode eksperimen, inkuiri, diskoveri
juga memberikan tantangan bagi siswa untuk belajar secara lebih giat dan
sungguh-sungguh. Penguatan positif maupun negatif juga akan menantang siswa dan
menimbulkan motif untuk memperoleh ganjaran atau terhindar dari hukum yang
tidak menyenangkan.
7. Balikan dan penguatan
Prinsip belajar yang berkaitan
dengan balikan dan penguatan terutama ditekankan oleh teori belajar Operant
Conditioning dari B.F. Skinner. Kalau pada teori conditioning yang diberi
kondisi adalah stimulusnya, maka pada operant conditioning yang diperkuat
adalah responnya. Kunci dari teori belajar ini adalah law of effectnya
Thorndike. Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik
dalam ulangan. Nilai yang baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya, anak yang mendapat nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas. Hal ini juga bisa mendorong anak untuk
belajar lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif atau escape
conditioning. Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen,
metode penemuan dan sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang
memungkinkan terjadinya balikan dan penguatan.
8.
Perbedaan
individu
Siswa merupakan individual yang
unik, artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki
perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan belajar ini berpengaruh pada cara
dan hasil belajar siswa. Sistem pendidikan klasikal yang dilakukan di sekolah
kita kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan
pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan
rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya.
Pembelajaran klasikal yang
mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara,
misalnya:
1)
Penggunaan
metode atau strategi belajar-mengajar yang bervariasi
2)
Penggunaan
metode instruksional
3)
Memberikan
tambahan pelajaran atau pengayaan pelajaran bagi siswa pandai dan memberikan
bimbingan belajar bagi anak-anak yang kurang
4)
Dalam
memberikan tugas, hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa
BAB
III
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Belajar
memiliki tiga atribut pokok:
a. Belajar merupakan proses mental dan
emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
b. Hasil belajar berupa perubahan
perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik maupun afektif.
c. Belajar berlangsung melalui
pengalaman, baik pengalaman langsung maupun pengalaman tidak langsung (melalui
pengamatan). Dengan kata lain, belajar terjadi di dalam interaksi dengan
lingkungan (lingkungan fisik dan lingkungan sosial)
2.
Belajar
dapat terjadi secara efektif dengan memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
a. Motivasi yaitu dorongan untuk
melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik
b. Perhatian atau pemusatan energi psikis
terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi. Untuk memusatkan perhatian
siswa terhadap pelajaran, guru dapat mengaitkan pelajaran dengan diri siswa itu
sendiri (kebutuhan, minat, atau pengalaman siswa) dan atau menciptakan situasi
pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa.
c. Keaktifan, yaitu dalam setiap proses
belajar siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu dapat berupa kegiatan
fisik dan kegiatan psikis.
d. Keterlibatan langsung/berpengalaman
e.
Pengulangan.
Belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas
mengamat, menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, berpikir, dan
sebagainya. Dengan mengadakan pengulangan maka daya-daya tersebut akan
berkembang
f. Tantangan. Tantangan yang dihadapi
dalam bahan belajar membuat siswa bergairah untuk mengatasinya.
g. Balikan
dan penguatan yaitu siswa perlu sekali memperoleh balikan dengan segera,
sehingga tidak membuat kesalahan yang dapat menimbulkan kegagalan belajar.
h. Perbedaan
individu yaitu siswa belajar sebagai pribadi tersendiri, yang memiliki
perbedaan dari siswa lain.
B. Saran
Pembahasan tentang konsep dan prinsip belajar dan pembelajaran cakupannya sangat luas. Hanya keterbatasan waktu dan kemampuan penulis maka
pembahasannya dicukupkan hanya sampai disini. Oleh karena itu, penulis menyarankan kepada pembaca atau penulis lain yang
tertarik dengan masalah ini untuk
membahas masalah ini lebih lanjut dan lebih luas lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anitah, Sri, dkk. 2007.
Strategi Pembelajaran di SD Edisi 1. Jakarta: Univeritas Terbuka
Arifin, Saeful. Prinsip-Prinsip Belajar. http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/25/
prinsip-prinsip-belajar-321157.html diakses pada tanggal 8
Februari 2013
Nur, Muhammad. Konsep dan Prinsip-Prinsip
Belajar. http://mohammadnur.blogspot.
com/2013/01/makalah-konsep-dan-prinsip-prinsip.html
diakses pada tanggal 8 Februari 2013
Anonim. Prinsip-Prinsip dan Asas
Pembelajaran. http://blog.unsri.ac.id/yunifitriyah/
belajar-dan-pembelajaran/prinsip- prinsip-belajar-dan-asas-pembelajaran/mrdetail/
15206/ diakses pada tanggal 8 Februari 2013
No comments:
Post a Comment