BAB II
ISI
A.
Ilmu Pengetahuan dari Masa Ke Masa
Menurut
alih bahasa, kimia berasal dari bahasa Arab, Al-Kimia, yang berarti “perubahan
benda”. Dalam ilmu kimia, banyak ditemukan terminologi dari akar bahasa arab,
seperti Al-kana, Al-kena, Al-kuna, Al-dehide, Al-kanon, dan Al-kohol. Hal ini
tidaklah mengherankan sebab berkat jasa para ilmuan muslim abad pertengahanlah
ilmu kimia berkembang pesat. Sebut saja ilmuan muslim seperti, Jabbir Bin
Hayyan, Khalid Ibnu Yazeed, Al Jabbar, Al Goritma, dan Ar Ritmatik.
Tokoh
ilmuan yang dianggap sebagai bapak kimia moderen adalah ilmuan irlandia bernama
Robert Boyle (25 Januari 1627 hingga 30 Desember 1691). Untuk pertama kali, ia
memperkenalkan eksperimen terkontrol dengan menguji kebenaran analisisnya,
sangat kontras dibandingkan dengan metode kimia sebelumnya.
Sebenarnya,
manusia primitif telah mengenal ilmu kimia walaupun tanpa disadari. Mereka
menggunkan dua batu yang digeserkan untuk menghasilkan api pada fenomena
pembakaran. Api yang telah berhasil “diciptakan” telah digunakan untuk mengubah
suatu zat menjadi zat lain sehingga menuntun manusia pada penemuan besi dan
gelas di masa selanjutnya, yaitu di zaman besi dan zaman perunggu.
Setelah
manusia mengenal besi dan perunggu, mereka mulai mengenal logam lain, seperti
emas. Penemuan emas ini merangsang orang untuk menemukan berbagai cara untuk
membuat, merekayasa, dan mengubah emas menjadi logam lain, sehingga peradaban
manusia di masa itu sudah mengenal penggunaan ilmu kimia. Namun, tetap saja
kimia sebagai ilmu pengetahuan masih tercampur dengan hal-hal yang bersifat
metafisis, mengingat perubahan-perubahan reaksi kimia yang menyertainya belim
bisa dijelaskan secara ilmiah.
Itulah
yang disebut dengan protosains. Sains yang telah dipraktikkan oleh berbagai perdaban
manusia sepanjang sejarah yang sering bercampur dengan filsafat dan metfisis.
Dimasa pencerahan dunia islam, perlahan mistisme dan filsafat dijauhkan dari
protosians. Para tokohnya, seperti Jaber bin Hayyan, telah mengembangkan
pendekatan yang lebih sistematik dan ilmiah kini. Ilmu kimia telah dimanfaatkan
diberbagai bidang kehidupan, seperti kesehatan, lingkungan, kedokteran, bahkan
militer.
Diabad
pertengahan yang lebih dikenal dengan masa renaissance, ilmu kimia memasuki
babak baru dengan serangkaian percobaan yang dilakukan oleh Robert Hooke,
Robert Boyle, serta L. Antonie Lavoisier. Mereka bukan hanya berhasil meletakkan
prinsip dasar metode ilmiah dalam setiap penemuannya.
Disaat
yang sama, unsu-unsur kimia semakin banyak ditemukan sehingga semakin banyak
teori dan postulat yang ditemukan semakin berkembang. Seperti teori atom, hukum
kekekalan energi dan hukum tekanan gas ideal, pada tahun 1869, seorang ilmuwan
asal Rusia Dimitri Mendeleev, berhasil menyempurnakan tabel periodik unsur yang
telah dirintis oleh para ilmuwan sebelumnya. Dengan demikian, ilmu kimia
semakin berkembang cepat.
Memasuki
pertengahan abad ke-20, saat penghargaan
nobel mulai dikenalkan, para ilmuwan semakin terdorong untuk terus
mengembangkan ilmu kimia. Banyak penemuan penting dalam 100 tahun terakhir
dibidang mekanika kuantum, rekayasa genetika, fisika molekuler, hingga kimia
komutasi. Tak heran jika jurnal penelitian ilmu kimia terus menerus dfihasilkan
oleh peneliti dan ilmuwan.
B.
Pengetahuan Abad Pertengahan
Pada
abad pertengahan disinia adalah kurun waktu sejak abad ke-5 yang ditandai oleh
jatuhnya kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 hingga abad ke 15. Kekaisaran
Romawi Timur atau kekaisaran Byazantium pada
abad ke 14 tetap berlangsung, dengan ibu kotanya konstantinopel. Kedudukan
mereka ini kuat dan secara budaya terpisah dari kekaisaran kristen di eropa
Barat. Dalam kekaisaran Romawi Timur terdapat budaya yunani dengan segala
tradisinya dan mereka menolak mengakui supermasi kepausan Katolik Roma.
Keadaan
eropa seperti digambarkan diatas menyebabkan terjadinya stagnasi dalam
perkembangan pengetauan. Tidak mengherankan apabila abad-abad awal dari abad
pertengahan disebut sebagai abad kegelapan. Dua bidang pengetahuan yang masih
dianggap penting oleh para pemuka agama ialah bidang kedokteran dan pertanian.
Disamping mengembangkan pengetahuan kedoteran, beberapa orang ali telah pula
mengembangkan Al-Kimia.
Beberapa
ahli kimia yang penting pada abad ke-13 antara lain Albertus Magnus, Roger
Bacon, dan Ramon Lull.
1.
Albertus Magnus
91193-1280)
Adalah seorang ahli filsafat, astrologi dan teologi
yang juga mempunyai minat terhadap perkembangan pengetahuan kimia. Ia menulis
buku berjudul “DE Mineralibus” yang memuat antara lain hal-hal yang berhubungan
dengan ilmu kimia. Dia dianggap sebagai salah satu filsuf Jerman terbesar dan
teologi dari zaman pertengahan. Dia merupakan pelajar pertama dari zaman
pertengahan yang menggunakan filosofi Aristoteles ke dalam pemikiran kristen
pada masa itu. Sebutan sebagai dokter Universitas diberikan kepanya karena
pengetahuannya yang luas dalam berbgai bidang. Satu diantara 33 orang dengan
gelar tersebut.
2.
Roger Bacon
(1214-1294)
Roger Bacon adalah salah seorang diantara biarawan
Fransiskan yang terkenal, di zamannya, atau lebih tepatnya, segala zaman. Bacon
adalah seorang filsuf inggris yang meletakkan penekanan pada empirisisme, dan
dikenal sebagai seorang pendukung awal metode ilmiah moderen di dunia Barat,
meskipun studi-studi akhir menitikberatkan pada kepercayaannya terhadap
okultasi atau tradisi alkimia. Bacon akrab dengan koleksi karya-karya ilmiah
dan filsafat dari dunia arab, yang dengan penakhlukan dunia arab atau syria dan
mesir, mengendalikan akses ke banyak kerya-karya masa lampau.
Bacon rajin sekali mempelajari beberapa bahasa, ilmu
kimia, astronomi, matematika, dan terutama optika. Karena pengetahuannya,
sangat luas Bacon mendapat julukan Docter Mirabiis yang artinya “sarjana yang
mengagumkan”. Atas perintah paus Clement IV Bacon menulis buku semacam
ensiklopedia dengan judul karya besar, karya kecil, dan karya ketiga.
Dalam buku itu antara lain Bacon berbicara tenyang
dasar-dasar pesawat terbang, kapal bermotor, kereta, kaca mata, teleskop, dan
cara membuat mesui. Bacon mengusulkan agar kurikulum di universitas tidak hanya
mengajarkan filsafat dan teologi, tapi terutama pengetahuan esakta. Bcon juga
mencela cara berfikir yang spekulatif yang menghasilkan pengetahuan yang tidak
dapat dibuktikan kebenarannya.
Bacon berasal dari kelurga kaya, Bacon lahir
kira-kira pada tahun 1220 dan beberapa sumber mangatakan lahir pada tahun 1214.
Tempat lahirnya tidak diketahui dengan psti mungkin di Ilshester, mungkin di
Bisley.
Masa kecilnya juga tidak kita ketahui. Pada umur 13
tahun Bacon masuk universitas Oxford. Pada zaman itu anak berumur 13 tahun
memang dpat masuk universitas. Setelah kuliahnya selesai Bacon mengajarkan di
universitas itu, kira-kira pada tahun 1245 Bacon mengajarkan di universitas
Paris. Bacon memberikan kuliah tentang Aristoteles.
Dua tahun kemudian (1247) Bacon berubah hakuan. Bacon memulai tertarik pada ilmu yang dapat
dibuktikan kebenarannya, ialah ilmu yang diperoleh dari pengflaman, eksperimen,
pengukuran, dan dapat dijabarkan, dalam matematika. Bacon segera mempelajari
kimia, astronomi, matematika, dan optika. Optika adalah cabang ilmu fisika yang
mempelajari cahaya. Bacon lalu membuat semacam laboratorium. Bertahun-tahun
Bacon menyelidiki bagaimana mata dapat melihat. Bacon mengadakan beberapa
eksperimen dengan lensa dan kaca. Bacon mengadakan eksperimen di bidang kimia, yang
pada waktu itu disebut dengan alkemia. Akhirnya =Bacon dapat memberikan
petunjuk cara membuat balon udara dan mesui. Bacon jadi Mashyur, tapi banyak
musuhnya, karena Bacon suka melontarkan
kritik yang pedas dan tajam terhadap para ahli teologi dan ilmuwan yang tidak
pernah mengadakan pengamatan, eksperimen, dan pengkuran.
Ia mengembangkan pengetahuan tentang optika
berdasarkan karya seorang ahli fisika muslim yakini Ibnu Al-Haytsam yang
dikenbal dengan nama latin Al-Hazen. Disamping matematika dan fisika, Bacon
juga mengembangkan kimia. Dalam bukunya “Mirror of Archemy” ia mengemukakan
bahwa semua benda dalam alam semesta berkelanjutan mengalami proses menuju pada
keadaan sempurna.
3.
Raymond Lull
(1232-1315)
Raymonda Lull adalah soranmg ahli filsafat, sastrawan,
seniman dan seorang ahli kimia. Ia percaya bahwa “qiuntessence” atau “roh” dari
benda-benda dalam alam semesta dapat diisolasi dan dikonsentrasikan melalui
proses penyulingan. Menurutnya alkohol dapat diambil melalui jalan destilasi.
Dengan demikian alkohol hasil destilasi dapat digunakan untuk mengambil roh
dari bend-benda lain, ,isalnya tumbuhan. Dengan jalan ekstraksi oleh alkohol
tumbuhan dapat diambil rohnya, rasanya, bau harukmnya dab zat yang berguna bagi
pengobatan.
Raymont Lull telah menpelajari bahas arab di Majorea
dan filsafat islam di Bugiaa di Tunisia. Beliau tela menerjemahkan
Asma’al-Husna oleh Muhyi al-Din ibn Arabia. Ia juga ada membuat saduran dan
penyesuaian beberapa passage dari zfutuhat al-kakkiyah hingga ia sendiri boelh
menulis hal-hal benkenaan dengan sufis, akidah dan falsafah. Tetapi ia juga
yang memberikan insiatif kepada pihak kristen supaya melancarkan serangan morzl
menentang islam.
C.
Kegemilangan Ilmuwan Muslim
pada
abad pertengahan bangsa Eropa dilanda kemunduran ilmu pengetahuan di negara
islam justru mengalami kemjuan ilmu pengetahuan dengan pesat, sehingga dapat
memberikan sumbangan kemajuan bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada akhir
abad pertenganhan. Pada saat berjayanya peradaban islam semangat pencarian ilmu
sangat kental dalam kehidupan sehari-hari. Semangat pencarian ilmu yang
berkembang menjadi tradisi intelektual secara historis dimulai dfari pemahaman
(tafaqquh) terhadap al-Quran yang diwahyuka kepada nabi Muhammad saw oleh para
sahabta, tabiin, tabi’tabiin dan para ulama yang datang kemudian dengan merujuk
pada sunnah Nabi Muhammad saw. Menurut Marshall, proses pengislaman
tradisi-tradisi ini telah berubah lebih jauh dari sekedar menintegrasikan dan
memperbaiki, hal itu telah menghasilkan energi kreatif yang luar bias.
Menurutnya, periode kekhalifahan dalam sejarah islam merupakan periode
pengembangan dibidang ilmu pengetahuan, kebudayaan, diman pada zaman itu telah
melahirkan tokoh-tokoh besar dibidang filsafat dan ilmu pengetahuan seperti
ibnu Sina, Ibnu Risyd, Al-Farabi .Berebagai pusat pendidikan tempat menuntut
imu dengan perpustakaan-perpustakaan besar bermunculan di Cordova, Nisyapu,
Kiro, Bghdad, Damaskus, dan Bukhara, diaman pada saat yang sama telah
mengungguli Eropa yang tenggelam dalam kegewlapan dan selama berabad-abad.
Kehidupan kebudayaan dan poliytik baik dari kalangan orang islam maupun non
muslim pada zaman kehalifahan dilakukan dalam kerangka islam dan bahasa arab,
walaupun terdapat peradaban-peradaban agama dan suku yang plural.
Pada
saat itu umat islam telah berhasil melakukan sebuah akselerasi, jauh
meninggalkna peradanamn yang ada pada saat itu. Hidupnya tradisi keilmuan,
tradisi intelektual melalui gerakan penyelidikan yang didukung oleh kuatnya
elaborasi dan spirit pencarian, pengembangan ilmu pengetahuan yang berkembang
secara pesat tersebut, mengakibtkan terjadinya lompatan kamjuan di berbagai
bidang keilmuan yang telah melahirkan berbagai karya ilmiah yang luar biasa.
Menurut
Oliver Leaman proses penterjemahan yang dilakukan oleh ilmuwan muslim tidak
hanya menterjemahkan karya-karya Yunani secara ansich, tetapi juga mengkaji
teks-teks itu, memberi komentar, memodifikasi dan mengasimilasikannya dengan
ajaran islam. Proses asimilasi tersebut menurut Thomas Brown terjadi ketika
peradaban islam telah kokoh, sains, filsafat dan kedokteran Yunani diadaptasi
sehingga masuk kedalam lingkungan pandangan hidup islam. Proses ini
menggambarkan betapa tingginya tingkat kreativitas ilmuan muslim sehingga dari
proses tersebut telah melahirkan pemikiran baru yang berbeda sama sekali dari
pemikiran Yunani dan bahkan jadi asing bagi pemikiran Yunani.
Perkembangan
kekuasaan islam kemudian diikuti oleh perkembangan kebudayaan dan pengetahuan
diberbagai bidang sebagai hasil dari kegiatan-kegiatan intelektual. Muncullah
para ahli dalam berbagai bidang pengetahuan. Kegiatan intelektual dalam
berbagai bidang pengetahuan berawal dari kota Baghdad yang dibangun oleh
Khalifah/ bbasiyah ditepi barat sungai tigris.
Masa
kedaulatan Abbasiyah, berlangsung selama 508 tahun, sebuah rentang sejarah yang
cukup lama dalam sebuah peradaban. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan
politik, para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi
lima periode:
1.
Periode pertama
( 132H/750M – 232H/847M), disebut periode pengaruh persia pertama;
2.
Periode Kedua
(232H/847M – 334H/945M), disebut periode perngaruh Turki pertama;
3.
Periode ketiga
(334H/945M – 447H/1055M), masa kekuasaan dinasti Bani seljuk dalam pemerintahan
khalifah Abbasiyah; biasanya disebut juga masa pengaruh persia kedua;
4.
Periode keempat
(447H/1055M – 590H/1194M), masa kekuasaan dinasti Bani Saljuk dalam
pemerintahan Khalifah Abbasyiah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki Kedua;
5.
Periode Kelima
(590H/1194M – 656H/1258M), masa kalifah bebas dari pengaruh dinasti lain,
tetapi kekuasaanya hanya efektif disekitar kota Bagdad.
Masa
sepuluh khalifah pertama dari Daulat Abbasiyah merupakan masa kejayaan
(keemasan) peradaban islam, dimana baghdad mengalami kemajuan ilmu pengetahuan
yang pesat. Secara politis para khalifah betul-betul merupakan tokoh y7ang kuat
dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Disisi lain,
kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam
islam. Namun setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbas mulai
menurun dalam bidang politik, meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan terus
berkembang.
Sumbangan
ilmuwan muslim bagi dunia barat diberikan melalui pengaruh atau kekuasaan islam
di spanyol/andalusia. Awal perkembangan didasarkan pada kemampuan membaca dan
menulis al-quran, paramasatra, arab dan ilmu syiar. Universitas yang terkenal
diantaranya universitas Cordova dan Universitas Granada.
Sumbangan
ahli kimia muslim, setelah menterjemahkan dan mempelajari tulisn-tulisantentang
kimia Yunani dan Mesir, mereka para ahli kimia muslim melakukan eksperimen yang
kemudian menghasilkan zat-zat kimia yang baru dikenal antara lain asam, basa,
alkohol, dan garam. Istilah alkali untuk basa berasal dari bahasa arab
“al-kali” yang berarti abu tumbuhan, dan natrium hidroksida adalah basa penting
yang telah dibuat oleh ilmuwan muslim. Eksperimen yang mereka lakukan meliputi
antara lain destilasi, sublimasi, kristalisasi, oksidasi dan presipitasi.
Mereka juga membuat beberapa senyawa mineral yang telah disintesis antara lain;
besi, sulfat, tembaga sulfida, natrium biokarbonat dan kalium sulfida.
D.
Ilmuan Muslim Abad Pertengahan
1.
Jabir Ibnu
Hayyan
Lahir dikota peradaban islam klasik, kuffah (irak),
ilmuwan muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan. Sementara di barat ia
dikenal dengan nama Ibnu Geber. Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal
sebagai ‘syuhada’ demi penyebaran agama syi’ah. Jabir kecil menerima pendidikan
dari raja bani umayyah, khalid ibnu yazid ibnu muawiyah, dan imam terkenal,
jakaf sadiq. Ia juga pernah berguru pada barmaki vizier pada masa kekhalifahan
abbasiyah pimpinan harun al rasyid.
Ditemukannya kimia oleh jabir ini membuktikan bahwa
ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu ilmu agama, tetapi sekaligus
juga menguasai ilmu-ilmu umum. “ Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan
matematika, bangsa arab memberikan sumbangannya yang tebesar dibidang kimia”,
tulis sejarawan barat, philip K Hitti, dalam History of The Arabs. Berkat
penemuannya pula, jabir dijuluki sebagai bapak kimia modern.
Dalam karirnya, ia pernah bekerja di laboratorium
dekat Bawwadah di Damaskus. Pada Massanya iniliah, ia banyak mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan bari disekitar kimia, berbekal pengalaman dan
pengetahuan itu, sempat beberapa kali ia mengadakan penelitian soal kimia.
Namun, penyelidikan nsecara serius baru ia lakukan setelah umumnya menginjak
dewasa.
Dalam penelitiannya itu, jaber mendasari
eksperimentnya secara kualitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri,
menggunakan bahan berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani. Jabir mempunyai
kebiasaan yang cukup konstruktif mengakhirei urainnya pada setiap eksperiment.
Antara lain dengan penjelasan : “saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui
tangan dan otak saya dan saya menelitinya hingga sebenar mungkin dan saya
mencari kesalahan yang mungkin masih terpendam”.
Dari Damaskus is kembali ke kota kelahirannya,
kuffa. Setelah 200 tahun kewafatannya, ketika penggalian tanah dilakukan untuk
pembuatan jalan, laboratoriunya yang telah punah, ditemukan. Didalamnya
didapatkan peralatan kimianya yang hingga kini masih mempesona, dan sebatang
emas yang cukup berat.
Pada
perkembangan berikutnya, Jabir Ibnu Hayyan membuat instrumen pemotong ,
peleburan dan pengkristalan. Ia menyempurnakan proses dasar sublimasi ,
pengupan, pencairan, kristalisasi, pembuatan kapur, penyulingan, pencelupan,
permurnian, sematan (fixation), amalgamasi, dan oksidasi-reduksi.
Semua
ini telah ia siapkan tekniknya, praktis hampir semua “techique” kimia modern.
Ia embedakan antara penyulingan langsung yang memakai bejana kering. Dialah
yang pertama kali mengklaim bahwa air hanya dapat dimurnikan melalui proses
penyulingan. Khusus menyangkut fungsi dua ilmu dasar kimia, yakni kalsinasi dan
reduksi, Jabir menjelaskan, bahwa untuk mengembangkan kedua dasar ilmu itu,
pertama yang harus dilakukan adalah mendata kembali dengan metoda-metoda yang
lebih sempurna , yakni metode penguapan, sublimasi, destilasi, pengalarutan ,
dan penghabluran.
Setelah
itu, papar Jabir, memodifikasi dan mengoreksi teori Aritoteles mengenai logam,
yang tetap tidak berubah sejak awal abad ke 18 M. Dalam setiap karyanya , Jabir
melaluinya dengan terlebih dahulu melakukan riset dan eksperimen. Metode inilah
yang menghantarkannya menjadi ilmuwan besar Islam yang mewarnai renaissance
dunia Barat.
Namun
demikian, Jabir tetap saja seorang yang tawadlu’ dan berkepribadian
mengagumkan, “dalam mempelajari kimia dan ilmu fisika lainnya, Jabir memperkenalkan
eksperimen objektif, suatu keinginan memperbaiki ketidakjelasan sperkulasi
Yunani. Akurat dalam pengamatan gejala, dan tekun mengumpulkan fakta. Berkat
dirinya, bangsa Arab tidak mengalami kesulitasn dalam menyusun hipotesa yang
wajar, “tulius Robert Briffault.
Menurut Briffault, kimia, proses
pertama penguraian logam yang dilakukanoleh para metalurg dan ahli permata
Mesir, mengkombinasikan logam dengan berbagai campuran dan mewarnainnya,
sehingga mirip dengan proses pembuatan emas. Proses demikian, yang tadinya
sangan dirahasiakan, dan menjadi monopoli perguruan tinggi, dan oleh para
pendeta disamarkan ke dalam formula mistik biasa, di tangan Jabir bin Hayyan
menjadi terbuka dan disebarluaskan melalui penyelidikan, dan diorganisasikan
dengan bersemagat.
Terobosan
Jabir lainnya dalam bidang kimia adalah proparasi asam sendawa, hidroklorik,
asam sitrat dan asam tartar. Penekanan jabir dibidang eksperimen sistematis ini
dikenal tak ada duannya di dunia, inilah sebabnya, mengapa Jabir diberi
kehgormatan sebagai “Bapak Ilmu Kimia Modern” oleh sejawalnya diseluruh dunia,
dalam tulisan Max Mayerhaff, bahkan disebutkan, jika ingin mencari akar
pengembangan ilmu imia di daratan Eropa maka carilah langsung ke karyakarya
Jabir Hayyan.
Ia
terus mengembangkan ilmuannya sampai batastak tertentu, dalam hal teori
keseimbangan misalnya, diakui para ilmuwan modern sebagai terobosan baru dalam
prinsip dan praktik alkemi dari masa sebelumnya, sangat spekulatif, dimana
Jabir berusaha mengkaji keseimbangan kimiawi yang ada didalam suatu interaksi
zat-zat bverdasarkan sistem numerolohi (studi mengenai arti klenik dari sesuatu
dan pengaruhnya atas hidup manusia) yang diterapkannya dalam kalitan dengan
alfabet 28 huruf Arab untuk memperkirakan proporsi almiah dari produk sebagai
hasil reaktan yang beraksi. Sistem ini niscaya memiliki arti esoterik, karena
kemudian telah menjadi pendahulu penulisan jalannya reaksi kimia.
Jelas
dengan ditemukannya proses pembuatan asam anorganik oleh Jabir telah memberikan
arti penting dalam sejarah kimia. Diantaranya adalh hasil penyulingan tawas,
amonia khlorida, potasium nitrat dan asam sulferik. Berbagai jenis asam
diproduksi pada kurun waktu eksperimen kimia yang merupakan bahan material
berharga untuk beberapa proses insdustrial. Penguraian beberapa asam terdapat
didalam salah satu manuskripsnya berjudul Sandaqal-Hikmah (Rongga Dada
Kearifan).
Seluruh
karya Jabir Ibnu Hayyan lebih dari 500 studi kimia, tetapi hanya beberapa yang
sampai pada zaman Renaissance. Korpus studi kimia jabir mencakup penguraian
metode dan peralatan dari perbagai pengoperasian kimiawi dan fisikawi yang
diketahui pada zamannya, diantara bukunya yang terkenal adalah Al Hikmah Al
Falsafiyah yang diterjemahkan kedalam bahasa Latin berjudul Summa Perfecdonis.
Suatu
pernyataan dari buku ini mengenai reaksi kimia adalah : “air raksa (merkuri)
dan belerang (sulfur) bversatu membentuk satu produk tunggal, tetapi adalah
salah membentuk satu produk ini sama sekali baru dan merkuri serta sulfur
berubah keseluruhannya secara lengkap. Yang benar adalh bahwa, keduaanya
empertahanan karakteristik alamiahnya, dan segala yang terjadi adalah sebagian
dari kedua bahan itu berinteraksi dan bercampur, sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin membedakannya secara seksama, jika dikehendaki mamisahkan bagian bagian
terkecil dari katagori itu oleh instumen khgusus, maka akan tampak bahwa tiap
welemen (unsur) mempertahankan karakteristik teoretisnya, hasilnya adalah suatu
kombinasi kimiawi anatara unsur yang terdapat dalam keadaan keterkaitan permanen
tanpa perubahan karakteristik dari masing-masing unsur.
Ide-ide
eksperimen Jabir itu sekarang lebih dikenal/dipakai sebagai dasar untuk
mengklafikasikan unsur-unsur kimia, utamanya pada bahan mental, nonmetal dan
penguraian zat kimia. Dalam bidang ini, ia merumuskan tiga tipe berbeda dari
zat kimia berdasarkan unsur-unsurnya :
1.
Air
(spirits), yakni yang mempengaruhi
penguapan pada proses pemanasan , seperti pada bahan camphor, arsenik
dan amonium klorida
2.
Metal
seperti pada emas, perak, timah tembaga, besi, dan
3.
Bahan
campuran, yang dapat dikonvensi menjadi semacam bubul
Sampai abad pertengahan
risalah-risalah Jabir di bidang ilmu kimia termasuk kitabnya yang masyhur,
yakni Kitab Al-Kimnya dan Kitab Al Sa’een, telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin. Terjemahan Kitab Al
Kimnya bahkan telah diterbitkan oleh ilmuwan Inggris, Robert Chester pada 1444,
dengan judul The Book of the Composition of Alchemy. Smentara buku kedua Kitab
al Sab’een, di terjemahkan oleh Gerard Cremona.
Berikutnya di tahun 1678, ilmuan inggris lainnya,
Richard Russel, mengalihbahasakan karya jabir yang lain dengan judul Summa of perfection. Berbeda dengan
pengarang sebelumnya, Richardlah yang pertama kali menyebut jabir dengan
sebutan Geber, dan memuji jabir sebagai seorang pangeran arab dan filsuf. Buku
ini kemudian menjadi sangat populer di eropa selama beberapa abad lamanya. Dan
telah pula memberi pengaruh pada evolusi ilmu kimia modern. Karya lainnya yang
telah diterbitkan adalah :kitab
al-rahmah, kitab al tajmi, al zilaq al sharqi, book of the kingdom, book of
eastern mercury, dan book of balance (ketiga buku terakhir diterjemaqhkan
oleh Berthelot). “didalamnya kita menemukan pandangan yang sangat mendalam
mengenai metode riset kimia”, tulis George Sarton. Dengan prestasinya itu,
dunia ilmu pengetahuan modern pantas berterima kasih padanya.
Ketika jabir bin hayyan dijuluki sebagai bapak kimia
dan penggasnya, maka ar razi yang telah mengembangkan kimia dan banyak
menetapkan rumusan-rumusan ilmiahnya dan peralatan yang dipergunakan dalam hal
itu, serta banyak mengarang buku-buku penting, tidak mungkin kecuali dijuluki
sebagai penggas kimia modern. Dia telah mendahului Lovoisier (1743M – 1794M)
dan memudahkan tugasnya dalam mewujudkan berbagai penemuan baru dalam ilmu yang
penting ini, mari kita liat penemuan ar-razi, lalu kita menyimpulkannya;
1. Dalam buku-buku yang dikarangnya, Ar-razi memaparkan
secara detil lebih dari dua puluh peralatan kimia yang digunakan pada masanya, baik yang terbuat dari kaca
maupun logam.
2.
Dalam buku-buka
yang dikarangnya, dia membagi bahan-bahan kimia kepada empat kategori, yaitu;
logam, nabati, hewani dan campuran. Kemudian membagi cabang-cabangnya sesuai
dengan keistimewaan masing-masing.
3.
Dia berhasil
memadukan sebagai zat asam, di antarannya adalah sulfur yang kemudian namanya
diarabkan menjadi “zait az-zaj”. Kadang-kadang juga disebut “albir al-kabir”.
4.
Dia mampu
mengeluarkan alkohol dari tetesan tajin dan gula yang telah menjadi khamr,
kemudian dia menggunakannya untuk pengobatan dan berbagai keperluan medis
lainnya, dari buku-buku kimia arab, orang barat mengetahui nama alkohol dan
menyebutnya dalam bahasa latin alkohol.
5.
Ar-razi mampu
mengukurkadar jenis minuman keras dengan menggunakan skala khusus yang disebut
dengan skala alami, dan ini salah satu diantaranya penemunya.
2.
Al-Kindi
Seorang filsuf yang berasal dari suku kindah.
Keluarga bangsawan putra dari gubernur kuffah di masa pemerintahan khaliffah
al-mahdi (775-758 M) dan khalifah harun ar-rasyid (785-809 M). Banyak sumbanganya terhadap perkembangan
ilmu pengetahuan. Lebih dari 240 karya yang pernah dihasilkan dibebagai
disiplin ilmu termasuk politik, kimia, matematika, astronomi, filsafat, fisika
dan kedokteran. Keluasannya ilmunya terlihat sejak muda terutama saat berangkat
ke baghdad yang saat itu sebagai salah satu pusat peradaban ilmu agaman dan
umum. Kemudian bergabung dalam baitul hikmah, yakni lembaga ilmu pengetahuan
yang didirikan oleh khalifah al-ma’mun pada tahun 813 M.
Lembaga ini berupaya untuk memajukan dan
pengembangan dunia ilmu pengetahuan, diatarannya menjelaskan dunia ilmu
pengetahuan, diantarannya menjelaskan dan menterjemahkan karya-karya ilmiah
para ilmuwan yunani yang berguna sebagai refrensi bagi kalangan ilmuwan
muslimah. Selain bergabung dalam baitul hikmah, sebagai wujud dari kecintannya
pada ilmu pengetahuan, al-kindi juga mendirikan per[pustakaan pribadi yang
bernama al-kindiah. Namun kemudian disita pada khalifah al-mutawakkil dan
diberikan kepada keluarga bani musa (ahli matematika) namun dikembalikan lagi
kepada al-kindi.
Al-kindi bukan pribadi statis yang menyukai dan
mempelajari satu subyek ilmu. Al-kindi mengetahui bahwa ilmu allah meliputi
langit dan bumi serta tidak mampu dan tidak habis bila ditulis dalam hamparan
bumi. Karena itu banyak ilmu lain yang dipelajari seperti ilmu hitung maupun
ilmu astronomi. Karya yang dihasilkan diantarannya Risalah Fi Madkhal ila al-aritmathiqi (suatu pengantar ilmu hukum),
Risalah fi al-kammiyat, al- mudhafah (jumlah relatif), Risalah fi istikhraj
alat wa amaliha yustakhraj biha ab’ad al-jram (susunan sebuah instrumen untuk
menentukan besarnya object-object yang diamat). Dibidang musikpun al-kindi
termasuk menghasilkan berbagai teori musik termasuk dalam pemberian kunci nada
serta gelombang bunyi. Pendapatnya yang pernah menjadi perdebatan ulama adalah
masalah filsafat yang dianggapan tidak bertentangan dengan al-quran. Selain
itu, sebagai filsuf, al kindi dikenali sebagai ahli kimia yang berhasil
menciptakan sejumlah alat perang, minyak wangi maupun perhiasan. Pada tahun
1950 ditemukan 25 risalah al-kindi yang kemudian dibukukan dalam Rasa’il
al-kindi al-falsafiyyah.
3.
Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi
Dikenal sebagai Rhazes
di dunia barat merupakan salah seorang pakar sains Iran. Ar-Razai juga
diketahui sebagai ilmuwan serba bisa dan dianggap sebagai salah satu ilmuwan
terbesar dalam Islam. Dia hidup antara tahun 864-930. Ia lahir di Rayy, Teheran
pada tahun 251 H/ 865 dan wafat pada tahun 313 H/ 925.
Ar-Razi
sejak muda telah mempelajari filsafat kimia, matematika dan kesastraan. Dalam
bidang kedokteran, ia berguru pada Hunayn bin Ishaq di Baghdad. Sekembalinya ke
Teheran, ia dipercaya untuk memimpin sebuah rumah sakit di Rayy. Selanjutnya ia
juga memimpin rumah sakit Muqtadari di Baghdad.
Kontribusi
dalam Bidang Kedokteran
Sebagai seorang dokter utama di rumah
sakit di Baghdad, ar-Razi merupakan orang pertama yang membuat penjelasan
seputar penyakit cacar : “Cacar terjadi ketika darah ‘mendidih’ dan terinfeksi,
dimana kemudian hal ini akan mengakibatkan keluarnya uap. Kemudian darah muda
(yang kelihatan seperti ekstrak basah di kulit)
berubah menjadi darah yang makin banyak dan warnanya seperti anggur yang
matang. Pada tahap ini, diperlihatkan dalam bentuk gelembung pada wine. Penyakit
ini dapat terjadi tidak hanya pada masa kanak-kanak, tapi juga masa dewasa.
Cara terbaik untuk menghindari penyakit ini adalah mencegah kontak dengan
penyakit ini, karena kemungkinan wabah cacar bisa menjadi epidemi.”
Diagnosa
ini kemudian dipuji oleh Ensiklopedia Britanika (1911) yang menulis:
“Pernyataan pertama yang paling akurat dan terpercaya tentang adanya wabah
ditemukan pada karya dokter Persia pada abad ke-9 yaitu Rhazes, dimana dia
menjelaskan gejalanya secara jelas, patologi penyakit yang dijelaskan dengan
perumpamaan fermentasi anggur dan zara mencegah wabah tersebut.”
Buku
ar-Razi yaitu Al-Judari wal-Hasbah
(Cacar dan campak) adalah buku pertama yang membahas tentang cacar dan campak
sebagai wabah yang berbeda. Buku ini kemudian diterjemahkan belasan kali ke
dalam Latin dan bahasa Eropa lainnya. Cara penjelasan yang tidak dogmatis dan
kepatuhan pada prinsip Hippokrates dalam pengamatan klinis memperlihatkan cara
berpikir ar-Razi dalam buku ini.
Penemuan
ilmiah dan Pemikiran Ar-razi
Ar-Razi memiliki
penemuan besar dalam bidang kedokteran dan kimia. Dia memiliki hasil studi
penting dan bernilai dalam bidang filsafat. Dia menulis sebanyak kurang lebih
200 buku. Bahkan, sebagian ada yang memastikan bahwa buku yang dikarangnya
berjumlah 224 buku. Ada juga yang mengatakan sebanyak 232 buku. Kebanyakan dari
buku-buku ini ditulis dalam bidang kedokteran, farmasi, kimia dan filsafat. Di
samping itu, buku karangannya yang lain juga ditulis dalam ilmu astronomu,
fisika, matematika, musik dan ilmu-ilmu keagamaan. Pada bidang farmasi, ar-Razi
juga berkontribusi membuat perlatan seperti tabung, spatula dan mortar. Ar-razi
juga mengembangkan obat-obatan yang berasal dari merkuri.
Perkembangan fisika dan
astronomi dalam kurun waktu yang bersamaan dengan abad pertengahan di Eropa, di
dunia Islam terjadi pula perkembangan yang menarik dalam bidang fisika dan
astronomi. Beberapa orang yang ikut menyumbangkan pengetahuan dan pemikirannya
dalam pengembangan fisika antara lain:
4. Al-Biruni
Abu Raihan Al-Biruni merupakan
matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia,
filsuf, pengembara, sejarawan, ahli farmasi dan guru, yang banyak menyumbang
kepada bidang matematika, filsafat, obat-obatan. Abu Raihan Al-Biruni
dilahirkan di Khawarazmi, Turkmenistan atau Khiva di kawasan Danau Aral di Asia
Tengah yang pada masa itu terletak dalam kekaisaran Persia. Dia belajar
matematika dan pengkajian bintang dari Abu Nashr Mansur. Abu Raihan Al-Biruni
merupakan teman filsuf dan ahli obat-obatan Ali Abu Hussain Ibn Abdallah Ibn
Sina/ Ibnu Sina sejarawan, filsuf dan pakar etik Ibnu Miskawaih, di Universitas
dan pusat sains yang didirikan oleh putera Abu Al Abbas Ma’mun Khawarazmshah.
Dalam
bidang fisika Al-Biruni mengemukakan pendapatnya bahwa semula benda mengalami
gaya gravitasi ke arah pusat bumi. Pendapat ini telah ia kemukakan lebih dari
500 tahun sebelum Newton mengembangkan teori gravitasi. Di samping itu ia juga
telah menemukan cara menghitung berat jenis suatu benda padat. Ia juga telah
mengemukakan pendapatnya bahwa semua materi dapat mengalami perubahan bentuk
atau wujud namun massa total materi tersebut tetap sama.
5.
Ibnu Al-Haytsam
Nama
lengkapnya Abu Ali al-Hasan bin al-Hasan bin al-Haytsam al-Basri al-Misri juga
dikenal dengan nama latin al-Hazen, Avennethar, Aveneta. Ia lahir di Basra
sekitar tahu 354 H/ 9965 M. Tetapi hedaknya ia dibedakan dengan al-Hazen lain
yang pernah menerjemahkan karya Ptelemaious, “Almages”, pada abad ke-10 M. Ibnu
Al-Haytsam adalah salah seorang ahli matematika ulung serta ahli fisika terbaik
yang paling disegani sejak abad ke-11 M. Di masa hidupnya ia juga tercatat
sebagai ahli fisika yang pertama di kalangan Islam.
Dalam
“Uyumul Ariba fi Thabaqat al Attiba”, disebutkan bahwa karyanya mencapai 200
judul karya ilmiah. Tulisannya meliputi bidang optik, matematika, farmakologi,
fisika dan filsafat. Lewat karyanya itulah dapat diketahui betapa
pengetahuannya tentang penulis-penulis Yunani amat dalam dan luas, khususnya
tampak dalam bahasan dan kritik-kritiknya terhadap Ptelemaious. Teori-teori
optiknya jauh lebih tinggi dari apa yang dihasilkan Ptolemeus dan berpengaruh
besar terhadap ilmuwan-ilmuwan Eropa di zaman renaissance dan sesudahnya,
seperti Roger Bacon, Leonardo da Vinci, John Kepler, Descartes dan lain-lain.
Bahkan menurut John William Draper dalam “History of The Intellectual
Development of Europe” al-Hazen merupakan orang pertama yang memperbaiki
kekeliruan konsep Yunani tentang pengelihatan. Keterangannya tidak didasarkan
pada hipotesa dan perkiraan belaka, tetapi pada penyelidikan anatomi dan
pembahasan geometris. Di antara karya-karyanya antara lain:
1. “Maqalah
fi Istikhraj Samt al-Qiblat”, di dalamnya ia menyusun teorema kotangen seperti
yang kita kenal sekarang ini.
2. “Maqalah
fi Hayat al-Alam”, buku ini diterjemahkan ke dalam dua bahasa Hebrew dan juga
diterjemahkan ke dalam tiga bahasa Latin yag salah satu di antaranya di edit
oleh J. Millas dengan judul “Las Traduciones Oriens tales”, sedang yang lainnya
ke dalam bahasa Persia dan Castilis. Buku inilah yang kemudian berpengaruh
besar pada tokoh-tokoh penerusnya. Misalnya pada karya-karya Ibnu Rusyd, al
Jaghmini, al Kazwini dan Peurbach.
3. “Kitab
fi al-Manasit” (Kamus optika). Karya ini diulas dengan amat jelas oleh
Kamaluddin al-Farisi, lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan diterbitkan pada
tahu 1572 M di Basla oleh Frederick Risner dengan judul “Thesaurus Opticus”
atau “Opricae Thesaurus of al-Hazen”. Penulis-penulis abad pertengahan yang
memperdalam studinya tentang ilmu-ilmu mata, menggunakan buku ini sebagai
pegangan. Di antara mereka adalah Roger Bacon, Pole Witelo (Vitellio), Leonardo
da Vinci dan Johann Keppler. Bahkan sebuah buku dikarang oleh Johann Keppler
yaitu “Ad vitellionum Parapomena’, yang diterbitkan pertama kali di Frankfurt
pada tahun 1604 M, didasarkan sepenuhnya pada karya al-Hazen (Ibnu al-Haytsam).
4. “FI
al-Maraya al-Muhriqah bi ad-Dawa’ir”, yang diterjemahkan oleh E. Wiedemann
dalam “Bibliotheca Mathematica” tahun 1910 M.
5. “Maqalah
Daw al-Kamar” merupakan sebuah karya penting yang menguraikan sejumlah
gagasan-gagasan terperincinya mengenai cahaya, warna-warna dan gerak-gerak
langit (The Celestia Movement).
6. “Fi
al-Marava al-Muhriqah bi al-Kuru”, sebuah buku tentang cermin-cermin parabolik,
juga diterjemahkan oleh Wiedemann da J.L. Haiberg dalam “Bablioteheca
Mathematica”, tahun 1910 M.
7. “Fi
anna al-Qura Awsa al-Asykal al-Mujasama Allati ihatuha Mutasawiya wa anna ad
Da’ira Awsa al-Asykal al-Musattaha allati thatuha Mutawasiya”, Buku ini
diterjemahkan dan dibahas oleh H. Dilgan pada tahun 1959 M. Dalam buku tersebut
alhaytsam menunjukkan bahwa dari dua poligan (segi banyak) tetap yang
digambarkan dalam suatu lingkaran yang sama, mempunyai jumlah sisi yang lebih
banyak, maka juga akan mempunyai permukaan dan garis keliling (perimeter) yang
lebih luas pula.
8. “Fi
Surat al-Kasuf”, merupaka buku yang pertama kali meguraikan dengan terperinci
mengenai penggunaan kamera obscura pada pengamatan gerhana-gerhana matahari.
Ini diterjemahkan oleh F. Wiedemann oada tahun 1914 M.
9. “Dzawahir
al-Fasaq” (tentang gejala-gejala senjakala). Terjemahan bahasa latinnya masih
ada, namun naskah aslinya sudah dianggap hilang karena dibakar oleh kardinal
Ximenez Cisneros di Spanyol, yang membenci ilmu pengetahuan.
10.
“Fi Kayfiyyaf al-Jzlal” diterjemahkan
secara ringkas oleh E. Wirendemann pada tahun 1970 M.
11.
“Fi Atsar alladzifi al-Kamar”
diterjemahkan oleh C. SchoyHannover tahun 1925 M.
12.
“Fi ad-Daw”, pada tahun 1882 diedit oleh
E. Baartmann serta diedit di Kairo pada tahun 1936 M.
13.
“Fi al-Makan”, terjemahan ringkasannya
oleh F. Wiedemann pada tahun 1909 M.
14.
“Fi Istikhraj Mas’alah Adadiyyah” juga
diterjemahkan oleh E. Wiedemann pada tahun 1909 M.
15.
“Fi al-Ma’lumat”, diterjemahkan oleh
L.A. Sedillot pada tahun 1834 M.
16.
“Fi Misahat al-Mujassam (al-Jism)
al-Mukaff, diterjemahkan oleh H. Sater dalam “Biblitheca Mathematica”, pada
tahun 1912 M.
17.
“Fi Irtita’ al-Kutb” diterjemahkan oleh
C. Schoy dalam “De Zee” tahun 1920 M.
18.
“Libe de Crepusculis et Nubium
Ascensionibus”, buku ini diterjemahkan bersama dengan naskan “De Crepusculis”,
karangan Pedro Nunnes (Lisbon 1542) serta dicetak ulang oleh Frederick Risner
sebagai sebuah appendix buku “The saurus”.
Di
samping sumbangannya seperti disebutkan di atas, al-Haytsam Ibnu al-Haytsam
juga memberikan sumbangan dalam memahami gejala-gejala atmosfer seperti
senjakala (twilight), memberi gambaran yang jelas tentang mata dan pengelihatan
dengan baik bahwa sinar timbul pada obyek yang terlihat dan bukan pada mata,
seperti anggapan para filsof Yunani Kuno. Ibnu al-Haytsam juga telah berusaha menerangkan menerangkan seacara
jelas tentang fisibnocular (pengamatan dengan menggunakan teropong) serta
penggunaan kamera, yang secara eksperimental memperlihatkan bahwa sinar
melintas lurus. Ini sebenarnya bermula dari eksperimennya yang dilakukan dengan
melalui berbagai macam bantuan yang ternyata kemudian menjadi kaca. Dari
sinilah ia mendapatkan kaca bumi. Kacamata, kaca mikroskop dan kaca teleskop
yang kita kenal sekarang ini, sesungguhnya merupakan hasil eksperimen ibnu
al-Haytsam.
Seperti halnya Ibnu Sina dan al-Biruni,
Ibnu al-Haytsam menegaskan bahwa sinar cahaya bergerak mulai obyek dan berjalan
menuju mata., benda akan terlihat karena memantulkan sinar kepada mata, jadi
retina mata merupakan tempat penglihatan dan bukan yang mengeluarkan cahaya.
Ini kebalikan dari apa yang pernah dijelaskan oleh teori Eukildes, Ptolemaios
dan al-Kindi bahwa benda akan terlihat karena mata memancarkan sinar kepada
benda. Ia lalu menemukan bentuk lengkung yang ditembus cahaya ketika berjalan
di udara (penyimpangan spheric) dan dengan begitu dia menetapkan bahwa bima
sakti (the milkyway) sangat jauh terpencil dan planet bumi serta tidak
mempunyai atmosfir karena tidak memilki parallax.
Sebagai seorang ilmuwan, Ibnu al-Haytsam
diabadikan namanya oleh George Sarton dan Dr. Donaid dengan menyebutnya sebagai
“The Greatest Student of Optics of All Time” (ilmuwan terbesar di bidang optik,
sepanjang zaman) karena telah banyak sekali melakukan riset di bidang fisiologi
optik dan geometri. Ia juga berhasil membuat cermin-cermin parabola dan sferis
(bulat), serta menemuka perbandingan antara sudut datang dan sudut pergi
(bias), pada bidang-bidang datar (sehingga karya-karyanya merupakan hasil
penelitia yang jauh mendahului karya-karya lain di Barat mengenai sifat-sifat
lensa).
Selain itu, al-Haytsam juga menemukan
kaca fokus yang mengantar dunia masuk ke dalam ilmu dioptik pengetahuan tentang
daya cahaya, teori dioptik ditentukannya lewat serangkaian percobaan melebur
berbagai macam logam dan kristal. Kemudian berkembang pesat yang pada akhirnya
mengantarkan abad modern kepada kamera obsecura-kamera buram yang digunkan
fotografi. Dan dia pulalah yang menemukan lewat teorinya yang terkenal tentang
refraksi atmosfer bahwa pembiasan cahaya akan menyimpang sesuai kerapatan
(densitas) atmosfer dan bahwa kerapatan atmosfer juga akan berubah sesuai
dengan ketinggian atau tinggi rendahnya permukaan air laut.
Dan karya-karyanya yang pernah ditulis,
terutama buku “optics” ternyata telah banyak mendasari dan mempengaruhi
karya-karya optik Roger Bacon serta penulis-penulis Barat lainnya, seperti
Leonardo da Vinci Pole Witello (Vitello) dan Johannn Keppler. Penemuan besarnya
yang lain adalah mengenai arah jalannya garis miring (curviliniair) suatu sinar
cahaya yang melalui atmosfer.
Studi dan eksperimen di bidang optik dalam
laboratorium optik yang dibangunnya sehingga berhasil menemukan
rumus-rumus ilmu cahaya (optik) dan
geometri, kemudian dilanjutkan oleh ilmuwan-ilmuwan sesudahnya seperti Robert
Grasseteste dan Roger Baconn pada abad ke-13 M. Tak lama kemudian setelah
mereka meninggal, sebuah eksperimen optik dilakukan yang pada akhirnya
membuahkan penemuan berupa kacamata pembesar yang dasarnya adalah pembesaran
sebuah obyek oleh lensa-lensa, yang hal ini telah diketahui lebih dulu oleh
Ibnu al-Haytsam. Padahal sebelumnya, yakni pada masa-masa Yunani purba belum
pernah tercatat.
Fakta
ini dapat kita simak dalam bukunya “Neraca Hikmah” yang di dalamnya ia meneliti
suatu pembiasan cahaya dengan menggunakan alat/media perantara, misalnya air
dan udara. Teori yang dikemukakannya kemudian berhasil membawa dunia kepada
pengetahuan tentang kaca lensa pembesar, yang 600 tahun setelah itu dicoba oleh
Sneel dan Descrates tapi tidak berhasil . Tiga abad setelah teori al-Haytsam
lahir, barulah orang dapat mempraktekkannya di Italia.
Teori-teori
optik Ibnu al-Haytsam merupakan sebuah teori yang berpengaruh dan
menggoncangkan, sampai sekarang ini. Apalagi dalam penemuannya, ia dapat
mengawinkan cermin-cermin bulat dan parabola, serta menemukan suatu metode
untuk mendapatkan fokus. Karena itu keberhasilan Roger Bacon (1214-1294 M), dan
sarjana-sarjana Barat lainnya dalam pekerjaan mereka, sesungguhnya juga
merupakan prestasi tersendiri bagi Ibnu al-Haytsam. Karya-karyanya yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Italia dan Latin oleh Kapiler dijadikan sebagai
suatu pegangan yang dapat diandalkan dalam riset-risetnya. Begitu pula Leonardo
da Vinci (1452-1519) telah mengetahui dan menggunakan karya-karya Ibnu Haytsam.
6.
Ibnu Sina
Abu Ali Husein
bin Abdillah bin Hasan bin Ali bin Sina, yang dikenal dengan sebutan Ibnu Sina
(980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna
di Dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan dan juga dokter kelahiran
Persia (sekarang sudah menjadi bagian Uzbekistan). Ibnu Sina lahir pada 980 di
Afsyahnah daerah dekat Bukhara, sekarang wilayah Uzbekistan (kemudian Persia)
dan meninggal pada bulan Juni 1037 di Hamadan, Persia (Iran).
Ia
juga seorang penulis yang produktif dimana sebgaian besar karyanya adalah
tentang filosofi dan pengobatan. Bagi banyak orang, beliau adalah “Bapak
Pengobatan Modern” dan masih banyak lagi sebutan baginya yang kebanyakan
bersangkutan dengan karya-karyanya di bidang kedokteran. Karyanya yang sangat
terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang kedokteran
selama berabad-abad.
Dia
adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa pokok bahasan besar. Banyak di
antaranya memusatkan pada filosofi dan kedokteran. Dia dianggap oleh banyak
orang sebagai “bapak kedokteran modern”. George Sarton menyebut Ibnu Sina
“ilmuwan paling terkenal dari Islam dan salah satu yang paling terkenal pada
semua bidang, tempat dan waktu.” Pekerjaannya yang paling terkenal adalah The
Book of Healing dan The Canon of Medicine, dikenal juga sebagai Qanun (judul
lengkap: Al-Qanun fi At Tibb).
Demikian
pula pada abad pertengahan, astronomi di dunia Islam berkembang ilmu seperti
yang ada sekarang. Hal ini terjadi karena adanya dukungan oleh pemerintah pada
masa itu baik yang berupa kebijakan, sarana maupun finansial. Khalifah
Al-Ma’mum yang memerintah antara tahun 813-833 telah membangun sebuah
observatorium pada tahun 829 di kota Bagdad. Suatu fakta bahwa pada
observatorium di kota Mosul, Irak terdapat sebuah perpustakaan yang memiliki
sekitar 400.000 buah buka, ini menunjukkan adanya penelitian dalam bidang
astronomi yang hasilnya telah disumbangkan oleh ilmuwan Muslim bagi kemajuan
ilmu pengetahuan Pers ilmuwan yang memberikan sumbangan antara lain:
7.
Al-Farghani
Adalah
ahli astronomi muslim yang berasal dari uzbekistan. Di dunia barat ia dikenal
dengan nama Alfraganus kota Bagdad. Dengan ketekunannya dalam melakukan
observasi itu, ia berhasil menghimpun data tentang apoge, yaitu titik terjauh
dan prige yaitu eksperimen titik terdekat pada lintasan benda-benda angkasa
dari bumi. Makin lonjong bentuk lintasannya, makin besar perbedaan anatara
apoge dan prigee. Ia juga pernah melakukan eksperiment untuk menentukan
diameter bumi.
Karya-karya
utamanya masih tersimpan dengan baik di Oxford, Paris, Kairo dan diperpustakaan
Princeton University dengan berbagai macam judul. Banyak pula buku-bukunya
diterjemahkan kedalam bahasa Latin dan Ibrani yang kemudian disebarkan
keseluruh daratan Eropa. Inilah yang membuat Al-Farghani dikenal sebagai
pelopor ilmu astronomi.
8.
Al-Battani
Abu Abdal’ah
Muhammad Ibn Jabir Ibn Sinan Al-Battani. Ia lebih dikenal dengan panggilan
Al-Battani atau Aibatenius. Hasil pemikirannya dalam bidang astronomi yang
mendapatkan pengakuan dunia adalah lamanya bumi mengelilingi bumi. Berdasarkan
perhitungannya, ia menyatakan bahwa bumi mengelilingi pusat tata surya tersebut
dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Perhitungannya mendekati
dengan dengan perhitungan terakhir yang dianggap lebih akurat.
Itulah
hasil jerih payahnya selama 42 tahun melakukan penelitian yang diawali pada
masa mudanya di Raqqa, Suriah. Ia menentukan bahwa garis bujur terjauh matahari
mengalami peningkatan sebesar 16,47 derajat sejak perhitungan yang dilakukan
oleh Ptomely. Ini membuahkan penemuan yang penting mengenai gerak lengkung
matahari. Al Battani juga menentukan secara akurat kemiringan ekliptik,
panjangnya musim, dan orbit matahari. Ia pun bahkan berhasil menemukan orbit
bulan dan planet dan menetapkan teori baru untuk menentukan sebuah kondisi
kemungkinan terlihatnya bulan baru. Ini terkakit dengan pergantian dari sebuah
bulan ke bulan lainnya.
Penemuannya
mengenai garis lengkung bulan dan matahari, pada tahun 1749 kemudian digunakan
oleh Dunthorne untuk menentukan gerak akselerasi bulan. Dalam bidang
matematika, Al Battani juga memberikan kontribusi gemilang terutama dalam
trigonometri. Laiknya, ilmuwan Muslim lainnya, ia pun menuliskan pengetahuannya
di kedua bidang itu ke dalam sejumlah buku.
Bukunya
tentang astronomi yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij. Buku ini
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin pada abad ke -12 dengan judul De Scienta
Stollerum a De Numeris Stellerum et Motibus oleh Plato dari flvoli. Terjemahan
buka tersebut tak melulu dalam bahasa latin tetapi juga bahasa lainnya.
Terjemahan
ini keluar pada 1116 sedangkan edisi cetaknya beredar pada 1537 dan pada 1645.
Sementara terjemahan karya tersebut ke dalam bahasa Spanyol muncul pada abad
ke-13. Pada masa selanjutnya baik terjemahan karya Al Battani dalam bahasa
Latin maupun Spanyol tetap bertahan dan digunakan secara luas. Tak heran bila
tulisannya, sangat memberikan pengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan di
Eropa hingga datangnya masa pencerahan. Dalam Fihrist, yang dikompilasi Ibn
An-Nadim pada 998, karya ini merupakan kumpulan Muslim dan dinyatakan bahwa Al
Battani merupakan ahli astronomi yang memberikan gambaran akurat mengenai bulan
dan matahari.
Informasi
lain yang tertuang dan Fihrist menyatakan pula bahwa Al Battani melakukan
penelitian antara tahun 877 dan 918. Tak hanya itu, di dalamnya juga termuat
informasi mengenai akhir hidup sang ilmuwan ini. Fhirist menyatakan bahwa Al
Battani meninggal dunia dalam sebuah perjalanan dari Raqqa ke Baghdad.
Perjalanan ini dilakukan sebagai bentuk protes karena ia dikenai pajak yang
berlebih. Al Battani memang mencapai Baghdad untuk menyampaikan keluhannya
kepada pihak pemerintah. Namun kemudian ia menghembuskan nafas terakhirnya
ketika dalam perjalanan pulang dari Baghdad ke Raqqa.
Penemuan
Al-Battani berpengaruh besar terhadap para ahli astronomi barat seperti Nicolas
Copernicus (1437-1543), Johannes Kepler (1571-1630), Tycho Brahe (1546-1601)
dan Galileo Galilei (1564-1642) dalam arti mereka mengembangkan astronomi
dengan menggunakan buku Al-Battani sebagai acuan. Banyak terminologi astronomi yang
telah diperkenalkan oleh al-Battani juga seorang ahli matematika.
Al-Battani
lahir di Battan, Harran, Suriah pada sekitar 858 M. Keluarganya merupakan
penganut sekte Sabbian yang melakukan ritual penyembahan terhadap bintang.
Namun ia tak mengikuti jejak langkah nenek moyangnya, ia lebih memilih memeluk
Islam. Ketertarikannya dengan benda-benda yang ada di langit membuat Al Battani
kemudian menekuni astronomi. Secara informal ia mendapatkan pendidikan dari
ayahnya yang juga seorang ilmuwan, Jabir Ibn San’an Al-Battani. Keyakinan ini
menguat dengan adanya bukti kemampuan Al Battani membuat dan menggunakan
sejumlah perangkat alat astronomi seperti yang dilakukan ayahnya.
Beberapa
saat kemudian, ia meninggalkan Harran menuju Raqqa yang terletak di tepi Sungai
Eufrat, di sana ia melanjutkan pendidikannya. Di kota inilah ia melakukan
beragam penelitian hingga ia menemuka berbagai penemuan cemerlangnya. Pada saat
itu, Raqqa menjadi terkenal dan mencapai kemakmuran. Ini disebabkan karena
kalifag Harun Al Rashid, khalifah kelima dinasti Abbasiyah, pada 14 September
786 membangun sejumlah istana di kota tersebut. Ini merupakan penghargaan atas
sejumlah penemuan yang dihasilkan oleh penelitian yang dilakukan Al Battani.
Usai pembangunan sejumlah istana di Raqqa, kota menjadi pusat kegiatan baik
ilmu pengetahuan maupun perniagaan yang ramai.
Perkembangan
matematika. Para ilmuwan muslim menyadari bahwa matematika merupakan dasar
untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karenanya selama abad ke 9 hingga abad
ke 13 matematika dan aritmatika merupakan syarat untuk diajarkan disetiap
sekolah dan universitas yang terdapat di wilayah kekuasaan islam. Di Eropa,
sebelum diperkenalkannya bilangan atau angka Arab, digunakan angka Romawi yang
sukar untuk digunakan dalam aritmatika. Beberapa ahli matematika yang terkenal
antara lain.
9.
Al-Khawarizm
Seorang
ahli matematika dari uzbekistan yang bernama Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa
al-Khwarizmi. Di literatur barat, beliau lebih terkenal dengan sebutan
Algorism. Panggilan inilah yang kemudian dipakai untuk menyebut konsep
algoritma yang dikemukakannya. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa al-Khwarizmi
(770-840) lahir di Khwarizm (Kheva), kota di selatan sungai Oxus (sekarang
Uzbekistan) tahun 770 masehi. Kedua orangtuanya kemudian pindah ke sebuah
tempat di selatan kota Baghdad (Irak), ketika ia masih kecil. Khwarizm dikenal
sebagai orang yang memperkenalkan konsep algoritma dalam matematika, konsep
yang diambil dari nama belakangnya.
Al
khwarizmi juga adalah penemu dari beberapa cabang ilmu matematika yang dikenal
sebagai astronom dan geografer. Ia adalah salah satu ilmuwan matematika
terbesar yang pernah hidup, dan tulisan-tulisannya sangat berpengaruh pada
jamannya. Teori aljabar juga adalah penemuan dari buah pikiran Al khawarizmi. Nama
aljabar diambil dari bukunya yang terkenal dengan judul Al Jabr Wa Al Muqabilah. Ia mengembangkan tabel rincian
trigonometri yang memuat fungsi sinus, kosinus, dan kotangen serta konsep
diferensiasi.
Buku
geografinya berjudul Kitab Surat al-Ard yang memuat peta-peta dunia pun telah
diterjemahkannya kedalam bahasa Inggris. Buah pikir Khwarizmi di bidang
geografi juga sangat mengagumkan. Dia tidak hanya merevisi pandangan Ptolemeus
dalam geografi tapi malah memperbaiki beberapa bagiannya. Tujuh puluh orang
geografer pernah bekerja dibawah kepemimpinan Al Khwarizmi ketika membuat peta
dunia pertama di tahun 830. Ia dikisahkan pernah pula menjalin kerja sama
dengan Khalifah Mamun Al-Rashid ketika menjalankan proyek untuk mengetahui
volume dan lingkar bumi.
E. PERKEMBANGAN PENGETAHUAN DI NEGARA CINA
Peradaban
Cina Tertua yang dapat dicatat pada masa dinasti Shang memerintah di kota
Anyang sekitar 1500 SM. Penggalian yang dilakukan di tempat tersebut
menunjukkan bahwa pada masa itu para pekerja telah mampu membuat perunggu,
barang dari keramik, serta telah mengenal bercocok tanam padi dan menenun
sutera, mereka juga telah memiliki tulisan serta sistem bilangan semaksimal
yang kemungkinan mendapatnya dari orang Babilonia.
Pada
abad ke-6 SM mereka telah mengenal dan dapat membuat besi dan alat-alat dari
besi. Disamping itu pada abad ke-3 SM mereka juga telah mengenal teknologi
pembuatan jaringan jalan raya, saluran air dan hasil karya orang Cina yang
paling monumental ialah tembok besar yang panjangnya 2.450 km dan dibuat pada
abad ke 12 SM.
Dalam
sebuah buku kuno, “Yi Ching”, yang ditulis pada tahun 1200 SM terdapat tulisan
tentang filsafat asal mula benda-benda. Dalam filsafat itu disebutkan bahwa
benda-benda berasal dari dua unsur pokok yakni Yin dan Yang. Yang mewakili
tenaga alam yang pasif dan yang aktif. Yin mewakili bumi wanita, pasif, gelap
dan menerima. Di buku lain “Shi-Ching”, yang diperkirakan telah ditulis pada
tahun 2200 SM, disebut adanya lima. Unsur pokok yaitu air, api, kayu, logam,
dan tanah.
Di
samping itu ada pula suatu filsafat tentang asal mula benda yang diperkenalkan
oleh ahli filsafat Lau Tzu pada abad ke-6 SM yang disebut Taoisme dan ditulis
dalam buku yang berjudul “Tao Te Ching”, Lau Tzu mengemukakan behwa Tao adalah
asal mula segala benda dan setelah menjalani perputaran di alam semesta,
benda-benda akan kembali kepadanya lagi. Filsafat ini diperjelas oleh Lau Tzu
dengan mengemukakan Wu Wei yang artinya tak bergerak sebagai sifat Tao yang
terpenting.
Seseorang
pengikut Taoisme yang terkenal sekitar 140 adalah Wei Po Yang yang banyak
menulis tentang Ying dan Yang serta Tao, selain itu ia juga menulis tentang
alkimia, yakni antara lain tentang proses kristalisasi. Selanjutnya pengikut
Taoisme yang lain adalah Ko Hung yang hidup antara tahun 281 hingga tahun 361.
Ia percaya adanya transmutasi logam, dengan beranggapan bahwa bial suatu logam
dimurnikan, berarti kadar Yin dikurangi dan Yang ditambah, maka lama – lama
akan menjadi logam mulia.
Pendapat
lain menyatakan bahwa alkimia di Negara Cina berasal dari luar setelah
pelabuhan Kanton dibuka untuk kapal-kapal dagang asing pada abad ke – 8. Pada
masa pemerintahan dinasti Thang Taoisme berkembang dan para ahli kimia Cina
menjadi lebih aktif melakukan eksperimen antara lain melakukan destilasi raksa
dari Cinnabar, atau yang sekarang kita sebut garam merkuri sulfida, dan
destilasi alkohol.
Banyak
perkembangan pengetahuan dan teknologi terjadi pada masa pemerintahan dinasti
Thang, yaitu antara tahun 618 hingga tahun 906. Dalam penggalian di “Gua Seribu
Budha” di Konsu, ditemukan buku yang dicetak pada tahun 868. Demikian pula
pembuatan benda – benda dari porselen atau keramik mengalami penyempurnaan.
Pembuatan bahan peledak dari saltpeter dan belerang dikembangkan pada akhir
dinasti Thang.
Pada
masa dinasti Sung yakni antara tahun 960 hingga tahun 1279, kompas magnet mulai
digiatkan untuk keperluan navigasi dalam perjalanan di laut maupun didarat.
Selain pengembangan teknologi, para ilmuwan Cina juga mengembangkan matematika.
Hubungan antara India dengan daerah
daerah di sebelah baratnya terjadi pada tahun 327 SM ketika Alexander Agung
menaklukkan India, sedangkan hubungan antara India dengan Arab melebarkan
kekuasaannya hingga ke wilayah sungai Indus. Hubungan antara India dengan Cina
terjadi pada abad ke – 2, karena adanya kunjungan para pemuka agama India ke
Negara Cina dan kunjungan muhibah keagamaan dari Cina ke India.
Dari
tulisan yang dipahat pada batu diketahui bahwa engetahuan tentang kedokteran
telah dikenal di India beberapa abad sebelum masehi. Raja Asoka di India telah
mendirikan rumah sakit yang pertama dan kebun yang ditanami tumbuhan yang
digunakan untuk berkembang ialah matematika dan astronomi. Ahli astronomi India
yang terkenal sekitar tahun 505 ialah Varahamihira yang mempunyai observatorium
astronomi di Ujjain. Ia dan para ahli astronomi India yang lain percaya bahwa
bumi itu bulat dan benda – benda angkasa beredar mengelilingi bumi dengan
kecepatan tertentu sesuai dengan jaraknya terhadap bumi.
Ahli matematika yang terkenal adalah
Aryabhata bersaudara yang hidup sekitar tahun 475 – 550. Mereka mengembangkan
aljabar dari orang-orang Babilonia. Ahli matematika yang lain adalah Mahavira
yang hidup sekitar tahun 850 di Mysore. Ia mengemukakan operasi penjumlahan,
pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Praktek kimia mulai ada pada abad ke
– 7, dan para ahli kimia India memusatkan perhatian mereka pada pencarian
aliksir yang dapat membuat orang tetap hidup abadi. Alkimia dalam bahasa India
disebut “Rasa Siddhi” yang berarti pengetahuan tentang raks dan alkimia India
yang terkenal ialah Nagarjuna yang diperkirakan hidup pada abad ke – 9. Ahli
kimia yang lain diantaranya adalah Gopal Krishna, Patanjali, Yosodara, dan
Narahari.
No comments:
Post a Comment